Waktu Baca4 Menit, 3 Detik

Energi untuk Indonesia terus digenjot salah satunya pada sektor kelistrikan. Berbagai upaya pun dilakukan demi mengejar rasio elektrifikasi hingga 100%. Pandemi Covid-19 yang melanda sejak awal 2020 pun tidak menghadang rencana besar untuk memberikan akses energi listrik ke seluruh rakyat Indonesia. 

Sampai Juni 2020, rasio elektrifikasi di Indonesia sudah tembus 99,09% dengan target sampai akhir 2020 bisa tembus 99,99%. Adapun, rasio elektrifikasi Indonesia berkembang cukup pesat sepanjang 10 tahun terakhir jika dibandingkan dengan periode 2010 yang masih sebesar 67,15%.

BACA JUGA: Usaha Microsoft Agar Tak Mati Seperti Nokia

Berbicara soal listrik, saya teringat saat liputan di Aceh pada medio 1 April 2018 silam. Waktu itu, ada peluncuran rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga gas di sana. 

Nah, plt. Gubernur Nanggroe Aceh Darusallam Nova Iriansyah, waktu itu masih menjabat sebagai wakil gubernur, bercerita kalau kebutuhan listrik di Aceh saat itu sekitar 374 Megawatt, sedangkan pasokan yang tersedia di sana hanya 300 Megawatt. Sisanya, dipasok dari Sumatra Utara sekitar 70 Megawatt sampai 90 Megawatt. 

Namun, berhubung jarak antara Sumatra Utara dan Aceh cukup jauh, alhasil aliran tegangan listrik menjadi tidak stabil alias naik turun di kisaran 141 Kilovolt sampai 150 Kilovolt.

Rasio elektrifikasi di Indonesia

Artinya, ada daerah-daerah yang koneksi listriknya masih belum stabil karena masalah pasokan listrik yang belum merata. Nah, untuk mencapai elektrifikasi 100% yang stabil, pemerintah lewat Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah merampungkan inovasi tabung listrik. 

Dikutip dari situs Universitas Indonesia, inovasi tabung listrik sudah dikembangkan sejak 2018. Tabung listrik ini disebut menjadi solusi untuk permasalahan listrik di daerah terisolasi dan tertinggal di Indonesia. 

Konsep tabung listrik itu adalah energi listrik disimpan dalam baterai yang selanjutkan digunakan untuk mengoperasikan peralatan elektronik. Dengan demikian, kebutuhan listrik tidak lagi tergantung pada sistem transmisi jarak jauh dari sumber pembangkit yang besar. 

Energi untuk Indonesia, Tabung Listrik Siap Disebar Pada 2021

Kementerian ESDM pun sudah sepakat dengan Anggota DPR Komisi VII untuk menggunakan tabung listrik sebagai strategi mengejar elektrifikasi 100%, terutama untuk menjangkau daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T). 

Seperti dikutip dari situs Kementerian ESDM, Direktur Pembinaan Program Ketenagalistrikan Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Jisman Hutajulu mengatakan 52.000 tabung listrik akan disiapkan untuk disebar ke 306 di daerah 3T. 

Rinciannya, 25.000 tabung listrik akan dianggarkan Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) tahun 2021. Lalu, 27.000 tabung listrik sisanya akan dikoordinasikan lebih lanjut dengan kementerian keuangan.

Inovasi tabung listrik itu pun mulai diimplementasikan per 1 Agustus 2020. Dikutip dari situs Kementerian ESDM sebanyak 52.000 tabung listrik akan disebar ke 306 desa di daerah terluar, terdepan, dan tertinggal yang tidak mungkin dipasang jaringan listrik konvensional. 

Tabung listrik ini bekerja menggunakan tenaga matahari. Meskipun begitu, desa yang mendapatkan tabung listrik juga disediakan Stasiun Pengisian Energi Listrik (SPEL) di beberapa tempat.

Kemudian, setiap rumah tangga yang mendapatkan tabung listrik akan diberikan tabung cadangan. Jadi, ketika sedang melakukan pengisian daya, listrik di rumah tetap menyala. 

Jisman berharap dengan pembagian tabung listrik mulai tahun depan, rasio desa yang berlistrik bisa mencapai 100%. Sampai Juni 2020, rasio desa berlistrik sebesar 99,51%. 

Saat ini terdapat 433 desa yang belum berlistrik. Dari jumlah itu, 306 desa akan dialiri listrik dengan skema tabung listrik, sedangkan 74 desa akan menggunakan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) komunal atau pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) hybrid. Sisanya, akan menggunakan perluasan jaringan listrik konvensional. 

Pandemi Covid-19 dan Kebutuhan Listrik

Energi untuk Indonesia kian dibutuhkan untuk mengantisipasi tingkat kebutuhan penggunaan teknologi di seluruh Indonesia. Apalagi, transisi menuju go digital dipercepat dengan adanya pandemi Covid-19. 

Seluruh masyarakat di Indonesia, terutama segmen rumah tangga, membutuhkan energi listrik untuk tetap bisa beraktivitas dari sekolah sampai bekerja. Tanpa listrik, aktivitas remote via online sangat sulit dilakukan. 

Dari data BPS, per 2018, segmen rumah tangga memang mendominasi permintaan listrik dengan total pelanggan sebanyak 66,16 juta. Rata-rata pertambahan pelanggan segmen rumah tangga berada dikisaran 3 juta – 4 juta pelanggan per tahun. 

Untuk itu, pemerintah pun tak kendor untuk mengebut proyek pembangkit listrik 35.000 Megawatt, meski tengah dilanda pandemi Covid-19. Teranyar, per Juni 2020, sudah ada 200 unit pembangkit listrik baru yang beroperasi dengan total daya 8.187 Megawatt. 

Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Rida Mulyana mengatakan dari total 35.530 Megawatt. 23% atau sekitar 8.200 Megawatt sudah beroperasi. Lalu, ada 98 unit pembangkit dengan total daya 19.250 Megawatt dalam proses pembangunan. 

Perkembangan Proyek Pembangkit Listrik 35.000 Megawatt

“Lalu, ada 45 unit pembangkit dengan daya 6.500 Megawatt yang sudah tanda tangan kontrak, tapi belum konstruksi. Kemudian, 54 unit pembangkit berkapasitas 1.563 Megawatt masih dalam tahap pengadaan dan perencanaan,” ujarnya seperti dikutip dari situs Kementerian ESDM.

Dengan berbagai upaya lewat inovasi tabung listrik, energi baru terbarukan, dan mengejar rampungnya proyek pembangkit listrik 35.000 Megawatt, bukan tidak mungkin Indonesia bisa mencapai rasio elektrifikasi 100% dalam beberapa tahun ke depan. 

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
100 %
Sleppy
Sleppy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Social profiles