Game Free Fire telah mengantarkan salah satu pendiri SEA menjadi salah satu miliarder anyar di dunia. Siapa sosok dibalik perusahaan game Free Fire itu yang baru saja jadi miliarder?
Lonjakan harga saham SEA Grup menjadi salah satu pemicu kekayaan para pendirinya melonjak. Bayangkan, sepanjang tahun ini, harga saham SEA Grup di New York Stock Exchange sudah naik 171,1% menjadi US$109,04 per saham.
BACA JUGA: 10 Tips Bisnis Bagi Pemula yang Mau Buka Usaha
Harga saham itu pun sudah naik berkali-kali lipat dibandingkan saat penawaran saham perdana SEA Grup di bursa New York pada 2017 yang senilai US$15 per saham.
Nah, salah satu founder di SEA Grup langsung melejit jadi miliarder di dunia. Dia adalah David Chen yang memegang 2% saham SEA Grup, yang kini menjabat sebagai Chief Product Officer Shopee itu memiliki kekayaan bersih US$1,1 miliar.
Status miliarder Chen ini menyusul dua rekannya, yakni Forrest Li dan Gang Ye yang juga pendiri perusahaan yang membuat game free fire tersebut.
Lonjakan harga saham SEA Grup itu selaras dengan kinerja perseroan. SEA Grup mencatatkan pendapatan dua kali lipat menjadi US$714,9 juta sepanjang kuartal I/2020.
Kinerja keuangan yang kinclong itu didukung oleh unit game onlinenya, Garena, yang berkontribusi sebesar setengah dari total pendapatan.
Kontribusi pendapatan dari Garena itu didukung oleh game perseroan yang lagi digemari di seluruh dunia, yakni game Free Fire. Game itu disebut memiliki pengguna aktif sekitar 80 juta dan paling laris di Asia Tenggara serta Amerika Latin.
Sekilas tentang SEA Grup, startup asal Singapura itu dibangun pada 2009 sebagai perusahaan game. Sejak dibangun, SEA Grup telah menarik perhatian Tencent yang kini memiliki 20% saham perseroan.
Tak hanya Tencent, beberapa orang lainnya seperti perusahaan ekuitas swasta General Atlantic dan Kuok Khoon Hua, putra bungsu miliarder Malaysia Robert Kuok juga berperan atas perkembangan SEA.
5 tahun kemudian, SEA Grup menjadi unikorn pertama Singapura. Kala itu juga, SEA mulai merambah ke e-Commerce, pembayaran online, dan jejaring sosial.
e-Commerce milik SEA Grup bernama Shopee itu pun cukup tenar di Indonesia. Shopee bisa dibilang menjadi kompetitor kuat dua unikorn e-Commerce Indonesia, yakni Tokopedia dan Bukalapak.
Prospek SEA Grup Sebagai Perusahaan Game dan e-Commerce
Secara keseluruhan, prospek SEA Grup sangat potensial di tengah pandemi Covid-19.
Seperti dikutip dari Forbes, Analis Citibank Aliciap Yap mengatakan aksi karantina telah meningkatkan belanja online di seluruh Asia Tenggara.
“Saya pun menaikkan target harga saham SEA dari US$79 per saham menjadi US$138 per saham dengan alasan fundamental gaming dan e-Commerce akan lebih kuat ke depannya,” ujarnya.
Analis CLSA Singapura Marcus Liu memberikan peringkat yang lebih baik untuk SEA Grup. Data pelanggan Shopee yang menjamah Asia Tenggara memberikan perseroan keuntungan dalam berbagai bisnis potensial.
“SEA juga memiliki peluang yang besar untuk memenangkan satu daru dua lisesnsi bank digital baru di Singapura,” ujarnya.