Kerja remote dari rumah menjadi pilihan di tengah pandemi Covid-19 yang masih belum berakhir. Iming-iming kenormalan baru pun bukan berarti pandemi ini akan berakhir begitu saja. Namun, ada pihak-pihak yang justru mendapatkan kesempatan di tengah pandemi ini, salah satunya adalah penyedia platform bekerja remote asal Jepang, yakni Optim Corp.
Optim Corp didirikan oleh Shunji Sugaya saat berumur 23 tahun pada Maret 2000. Menariknya, Sugaya membangun bisnisnya seperti saat ini setelah menolak tawaran Softbank, yang terkenal sebagai investor banyak startup besar di dunia.
BACA JUGA: Investasi Facebook Bikin Gojek Bisa Kudeta Grab di Asean
Sugaya memenangkan penghargaan di sebuah kontes bisnis di mana Masayoshi Son sebagai jurinya. Setelah itu, Sugaya mengirimkan email kepada Son untuk berterima kasih. Selaras dengan email yang dikirimkan, Sugaya dan Son pun bertemu.
Setelah pertemuan itu, Softbank menawarkan ide Sugaya senilai US$2,8 juta atau dia bergabung dengan Softbank dan mendapatkan saham. Namun, Sugaya menolaknya.
SUgaya menceritakan tawaran dari Softbank itu membuat dirinya makin bersemangat.
“Saya makin percaya diri, saya sangat senang dan berterima kasih atas tawaran tersebut, tetapi saya dengan sopan menolak dan memutuskan untuk melakukannya sendiri,” ujarnya seperti dikutip dari Bloomberg.
Setelah itu, Sugaya membangun perusahaannya sendiri bernama Optim Corp. Kini, perusahaan itu menyediakan platform manajemen bisnis menggunakan teknologi kecerdasan buatan dan internet of things.
Hingga dua dekade kemudian, nama Sugaya mencuat setelah perusahaannya menjadi primadona di tengah pandemi Covid-19.
Kerja Remote di Tengah Pandemi Jadi Berkah untuk Sugaya
Pandemi Covid-19 pun menjadi berkah tersendiri bagi Sugaya. Ketika Work From Home digencarkan, kebutuhan platform kerja remote pun meningkat.
Saham Optim pun naik sebesar 79% sepanjang tahun ini. Hal itu membuat kekayaan bersih Sugaya yang memiliki 64% saham Optim melonjak jadi US$990 juta.
Sugaya mengakui pandemi Covid-19 mempercepat transisi pergeseran dunia kerja dari analog ke digita di Jepang.
“Digitalisasi telah berkembang dengan sangat cepat selama tiga bulan terakhir,” ujarnya.
Optim yang didirikannya pada 2000 awalnya menyediakan layanan iklan video di internet. Kemudian, dia pun masuk ke teknologi kecerdasan buatan dan internet of things saat bekerja sama dengan raksasa telekomunikasi Nippon Telegraph & Telephone Corp untuk menciptakan layanan koneksi internet.
Perusahaan Sugaya ini hadir sebagai penyedia perangkat lunak sehingga pelanggan bisa mengatur koneksi sendiri. Setelah itu, dia terus mengembangkan perusahaannya dengan menjajakan layanan kerja remote atau jarak jauh.
Layanan yang ditawarkan optim adalah melakukan manajemen gawai jarak jauh lewat ponsel pintar atau gawai. Dengan tujuan awal untuk penguncian jarak jauh dan kemampuan untuk menghapus data perangkat yang hilang atau dicuri demi menjaga kebocoran data.
Namun, fungsinya kini telah berkembang dengan membantu karyawan kerja remote di tengah pandemi Covid-19.
Optim bisa dibilang memiliki pangsa pasar sebesar 40% untuk lini bisnis manajemen perangkat seluler di Jepang.
Kinerja Optim Moncer
Optim mencatatkan pendapatan senilai US$62,5 juta pada 2019 dan laba senilai US$1,1 juta. Nilai pasar Optim pun mencapai US$1,6 miliar.
Kinerja Optim diprediksi makin moncer seiring momentum program pemerintah Jepang yang membagikan 100.000 yen atau setara US$928 kepada semua penduduk untuk upaya pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19. Di sini, Optim ikut menyediakan layanan gratis untuk kerja remote yang menghubungkan PC di kantor ke telepon pintar.
Dengan begitu, Optim membantu masyarakat Jepang untuk melakukan perjalanan ke kantor yang berisiko dan tidak perlu.
Teknologi yang dimiliki Optim sering digunakan pada sektor konstruksi, perawatan kesehatan, ritel, dan keuangan. Mitra utama Optim adalah Softbank, KDDI Corp., dan Komatsu Ltd.
Sugaya sendiri sudah melakukan ekspansi ke Asia Tenggara dengan memulainya dari Vietnam. Lalu, dia juga mengembangkan ke area Amerika Utara dan Eropa.
Sugaya mengatakan dirinya benar-benar tidak terlalu peduli tentang uang. Sekitar dua dekade silam, dirinya menolak tawaran Son.
“Jika kami terus menciptakan hal-hal yang baru, pendapatan dan laba perusahaan akan muncul dengan sendirinya,” ujarnya.
Dia menuturkan dalam dua dekade dia ingin Optim muncul di top of mind dengan gambaran perusahaannya telah mengubah semua industri dengan kecerdasan buatan dan internet of things.