Fakta Carlos Ghosn kembali mencuat ke publik. Pelarian eks bos Nissan itu menjadi fenomena besar di Jepang dan dunia sebelum pandemi Covid-19 menerpa. Nama Maya Ghosn, putri eks bos Nissan itu dibawa-bawa dalam kasus pelarian kali ini.
Sang ayah Carlos jelas langsung membantah hal tersebut. Carlos mengaku dirinya sendiri yang merencanakan pelarian tersebut.
Namun, ada fakta yang menyebutkan Carlos bertemu dengan anaknya untuk makan siang sebelum akhirnya melarikan diri.
BACA CERITA SEBELUMNYA: Kisah eks Bos Nissan yang Jadi Tahanan Rumah di Jepang Melarikan Diri saat Libur Tahun Baru
Fakta Carlos Ghosn ini diungkap dari ratusan halaman dokumen perjalanan, pernyataan saksi, dan gambar kamera keamanan yang diminta Jepang kepada AS. Jepang meminta ekstradisi dua orang Amerika Serikat yang dituduh ikut membantu Ghosn untuk kabur, yakni Michael Taylor bersama putranya Peter Taylor.
Dari kesaksian Taylors [Michael dan Peter], kronologi pelarian Ghosn dimulai ketika sopir eks bos Nissan itu mengantar sang tahanan rumah untuk makan bersama putrinya di restoran Tokyo pada 29 Desember 2019.
Sang sopir pulang ke rumah Ghosn dan membantu memuat barang sekitar 5 koper ke Toyota Alphard berwarna hitam.
Lalu, Maya Ghosn disebut meminta sopir ayahnya itu untuk mengantarnya ke Grand Hyatt Tokyo di mana Peter Taylor tinggal sementara.
Maya disebut ingin menurunkan beberapa tas dan bertemu dengan seorang kenalan di sana. Maya mengaku akan segera terbang ke Amerika Serikat (AS) dan kopernya melebihi ketentuan batas berat barang di bandara.
Sang sopir pun mengangkat koper berat dari mobil. Setelah itu, dia melihat Maya bertemu dengan seseorang berkulit putih yang keluar dari hotel. Seseorang itu diidentifikasi adalah Peter.
Peter Taylor disebut menerima dua koper dari rumah Ghosn yang di bawa sopir eks bos Nissan dengan Alphard.
Setelah memberikan koper itu, sopir Ghosn mengantarkan Maya ke Bandara Haneda untuk terbang ke AS.
Fakta Carlos Ghosn Sempat Berkeliaran di Grand Hyatt
Ketika Maya berjalan ke Haneda, Carlos Ghosn berada di Grand Hyatt untuk bertemu keluarga Taylors dan eks tentara Lebanon George Zayek. Di kamar 933, Ghosn berganti pakaian dan kemudian bergabung dengan Zayek dan Michael Taylor untuk berangkat ke Osaka dengan kereta cepat.
Di sini, Peter Taylor berpisah dengan rombongan Michael Taylor. Peter berangkat ke Bandara Narita untuk ke China dengan membawa koper hitam lainnya.
Rombongan Michael dan Zayek berangkat dengan skema Michael yang ke bandara lebih dulu dan memeriksa status penerbangan. Di sana, Michael menyerahkan seikat uang kepada karyawan di bandara.
Uang itu dianggap sebagai tip dengan nilai 1 juta yen atau sekitar US$10.000.
Namun, karyawan bandara itu memutuskan untuk mengembalikan uang tip yang tidak lazim, meski Michael tampak kecewa.
Sebelumnya, Zayek dan Michael disebut sudah ada di Kansai dengan jet sewaan sejak 29 Desember 2019 pada pagi hari. Setelah turun dari pesawat, Michael berbincang dengan seorang pegawai di bandara dan mengaku sebagai pemain biola yang datang ke Osaka untuk konser.
Misteri Koper Hitam Milik Michael
Sesaat sebelum keberangkatan, beberapa karyawan bandara sempat bertanya-tanya soal kotak hitam besar yang dibawa Taylor dan Zayek ke Osaka.
Soalnya, ketika Michael dan Zayek sampai di Kansai pada paginya, hanya butuh dua orang untuk mengangkat koper tersebut.
Namun, pada malam harinya ketika Michael dan Zayek bakal lepas landas, butuh sekitar lima orang untuk mengangkat koper mereka.
“Mungkin ada perempuan muda cantik di dalamnya,” guyon seorang karyawan bandara saat itu.
Namun, tidak ada alarm atau masalah terkait koper yang berat tersebut.
Taylor dan Zayek memang telah memesan terminal pesawat charteran dengan keamanan terbatas. Bahkan, koper hitam itu tidak pernah melewati mesin sinar X.
Ketika muncul kabar Ghosn melarikan diri dari Jepang, beberapa karyawan bandara langsung terlintas barang yang di bawa Michael dan Zayek tersebut.