Waktu Baca2 Menit, 44 Detik

TikTok diakuisisi Microsoft, Zhang Yiming sang Founder dengan tegas menolak kewajiban penjualan operasi bisnisnya di Amerika Serikat (AS). Zhang dengan tegas menyebutkan TikTok selalu melindungi keamanan data pengguna.

Putaran gejolak TikTok di Paman Sam berhubungan erat dengan hubungan panas Presiden AS Donald Trump dengan China. Trump yang memantik perang dagang dengan China terus mengancam perusahaan-perusahaan asal Negeri Panda yang berbisnis di negaranya.

BACA JUGA: Saham INTP Tebar Dividen Besar di Tengah Tekanan

TikTok ekspansi ke AS pada dua tahun lalu, tepatnya 2017. Ekspansi itu aselaras dengan akuisisi Musical.ly senilai US$1 miliar oleh Bytedance, perusahaan yang memiliki TikTok.

Lambat laun, TikTok menjadi platform China pertama yang menjadi populer di AS. Bahkan, popularitasnya digadang-gadang mengancam nasib Instagram, media sosial paling populer saat ini.

Sayangnya, popularitas media sosial asal China di AS itu menjadi pisau bermata dua. Hubungan AS-China yang memanas sejak Trump menjadi presiden membuat adanya penyelidikan keamanan nasional terkait keberadaan TikTok.

Komite Investasi Asing AS juga menyelidiki transaksi Bytedance yang mengakuisisi Musical.ly pada November 2019.

Beberapa kali TikTok dituduh memberikan data pengguna kepada pemerintah China. Berulang kali juga Zhang bilang mereka tidak melakukan tersebut.

Bahkan, demi memperlihatkan transparansinya, Zhang mempekerjakan CEO untuk operasi di AS pada Juni 2020. Sosok CEO asal AS itu adalah Kevin Mayer yang juga eks eksekutif Walt Disney Co.

Enggak cuman itu, TikTok juga mengumumkan rencana Bytedance membangun markas global baru di luar China, yakni di AS.

Namun, semua rencana itu belum meluluhkan hati pasukan Washington. Masalah pandemi Covid-19 yang memperuncing masalah AS-China membuat retorika politik anti-TikTok mencuat.

Investor Panik dan Sarankan TikTok Diakuisisi Microsoft

Investor TikTok, termasuk Sequoia Capital, pun panik dengan serangan dari pemerintah AS kepada Bytedance tersebut. Para investor mendesak Zhang untuk mengantisipasi tindankan pemerintah AS dengan menjual saham mayoritas Tiktok kepada pihak Paman Sam.

Di sisi lain, Zhang perlahan luluh karena takut akan larangan langsung dari AS terkait operasi TikTok di sana. Artinya, Bytedance bisa saja kehilangan potensi bisnis media sosial berbasis video singkat di Paman Sam.

Apalagi, Zhang merasakan pahitnya dampak larangan TikTok di India. Dengan cepat, bisnis Bytedance hancur di Negeri Bollywood tersebut.

Akhirnya, Zhang mengalah dan setuju menjual saham mayoritas kepada investor AS. Namun, keputusan Zhang itu dinilai tidak cukup untuk membiarkan TikTok berkeliaran di AS.

Para pejabat AS tidak ingin ada selembar saham pun masih dimiliki oleh Zhang maupun para investor Bytedance saat ini. Inilah yang menjadi perkara drama panjang baru TikTok di Negeri Paman Sam.

Apalagi, Trump sempat mengatakan akan melarang TikTok di Amerika Serikat (AS).

Di sini, Zhang tidak setuju dengan keputusan pemerintahan Trump tersebut. Dirinya mengeluarkan memo kepada karyawannya kalau saat ini tengah menjajaki semua kemungkinan untuk menyelesaikan polemik dengan pemerintah Paman Sam.

Di sisi lain, TikTok telah mempekarjakan hampir 1.000 orang di AS pada 2020. Lalu, media sosial China itu kemungkinan akan mempekerjakan 10.000 orang lagi dengan gaji besar di AS.

“Data pengguna TikTok As disimpan di AS dengan kontrol ketat, termasuk akses karyawan. Investor terbesar TikTok berasal dari AS. Kami berkomitmen untuk melindungi privasi dan keamanan pengguna kami,” ujar juru bicara TikTok.

Saat ini, Bytedance yang memiliki TikTok adalah startup yang belum melantai di bursa paling berharga di seluruh dunia. Menurut data CB Insight, valuasi Bytedance mencapai US$140 miliar. Jauh di atas startup paling bernilai kedua, yakni Didi Chuxing.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleppy
Sleppy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Social profiles