Bisnis kedai kopi kian menjamur, bahkan Starbucks sang penguasa pasar tampaknya mulai terganggu dengan kehadiran kedai lokal. Melihat antusias wirausaha masuk ke bisnis kedai kopi, berikut ini sedikit analisis singkat legitnya bisnis tersebut.
Indonesia dan kopi memiliki hubungan yang sangat kuat. Menurut data WorldAtlas, Indonesia adalah produsen kopi terbesar keempat dunia. Dari data itu, Indonesia mencatat produksi kopi sebanyak 660.000 ton.
Sayangnya, status produsen kopi terbesar keempat dunia tidak membuat konsumsi kopi Indonesia menjadi tinggi. Dari data WorldAtlas, Indonesia tidak termasuk 25 negara dengan konsumsi kopi terbesar di dunia.
BACA JUGA : Ini Penyebab Tunggal Putri Indonesia masih Sulit Bersaing
Finlandia menjadi negara dengan konsumsi kopi terbesar dunia sebanyak 12 kg per orang setiap tahunnya.
Nah, angka konsumsi yang rendah ini kerap dibuat menjadi daya tarik bisnis kedai kopi di Indonesia. Namun, apakah benar bisnis kopi di Indonesia menggiurkan?
Bisnis Kedai Kopi, Melirik Keberuntungan Starbucks di Indonesia
Starbucks Indonesia berada di bawah naungan PT Sari Coffee Indonesia, anak usaha PT MAP Boga Adiperkasa Tbk. Kakek Starbuck Indonesia adalah PT MAP Adiperkasa Tbk., sang raja ritel branded di Indonesia milik jaringan Sjamsul Nursalim.
Jika melihat dari laporan keuangannya, Starbucks Indonesia ada di Indonesia sejak 2002.
Di Akhir 2001, Sari Coffee Indonesia melakukan perjanjian dengan Starbucks Corporation untuk memberikan hak membuka serta mengoperasikan kedai Starbucks. Perjanjian itu langsung dijamin oleh Mitra Adiperkasa.
PODCAST #BACOTBADMINTON Episode 01 : Meramal Nasib Tunggal Putra di Indonesia Open 2019
Kerja sama pertama antara emiten berkode MAPI selaku kakek usaha Sari Coffe Indonesia itu berakhir pada 2016. MAPI pun melanjutkan kerja sama dengan tanda tangan perjanjian baru pada 17 Oktober 2016.
MAPI lewat Sari Coffee Indonesia menandatangani kerja sama Area Development and Operation License Agreement dengan Starbucks Coffe Indonesia Inc. Selain itu, Sari Coffe Indonesia juga tanda tangan Trademark and Technology License Agreement dengan SBI Nevada Inc, untuk memberikan hak kepada cucu usaha MAPI itu mengoperasikan Starbucks.
Sekitar kurang dari setahun setelah perjanjian kedua, induk usaha Sari Coffee Indonesia, MAP Boga Adiperkasa melantai di Bursa Efek Indonesia.
Lewat melantai di bursa, IDN Financial mencatat emiten berkode MAPB itu mampu meraup Rp37,25 miliar dari harga penawaran perdana Rp1.680 per saham. Sampai perdagangan Jumat (05/07/2019), harga saham MAPB ditutup stagnan di level Rp1.800 per saham.
Kontribusi Starbucks terhadap Kinerja MAP Boga
Dari prospektus penawaran perdana MAP Boga, Starbucks berkontribusi paling besar terhadap kinerja perseroan. Sampai 2016, Starbucks berkontribusi sebesar 89,74% dari total pendapatan.
Secara total, Starbucks mencatat pendapatan hingga Rp1,46 triliun dari total pendapatan senilai Rp1,62 triliun.
Selain Starbucks, MAP Boga juga mengelola beberapa merek tempat makanan minuman lainnya seperti, Pizza Marzano, Krispy Kreme, dan Cold Stone. Namun, kontribusi pendapatan merek kedai makanan minuman selain Starbucks masih tergolong rendah.
Jika melihat perkembangannya sejak 2014, bisnis minuman MAP Boga yang mayoritas berasal dari Starbucks masih mendominasi ketimbang sumber pendapatan lainnya.
Pertumbuhan pendapatan dari bisnis minuman itu pun rata-rata bisa tembus 22,24% setiap tahunnya.
Terakhir, bisnis minuman MAP Boga mencatatkan pendapatan senilai Rp1,68 triliun pada 2018. Lalu, pendapatan bisnis minuman kuartal I/2019 tumbuh 15,54% menjadi Rp456,14 miliar dibandingkan dengan periode sama pada tahun lalu.
Dari segi pertumbuhan aset, Starbucks Indonesia mencatatkan rata-rata kenaikan sebesar 21,9% per tahun sejak 2016. Sampai kuartal I/2019, aset Starbucks Indonesia sudah tembus Rp1,51 triliun.
Nilai aset Starbucks Indonesia itu juga paling besar dibandingkan dengan merek restoran dan kedai makanan minuman milik MAP Boga lainnya.
Startup Kopi Diguyur Uang oleh Investor
Selain geliat Starbucks Indonesia di bisnis kedai kopi, beberapa startup kopi Indonesia lainnya juga mulai diguyur uang oleh investor. Dua diantaranya adalah Fore Coffee dan Kopi Kenangan.
Penetrasi dua startup kopi itu seolah mengingatkan Luckin Coffee yang membuat Starbucks China kelabakan.
Apalagi, ada fakta kedai Starbucks di Stasiun Sudirman, Jakarta, harus digantikan dengan Fore Coffee. Hal ini bisa jadi sinyal startup kopi mulai menganggu dominasi Starbucks.
Sejauh ini, Kopi Kenangan telah meraih pendanaan total senilai US$28 juta. Pendanaan pertama diberikan oleh Alpha JWC Ventures senilai US$8 juta, sedangkan pendanaan selanjutnya disokong oleh Sequoia India senilai US$20 juta.
Dengan pendanaan itu, Kopi Kenangan memiliki target besar untuk bisa menembus pasar Asia Tenggara seperti, Vietnam, Malaysia, Thailand, dan Singapura.
Lalu, Kopi Kenangan juga menargetkan bisa tambah hingga 1.000 gerai di seluruh Indonesia. Jumlah gerai itu jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah gerai Starbucks saat ini yang sekitar 400 gerai.
Tak hanya Kopi Kenangan, Fore Coffee juga terus ekspansi. Saat ini saja, startup kopi itu sudah memiliki sekitar 60 gerai.
Fore Coffee pun sudah mendapatkan pendanaan dengan total US$9,5 juta dari konsorsium East Ventures dkk.
Itu baru penetrasi dua startup kedai kopi lainnya, belum lagi ada kedai kopi lokal yang menjadi trending di daerah masing-masing.
Mungkin perbedaan segmen bisa membuat Starbucks kokoh berdiri, tetapi kumpulan kedai kopi yang segmentif itu bisa memecah pangsa pasar yang selama ini dikuasai waralaba asal Amerika Serikat (AS) tersebut.
Kalau kamu, lebih suka kopi Starbucks atau kedai kopi lokal?
wah, sepertinya kopi kopi lokal bakal mulai bersaing nih. Kalau di kampung saya, para petani kopi nya mulai memperbaiki kualitas produksi dan packing. Kabar baiknya ternyata kemarin saat saya bermain kesana sudah diexport ke korea, walau masih lewat distributor Bandung. Salut dengan geliat industri lokal 🙂
Saya pilih lokalan aja, support local heroes! save our nation….
betul sekarang bisnis resto atau warung kpi sedang trend denagn segala kreatifitasnya
iya, saya juga udah sadar sih, dominasi starbuck bentar lagi akan mulai melemah, terlebih lagi harga produk yang dijajakan fore kopi dan kopi kenangan lebih terjangkau dan enak. seenggaknya gitu sih kata testimonial konsumen, meskipun saya sendiri belum pernah nyobain.
seumur-umur, saya sendiri baru sekali nyobain kopi starbuck mas, karena bukan penikmat kopi, saya bilangnya sih biasa aja, haha