Waktu Baca1 Menit, 59 Detik

Sampah plastik sudah menjadi masalah yang mendunia. Bahkan, sampah plastik diprediksi bisa lebih banyak ketimbang ikan di laut. Di balik itu semua, ternyata salah satu startup asal Indonesia memiliki solusi untuk masalah tersebut.

Secara historis, plastik adalah hasil karya sains yang menjadi anugerah bagi dunia bisnis maupun industri. Namun, kini plastik sudah bak menjadi kutukan ketika sampah plastik akan terus menggunung.

Menurut koalisi polusi plastik, sekitar 33% dari semua plastik yang digunakan sekali pakai akan berkontribus pada masalah global yang sangat besar. Larangan penggunaan plastik lewat kebijakan pengenaan biaya tambahan dinilai menjadi langkah paling ideal untuk mengurangi sampah plastik.

BACA JUGA: Game Free Fire dan Shopee Bikin Pendirinya Mendadak Jadi Miliarder Nih

Namun, di luar kebijakan yang dinilai ideal itu, ada salah satu cara yang lebih tepat untuk mengurangi polusi plastik, yakni dengan menggunakan sumber daya terbarukan yang bisa terurai lebih cepat.

Di sini, Evoware, startup asal Indonesia, memiliki solusi membuat kemasan berbasis rumput laut yang 100% bisa terurai, bahkan dimakan.

Dikutip dari Treehugger, pihak Evoware mengatakan plastik menjadi kontributor sampah terbesar kedua di dunia untuk lautan.

“Soalnya, 90% sampah plastik berujung di lautan. Dari total 70% limbah itu berasal dari kemasan makanan dan minuman,” jelasnya.

Di sisi lain, produk kemasan dari rumput laut ini bisa membantu para petani di Indonesia. Pasalnya, nasib para petani itu sangat miskin hingga anggota keluarganya ada yang kekurangan gizi. Padahal, Indonesia adalah produsen rumput laut terbesar di dunia.

Sampah Plastik Sirna dengan Produk Rumput Laut

Evoware pun menawarkan dua jenis produk kemasan dasar, yakni yang bisa terurai secara hayati untuk barang nonkonsumsi dan kemasan yang bisa dimakan untuk produk konsumsi.

Bentuk kemasan yang dapat dimakan bisa larut dalam air hangat dan tetap bergizi karena mengandung serat, vitamin, dan mineral yang tinggi. Selain itu, rasa kemasan yang bisa dimakan ini bisa dibilang hambar atau tanpa rasa, serta tidak berbau.

Evoware pun menilai kemasan berbasis rumput laut itu sangat baik untuk kemasan makanan dalam ukuran kecil, seperti bumbu mie instan, sereal, kopi instan, bungkus nasi, bungkus burger, dan lainnya.

Lalu, untuk kemasan yang tidak bisa dimakan, Evoware membuat kemasan untuk sabun batang, tusuk gigi, sampai pembalut wanita.

Sejauh ini, Evoware baru mendapatkan pendanaan lewat kompetisis Social Venture Challenge Asia 2017. Di sana, Evoware yang diselenggarakan oleh DBS Bank. Dari kompetisi itu, Evoware mendapatkan dana segar dan bimbingan lewat inkubator bisnis.

Penasaran ya bentuk kemasan dari rumput laut ini bakal seperti apa?

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleppy
Sleppy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

3 thoughts on “Sampah Plastik Sirna Lewat Inovasi dari Startup Ini

  1. Ini sama aja sih dengan kemasan yang terbuat dari singkong, dan bahan organic lain.
    Pada dasarnya banyak bahan baku yang bisa dibuat mrnjadi plastic
    Yang termurah adalah residu bahan tambang minyak, seperti yang kita gunakan sekarang.
    Sangat riskan menggunakan bahan organic karena harus bersaing dengan kebutuhan lain.
    Rumput laut digunakan untuk kosmetik dan pangan, demikian juga singkong.
    Belum lagi keterbatasan lahan.

    1. Ujung2nya balik ke yang cost productionnya paling murah lagi ya karena tingkat kebutuhannya banyak

      Emang bingung sih bahas plastik ini, kayak saya sendiri pun ujung2nya lebih rela bayar rp200 daripada bawa toothbag sendiri… kecuali lg bawa tas pas ke kantor terus belanjaan banyak biasanya baru gak make kantong plastik sih…

      Kalau dilihat pengembangan produk kemasan organik ini gak terlalu mencolok selain karena bahan bakunya juga digunakan oleh produk lain, sama ada kekhawatiran disrupsi pasar yang ada enggak sih?

      Kayak plastik itu kan produk petrokimia yg jd solusi bisnis hilir migas andaikata semua kendaraan pada pake listrik. Kalau dilibas juga, bisnis migas bisa langsung tamat beneran dong yak…

  2. sebetulnya yang dari singkong juga sdh ada tapi kenyataannya blm banyak digunakan. untuk perorangan memang masih sulit melepaskan gak pakai kantong plastik krn malas memabwa tas sendiri. sy pribadi kalau memang lagi niat belanja ya bawa dr rumah tp kadang2 lagi jalan2 nemu yang mau dibeli , eh gak bawa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Social profiles
Close