Rekomendasi untuk Kamu – SuryaRianto https://suryarianto.id Seterang Matahari Tue, 21 Apr 2020 06:41:04 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=5.4 https://suryarianto.id/wp-content/uploads/2019/03/cropped-orbz_sun-32x32.png Rekomendasi untuk Kamu – SuryaRianto https://suryarianto.id 32 32 Portofolio Saham Berdarah-darah, Tutup Mata Hingga Tahun Depan https://suryarianto.id/portofolio-saham-berdarah-darah-tutup-mata-hingga-tahun-depan/ https://suryarianto.id/portofolio-saham-berdarah-darah-tutup-mata-hingga-tahun-depan/#comments Tue, 21 Apr 2020 06:40:00 +0000 https://suryarianto.id/?p=990 Portofolio saham masih saja memerah, tanpa ada sinyal kapan mulai menghijau. Mau nyerok pun susah karena keterbatasan uang yang siap untuk diinvestasikan. Satu paragraf itu menjadi curhatan seorang teman yang portofolio investasinya berdarah-darah. Seorang teman yang enggan disebutkan namanya karena ingin menceritakan secara penuh nasib investasinya ini memiliki portofolio di deposito bank, obligasi ritel negara, […]

The post Portofolio Saham Berdarah-darah, Tutup Mata Hingga Tahun Depan appeared first on SuryaRianto.

]]>
Portofolio saham masih saja memerah, tanpa ada sinyal kapan mulai menghijau. Mau nyerok pun susah karena keterbatasan uang yang siap untuk diinvestasikan.

Satu paragraf itu menjadi curhatan seorang teman yang portofolio investasinya berdarah-darah.

Seorang teman yang enggan disebutkan namanya karena ingin menceritakan secara penuh nasib investasinya ini memiliki portofolio di deposito bank, obligasi ritel negara, reksa dana, dan saham.

BACA JUGA: Kisah Thailand, Si Penyebab Krisis Ekonomi 1997

“Porsinya sih masih mayoritas di deposito bank karena saya cenderung konservatif, tetapi portofolio terbesar kedua ada di saham,” ujarnya.

Secara total, nilai investasinya di seluruh portofolio itu mencapai Rp180 juta. Sejauh ini, nilai investasinya sudah turun sebesar 24,21%.

Dia mengatakan paling besar turun di saham sebesar 45,76% menjadi tersisa Rp30,82 juta.

PODCAST: Teori Konspirasi Krisis Ekonomi 1997 dan Pandemi 2020

“Investasi saham saya sudah hilang sekitar Rp26 juta,” ujarnya.

Angka itu mungkin kecil bagi para taipan, tetapi tidak bagi investor ritel seperti teman saya ini.

Portofolio Saham yang Berdarah-darah

Saham digembar-gemborkan menjadi salah satu instrumen yang menguntungkan. Setidaknya itu yang muncul terutama sejak mencuatnya kampanye Yuk Nabung Saham yang penuh pro dan kontra.

Berawal dari penasaran, teman saya ini memiliki portofolio pada 5 saham yang bukan gorengan.

“Saya anti sama yang gorengan karena bisa bikin jantungan,” ujarnya.

Portofolio saham terbesarnya berada di PT Astra International Tbk. alias ASII. Salah satu saham dengan kapitalisasi pasar terbesar.

Sayangnya, investasi dia di emiten berkode ASII itu sudah susut 49,98%. Harga rata-rata saham ASII yang dimilikinya berada di level Rp7.222 per saham, sedangkan harga saham ASII saat ini sekitar Rp3.620 per saham.

Portofolio terbesar kedua berada di PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Dia memiliki sekitar di atas 50 lot saham bank BUMN tersebut.

Sayangnya, investasi di saham bank pelat merah itu sudah susut sebanyak 63,3%. Bahkan, rata-rata harga BBTN yang dimilikinya di level Rp2.384 per saham. Padahal, harga saham BBTN saat ini sudah jatuh di bawah Rp1.000.

Portofolio ketiga terbesar ada di saham PT Selamat Sempurna Tbk. alias SMSM. Saham SMSM justru yang melemah paling rendah diantara portofolionya yang lain.

“Rata-rata harga saham SMSM saya sekitar Rp1.500 per saham, sedangkan harga saat ini masih sekitar Rp1.265 per saham,” ujarnya.

Portofolio keempat dan kelimanya cenderung kecil, yakni PT AKR Corporindo Tbk. (AKRA) dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG).

“Di kedua emiten itu [AKRA dan ITMG] masing-masing investasi saya sudah turun 51,08% dan 44,59%,” ceritanya.

Dia mengaku ada hasrat untuk “serok” agar rata-rata harga saham yang dimilikinya bisa turun juga, tetapi kondisi pandemi saat ini sangat membutuhkan uang tunai juga.

“Bisa dibilang arus kas is the king lah saat ini. Kita enggak pernah tahu bakal seperti apa ke depannya,” ceritanya.

Berharap Tambahan Arus Kas dari Obligasi Ritel Negara

Meskipun begitu, peluang untuk bisa menyerok itu tetap ada. Itulah jawaban teman saya tersebut.

Dia memiliki obligasi ritel negara yang bakal jatuh tempo pada semester II/2020.

“Dengan uang itu saya bisa menyerok harga saham yang sudah hancur lebur luluh lantah,” ujarnya.

Dia pun berharap semoga harga saham belum naik terlalu tinggi pada semester kedua nanti. Demi mendapatkan kesempatan untuk menurunkan harga rata-rata di saham yang dimilikinya tersebut.

“Harapan utamanya sih pandemi ini bisa selesai, tetapi ada harapan juga agar bisa ngerasain nyerok saham biar bisa mendapatkan untung lebih besar ke depannya,” ujarnya.

Secara perhitungan, seharusnya dampak dari Covid-19 ini cukup panjang, terutama kepada kinerja emiten sepanjang tahun ini.

Seorang pekerja yang pernah merasakan krisis 1997-1998 mengatakan kondisi pandemi Covid-19 dirasanya lebih parah ketimbang masa krisis saat itu.

“Kalau saat itu kan masalahnya ada kerusuhan dan penjarahan, tetapi dari segi ekonomi mikro enggak terlalu terasa,” ujarnya.

Adapun, saat ini kondisinya sangat terasa kepada usaha mikro. Hal itu pula yang disebutkan Menteri Keuangan Sri Mulyani di mana ketika pandemi Covid-19, pelaku UMKM yang paling merasakan dampaknya.

“Berbeda dengan krisis 1998 di mana UMKM yang justru paling kokoh menghadapi kondisi ekonomi. Korporasi besar yang banyak kewalahan,” ujarnya.

Reksa Dana Pasar Uang Menjadi Andalan untuk Dana Darurat

Kembali ke kisah investasi teman saya, dia bercerita menyiapkan dana darurat yang siap ambil di reksa dana pasar uang. Alasannya, reksa dana pasar uang bisa diambil kapanpun.

“Berbeda dengan deposito yang harus nunggu jatuh tempo baru bisa diambil, reksa dana pasar uang bisa dibilang lebih fleksible dengan potensi imbal hasil mirip deposito,” ujarnya.

Dia pun mengisahkan pengalaman saat mencairkan deposito di dua bank besar.

“Satu bank pelat merah, kalau mencairkan di luar masa jatuh tempo kena denda 1,5% dari total imbal hasil yang didapatkan. Satu lagi bank swasta, kalau di luar masa jatuh tempo, semua keuntungan dari deposito itu hilang semua,” ceritanya.

Reksa dana pasar uang dinilainya menjadi instrumen yang paling pas untuk menyimpan dana darurat yang sangat jangka pendek.

“Syaratnya, kamu harus mencari platform reksa dana yang gampang mencairkannya. Kalau, belinya di bank kan agak susah ya,” ujarnya.

Sejauh ini, dia mencoba tutup mata terkait portofolio investasinya yang berdarah-darah.

“Saya coba tutup mata saja untuk tahun ini hingga menatap tahun depan. Cuma, kalau dapat dana dari obligasi ritel negara dan pandemi sudah selesai, saya pengen nyerok sih,” ungkap keinginannya tersebut.

The post Portofolio Saham Berdarah-darah, Tutup Mata Hingga Tahun Depan appeared first on SuryaRianto.

]]>
https://suryarianto.id/portofolio-saham-berdarah-darah-tutup-mata-hingga-tahun-depan/feed/ 1
Krisis Ekonomi 1997, Antara Momen yang salah, Spekulan, dan Konspirasi https://suryarianto.id/krisis-ekonomi-1997-antara-momen-yang-salah-spekulan-dan-konspirasi/ https://suryarianto.id/krisis-ekonomi-1997-antara-momen-yang-salah-spekulan-dan-konspirasi/#respond Mon, 20 Apr 2020 09:48:00 +0000 https://suryarianto.id/?p=987 Krisis ekonomi 1997 bisa dibilang hampir mirip dengan kejadian pandemi Covid-19. Sebuah kejadian yang diawali salah langkah Thailand dalam mengeluarkan kebijakan berimbas keruntuhan ekonomi dunia dalam sekejap. Berbicara Thailand pada 1990-an bisa dibilang sebuah negara dengan ekonomi yang cukup bagus. Bagaimana tidak, rata-rata pertumbuhan ekonominya 9,5% per tahun. BACA JUGA: Piala Thomas dan Uber 1994, […]

The post Krisis Ekonomi 1997, Antara Momen yang salah, Spekulan, dan Konspirasi appeared first on SuryaRianto.

]]>
Krisis ekonomi 1997 bisa dibilang hampir mirip dengan kejadian pandemi Covid-19. Sebuah kejadian yang diawali salah langkah Thailand dalam mengeluarkan kebijakan berimbas keruntuhan ekonomi dunia dalam sekejap.

Berbicara Thailand pada 1990-an bisa dibilang sebuah negara dengan ekonomi yang cukup bagus. Bagaimana tidak, rata-rata pertumbuhan ekonominya 9,5% per tahun.

BACA JUGA: Piala Thomas dan Uber 1994, Sebuah Kisah Manis Arbi dan Mia

Bahkan, Thailand menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat pada periode 1987-1996.

Selama dekade itu, perusahaan keuangan di Thailand banyak melakukan ekspansi dalam penyaluran pinjaman. Sayangnya, kebanyakan portofolio pinjaman yang disalurkan cenderung ke sektor seperti, real estate, konsumsi dan saham.

PODCAST: Mending Beli Saham SIDO atau BBCA Ya?

Bahkan, portofolio pinjaman di sektor itu mencatatkan keniakan hingga 17 kali lipat dan memiliki porsi 54% dari total pinjaman yang disalurkan lembaga keuangan Thailand pada 1996.

Sayangnya, ekspansi di sektor real estate bak pedang bermata dua. Dari sisi investor, banyak pemain asing maupun lokal yang masuk untuk membeli properti. Sayangnya, mereka membeli properti itu bukan untuk investasi jangkap panjang, tetapi jangka pendek.

Alhasil, ekonomi Thailand menunjukkan tanda-tanda gelembung yang siap pecah kapan pun. Harga rumah, tanah, dan saham sudah kadung berputar terlalu tinggi.

Lembaga keuangan pun menyalurkan pendanaan secara ceroboh tanpa analisis menyeluruh. Lembaga keuangan Negeri Gajah Putih malah bersaing memperebutkan peluang pinjaman yang menguntungkan.

Apalagi, kondisi suku bunga yang rendah membuat pinjaman luar negeri menggiurkan. Ditambah, nilai tukar yang relatif konstan karena sudah tidak menggunakan sistem kurs mengambang membuat tingkat kepastian semakin tinggi.

Krisis Ekonomi 1997, Ekonomi Thailand, Dari Untung Menjadi Buntung

Musim panas pada 2 Juli 1997 menjadi awal keruntuhan ekonomi dunia. Semua itu bermula dari Bank of Thailand alias bank sentral Negeri Gajah Putih yang mengubah sistem kurs. Awalnya, kurs bath memiliki sistem dengan rentang patokan tertentu, tetapi Bank of Thailand mengubahnya menjadi sistem mengambang atau sesuai dengan kondisi pasar.

Sebenarnya, konon katanya, sistem kurs mengambang lebih disukai ketimbang yang konstan. Alasannya, sistem kurs mengambang membuat lebih mudah untuk mengontrol pinjaman luar negeri.

Sayangnya, Thailand bisa dibilang terlambat dalam mengadopsi sistem tersebut. Lebihnya lagi, bisa dibilang Thailand mengubah sistem kursnya di saat yang salah ketika tingkat pinjaman tinggi dan potensi pecahnya gelembung di sektor real estate.

Alhasil, bath yang dibuka menuju pasar bebas langsung melemah drastis. Nilai tukar bath langsun anjlok dari 25 bath per dolar AS menjadi 56 bath per dolar AS pada Januari 1998.

Dampak pelemahan bath tak hanya dialami oleh Thailand, tetapi juga menular ke negara Asia Tenggara, Asia, hingga seluruh dunia. Sebuah efek domino besar yang mengubah sejarah. Sebuah krisis ekonomi 1997 telah terjadi.

Spekulan Warna-warni Krisis Moneter 1997

Jika sebelumnya kita membahas awalnya krisis Thailand 1997 akibat masalah teknisnya. Kali ini, kita membahas krisis Thailand dari sisi permainannya.

Thailand mengalami krisis pada 1997 bukan karena kejadian alam, tetapi juga ada pemain-pemainnya. Salah satunya, para spekulan mata uang yang bermain di tengah sistem moneter yang belum kuat.

George Soros salah satu spekulan yang dianggap terkejam di dunia. Pasalnya, Soros bisa membuat ekonomi porak poranda dengan aksinya. Apalagi, dia malah mendapatkan untung besar dari menghancurkan ekonomi Thailand tersebut.

Di sisi lain, Soros bukan satu-satunya spekulan yang menjual baht pada 1997. Namun, Soros adalah spekulan yang memimpin aksi jual baht tersebut.

Awalnya, Soros membeli kontrak berjangka baht. Lalu, dia menjual semua baht yang dimilikinya dan memengaruhi teman-temannya untuk ikut menjual baht.

Kemudian, dia mempublikasikan masalah ekonomi Thailand hingga menciptakan kepanikan di kalangan internasional, terutama investor. Alhasil, investor juga banyak yang membuang bahtnya. Nilai baht jadi hancur tidak karuan.

Gara-gara Soros, Thailand hingga kehilangan 30 miliar cadangan devisa untuk menjaga nilai baht.

Di sisi lain, Soros tidak menjadi tokoh anatagonis untuk seluruh warga Thailand. Malah, Soros adalah salah satu tokoh protagonis bagi beberapa orang Thailand.

Salah satunya, Thaksin Shinawatra yang malah memuji Soros karena mendapatkan keuntungan dari inforasi istimewanya.

Para orang kaya di Thailand dikabarkan tahu soal niat Soros untuk memburu untung dengan menjual baht.

Bahkan, ada yang menyebutkan hubungan Thaksin dengan Soros jauh lebih dekat dari sekadar teman berbagi informasi antara orang kaya Thailand dan spekulan mata uang.

Konspirasi dan Fakta Tatanan Dunia Berantakan

Lalu, apa persamaan antara krisis 1997-1998 dengan pandemi Covid-19? persamaannya adalah kedua kejadian itu menunjukkan tatanan sistem dunia yang masih berantakan.

Kala 1997-1998, krisis besar terjadi karena sistem moneter sampai tata negara dan politik di negara berkembang yang belum matang. Perubahan sistem kurs pun akhirnya menjadi biang keladinya.

Jika mengutip laporan riset IMF, pada 1970-an mayoritas negara berkembang memilih gunakan kurs dengan rentang tertentu atau tetap. Alasannya, sistem kurs itu pun lebih memberikan kepastian nilai kurs dibandingkan dengan sistem mengambang.

Lalu, mulai 1980-an, beberapa negara berkembang mulai beralih dari sistem kurs yang tetap menjadi kurs mengambang. Titik ini menjadi awal krisis besar pada 1997 gara-gara Thailand memindahkan sistem kurs di saat yang salah.

Para spekulan dan Soros pun mungkin sudah memperkirakan itu dari jauh-jauh hari, terutama ketika negara berkembang mulai beralih menggunakan kurs mengambang.

Dengan sistem moneter dan keuangan yang kurang kokoh, ekonomi pun hancur.

Nah, kondisi itu pula yang terjadi saat ini. Pandemi Covid-19 memperlihatkan seberapa bobroknya sistem kesehatan di dunia.

Ujung-ujungnya berdampak kepada perekonomian ketika semua orang harus jaga jarak sampai kerja dari rumah.

Lalu, kira-kira dari pandemi Covid-19 ini siapa yang diuntungkan ya? Akankah ada semacam Soros yang cuan di tengah pandemi ini?

The post Krisis Ekonomi 1997, Antara Momen yang salah, Spekulan, dan Konspirasi appeared first on SuryaRianto.

]]>
https://suryarianto.id/krisis-ekonomi-1997-antara-momen-yang-salah-spekulan-dan-konspirasi/feed/ 0
Perang Minyak Memanas, Kini Meksiko Siap Memberontak https://suryarianto.id/perang-minyak-memanas-kini-meksiko-siap-memberontak/ https://suryarianto.id/perang-minyak-memanas-kini-meksiko-siap-memberontak/#comments Sun, 12 Apr 2020 13:41:50 +0000 https://suryarianto.id/?p=970 Perang minyak kian memanas di tengah pandemi Covid-19 yang semakin menggila. Kini, bukan sekadar Arab Saudi dengan Rusia lagi, tetapi sudah mencakup Amerika Serikat hingga Meksiko. Harga minyak dunia masih dalam tekanan besar. Sampai penutupan perdagangan Kamis 9 April 2020, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) turun 9,29% menjadi US$22,76 per barel, sedangkan harga minyak […]

The post Perang Minyak Memanas, Kini Meksiko Siap Memberontak appeared first on SuryaRianto.

]]>
Perang minyak kian memanas di tengah pandemi Covid-19 yang semakin menggila. Kini, bukan sekadar Arab Saudi dengan Rusia lagi, tetapi sudah mencakup Amerika Serikat hingga Meksiko.

Harga minyak dunia masih dalam tekanan besar. Sampai penutupan perdagangan Kamis 9 April 2020, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) turun 9,29% menjadi US$22,76 per barel, sedangkan harga minyak Brent turun 4,14% menjadi US$31,48 per barel.

DENGERIN YUK: Ketika Zoom Bikin Kaya Pemilik Hutchinson

Pasar minyak sempat mendapatkan angin segar setelah muncul potensi kesepakatan global untuk pangkas produksi global. Aliansi OPEC+ sempat menyetujui rencana pemangkasan produksi sebesar 10 juta barel per hari.

Kesepakatan itu pun meredam hubungan panas antara Rusia-Arab Saudi yang sempat bersitegang dengan memangkas harga jual ekspor minyak.

BACA JUGA: Perang Minyak Kedua Dalam Satu Dekade, Siapa Pemenangnya?

Namun, kesepakatan itu justru memicu perang baru setelah keputusan bisa dijalankan jika Meksiko setuju. Pasalnya, Meksiko adalah salah satu anggota negara aliansi OPEC+ tersebut.

Meksiko pun belum menyetujui kesepakatan pemngkasan tersebut.

Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador cenderung menolak kesepakatan tersebut. Soalnya, pemangkasan produksi OPEC+ sebesar 10 juta barel per hari berarti Meksiko harus pangkas 400.000 barel per hari.

Jumlah itu lebih besar dari angka pemangkasan yang ditawarkan Meksiko kepada Arab Saudi, yakni sebesar 100.000 barel per hari.

Selain itu, pemangkasan 400.000 barel per hari berarti akan mempersulit Andres Manuel Lopez memenuhi janjinya untuk mendongkrak produksi minyak Petroleos Mexicanos, perusahaan BUMN minyak milik Meksiko.

Perang Minyak, Arab Saudi Berikan Waktu Negosiasi Lebih Lama

Arab Saudi pun tidak terburu-buru memaksa penetapan kesepakatan pemangkasan produksi tersebut. Arab Saudi sampai menunda penetapan harga bulanan sambil menunggu kesepakatan.

Penetapan harga jual dari Arab Saudi adalah senjata utama yang bisa diluncurkan kerajaan itu demi menjaga pangsa pasar.

Di sisi lain, Presiden AS Donald Trump sudah resah bukan kepalang. Posisi harga minyak dunia yang rendah saat ini sangat mengancam produksi minyak shale oil AS.

Untuk itu, Trump pun mengajak para pemimpin Arab saudi, termasuk Putra Mahkota Mohammed bin Salman.

Trump menawarkan solusi diplomatik seperti beberapa hitungan akutansi kreatif dengan Meksiko. Salah satunya, menghitung dampaknya kepada pasar minyak jika produksi minyak AS turun.

Beberapa delegasi disebut mendukung solusi Trump, meski sifat dukungan itu cuma sekadar di muka. Intinya, jika pemangkasan produksi dilakukan, Meksiko harus melakukan pengurangan produksi dengan porsi yang sama dengan setiap anggota aliansi.

Senjata Rahasia Meksiko untuk Hadapi AS hingga Aliansi OPEC+

Meksiko berani mengambil sikap untuk menolak kesepakatan karena negara itu memeiliki beberapa senjata. Pertama, Meksiko sudah mengadopsi skema kontrak lindung nilai penjualan minyak tahunan selama dua dekade terakhir.

Opsi itu membuat Meksiko punya hak menjual minyak dengan harga yang telah ditentukan. Jadi, ketika harga minyak dunia sedang anjlok, Meksiko masih bisa mencatatkan penjualan dengan harga tinggi.

Setidaknya, kebijakan lindung nilai harga minyak Meksiko sudah menyelamatkan pendapatan negara US$5,1 miliar dari migas ketika harga minyak dunia anjlok pada 2009.

Begitu juga ketika terjadi perang minyak pada 2015-2016, Meksiko tetap membukukan pendapatan fantastis senilai US$6,4 miliar pada 2015 dan US$2,7 miliar pada 2016.

Namun, keuntungan dengan penggunaan lindung nilai itu tidak gratis.

Menteri Keuangan Meksiko Arturo Herrera mengatakan polis asuransi harga minyak tidak murah.

“Operasi lindung nilai Meksiko ini telah memakan biaya hingga US$1 miliar dalam beberapa tahun terakhir.

Untuk saat ini, pemerintah Meksiko sudah mengasumsikan harga minyak ekspor berada di level US$49 per barel. Untuk menjaga pendapatan dari migas, Meksiko akan menggunakan lindung nilai dan dana stabilisasi minyak negara.

Dana stabilisasi minyak negara secara historis hanya menyediakan nafas tambahan harga minyak sekitar US$2 sampai US$5 per barel.

Angka itu masih realistis jika Meksiko melakukan lindung nilai di level US$45 per barel. Jika dihitung, secara rata-rata sejak Desember 2019, harga minyak Meksiko berada di level US$42 per barel.

Lalu, jika harga minyak turun hingga di bawah US$20 per barel, berarti operasi lindung nilai Meksiko bisa memakan biaya hingga US$6 miliar.

Dengan potensi biaya besar hingga uS$6 miliar, apakah senjata rahasia Meksiko cukup kuat menghadapi para aliansi OPEC+ dan AS?

The post Perang Minyak Memanas, Kini Meksiko Siap Memberontak appeared first on SuryaRianto.

]]>
https://suryarianto.id/perang-minyak-memanas-kini-meksiko-siap-memberontak/feed/ 1
Darurat Sipil dan Strategi Atasi Penyebaran Covid-19 https://suryarianto.id/darurat-sipil-dan-strategi-atasi-penyebaran-covid-19/ https://suryarianto.id/darurat-sipil-dan-strategi-atasi-penyebaran-covid-19/#respond Wed, 01 Apr 2020 06:08:35 +0000 https://suryarianto.id/?p=955 Darurat sipil menjadi topik hangat pada Selasa (31/03/2020). Istilah itu mencuat setelah Presiden Joko Widodo memilih kebijakan pembatasan sosial berskala besar yang diiringi dengan kebijakan itu untuk meredam penyebaran pandemi Covid-19. Terakhir kali istilah darurat sipil mencuat pada 14 Mei 2004 ketika Indonesia masih dipimpin oleh Megawati Soekarnoputri. Kala itu, Megawati menurunkan status di Aceh […]

The post Darurat Sipil dan Strategi Atasi Penyebaran Covid-19 appeared first on SuryaRianto.

]]>
Darurat sipil menjadi topik hangat pada Selasa (31/03/2020). Istilah itu mencuat setelah Presiden Joko Widodo memilih kebijakan pembatasan sosial berskala besar yang diiringi dengan kebijakan itu untuk meredam penyebaran pandemi Covid-19.

Terakhir kali istilah darurat sipil mencuat pada 14 Mei 2004 ketika Indonesia masih dipimpin oleh Megawati Soekarnoputri. Kala itu, Megawati menurunkan status di Aceh dari darurat militer menjadi darurat sipil.

Perbedaan antara darurat militer dan darurat sipil berada pada pemberi komando tertinggi. Jika darurat militer, komando tertinggi ada ada pada pihak militer yang ditunjuk oleh presiden, sedangkan darurat sipil dikomandoi oleh kepala daerah setempat.

BACA JUGA: IHSG Melemah dan Keputusan Jokowi Atasi Pandemi Covid-19

Istilah darurat sipil yang muncul dalam strategi penanganan Covid-19 ini menimbulkan polemik. Pasalnya, status itu biasanya ditetapkan untuk kondisi negara yang terancam pemberontakan, kerusuhan, dan hal-hal lain yang tidak bisa diatasi oleh perlengkapan biasa.

Apalagi, jika menengok pasal 13 Perpu Nomor 23 Tahun 1959 terkait Penetapan Keadaan Bahaya.

Isinya adalah penguasa darurat sipil berhak mengadakan peraturan untuk membatasi pertunjukan, percetakan, penerbitan, pengumuman, penyampaian, penyimpanan, penyebaran, perdagangan, dan penempelan tulisan berupa apapun juga, termasuk lukisan, klise, dan gambar.

Lalu, Pasal 17 tertulis kalau penguasa berhak mengetahui semua berita serta percakapan kantor telepon, radio.

Penguasa juga bisa melarang atau memutuskan pengiriman berita atau percakapan dengan perantara telepon atau radio. Selain itu, banyak ketentuan ‘berhak’ yang bisa dilakukan oleh penguasa pada mode tersebut.

Darurat Sipil dan Pembatasan Sosial Skala Besar

Di sisi lain, kebijakan pembatasan sosial berskala besar yang beriringan dengan darurat sipil masih penuh tanda tanya karena menunggu Peraturan Pemerintah rampung untuk detail pelaksanaannya. [Update PP dan Keppres sudah keluar]

Pembatasan sosial berskala besar adalah salah satu bagian dalam UU Nomor 6/2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan. Pembatasan sosial berskala besar adalah respons kedaruratan kesehatan masyarakat.

Kebijakan pembatasan sosial berskala besar meliputi peliburan sekolah dan tempat kerja, pembatasan kegiatan keagamaan, dan pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum.

Perbedaan mendasar antara pembatasan sosial berskala besar dan karantina wilayah adalah tanggung jawab pemerintah terhadap masyarakat dan hewan ternak yang ada di wilayah karantina tersebut.

Berbicara karantina, banyak pihak khawatir bisa menimbulkan kerusuhan, terutama yang trauma dengan kejadian krisis 1998, meski kondisinya jauh berbeda.

Di sisi lain, masyarakat di zona merah pun sudah pasrah soal ekonomi yang memang sudah terkena dampaknya dan berharap pemerintah bisa mengambil kebijakan cepat serta tepat dalam penanganan pandemi Covid-19.

“Ya mau bagaimana lagi, memang lagi begini juga kondisinya,” ujar tukang nasi goreng di daerah Tangerang yang sempat tidak mendapatkan pelanggan seharian penuh sejak pandemi Covid-19 merebak di Indonesia.

Semoga saja keputusan pembatasan sosial berskala besar mampu mengendalikan penyebaran Covid-19.

The post Darurat Sipil dan Strategi Atasi Penyebaran Covid-19 appeared first on SuryaRianto.

]]>
https://suryarianto.id/darurat-sipil-dan-strategi-atasi-penyebaran-covid-19/feed/ 0
Pandemi Corona, Mari Lupakan Cuan Sejenak https://suryarianto.id/pandemi-corona-mari-lupakan-cuan-sejenak/ https://suryarianto.id/pandemi-corona-mari-lupakan-cuan-sejenak/#respond Tue, 24 Mar 2020 13:14:31 +0000 https://suryarianto.id/?p=948 Pandemi Corona benar-benar menyandera ekonomi dunia, termasuk Indonesia. Saya sendiri tidak pernah membayangkan dampak pandemi Corona itu bisa sebesar ini. Awalnya, melihat IHSG yang jatuh ke 4.000-an, saya tidak begitu takut. “Paling, nanti sepekan lagi balik ke 5.000-an.” Alasan saya tidak takut IHSG terjun ke 4.000-an adalah karena pada 2015 pernah terjadi hal serupa. Tak […]

The post Pandemi Corona, Mari Lupakan Cuan Sejenak appeared first on SuryaRianto.

]]>
Pandemi Corona benar-benar menyandera ekonomi dunia, termasuk Indonesia. Saya sendiri tidak pernah membayangkan dampak pandemi Corona itu bisa sebesar ini.

Awalnya, melihat IHSG yang jatuh ke 4.000-an, saya tidak begitu takut. “Paling, nanti sepekan lagi balik ke 5.000-an.”

Alasan saya tidak takut IHSG terjun ke 4.000-an adalah karena pada 2015 pernah terjadi hal serupa. Tak ayal, hanya beberapa waktu, IHSG malah bangkit hingga tembus 6.000.

BACA JUGA: IHSG Anjlok Hingga Pasar Dihentikan Benar Cuma Gara-gara Pandemi Corona?

Nyatanya, itu tak terjadi, IHSG terus terjun bebas hingga tembus 3.900. Sebuah angka psikologis yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.

Bagi yang punya portofolio saham pasti langsung enggan melihat nasib portofolionya saat ini.

Terlebih, kurs rupiah yang ambrol hingga tembus Rp16.000-an membuat kondisi ekonomi mengkhawatirkan. Emiten yang memiliki kebutuhan impor bahan baku pastinya langsung terdampak.

PODCAST: IHSG Anjlok Parah, Apa yang Harus Kita Lakukan?

Di sisi lain, beberapa emiten yang ekspor harusnya justru lebih diuntungkan, tetapi kondisi pandemi Corona membuat nasib para emiten yang ekspor ini jadi kurang bagus. Permintaan ekspor sangat menantang dalam kondisi saat ini.

Pandemi Corona, Fokus Meredam Penyebaran, Lupakan Cuan Sesaat

Jujur, untuk saat ini saya cenderung memilih untuk berkontribusi meredam penyebaran pandemi Corona ketimbang memburu cuan. Bisa dibilang, tahun ini saya ingin tutup mata soal cuan dari investasi.

Hal ini juga yang sempat saya soroti kepada pemerintah Indonesia terkait strategi pandemi Corona yang cenderung lambat. Saya secara subjektif menilai pemerintah seharusnya langsung lockdown lokal ketimbang tetap bermain imbauan menjaga jarak seperti saat ini.

Alasannya, pemerintah sudah telat dalam penanganan pandemi Corona selama dua bulan. Bahkan, pemerintah masih sempat-sempatnya memberikan insentif untuk pariwisata dari wilayah terdampak pandemi Corona.

Namun, alasan pemerintah berkukuh tidak melakukan lockdown sangat jelas. Mereka memikirkan para pekerja informal dengan upah harian sehingga lockdown bukanlah pilihan tepat.

Dibutuhkan biaya yang besar untuk menanggung mereka yang tidak memiliki pendapatan tetap bulanan.

Namun, masyarakat mau tidak mau harus sadar kalau physical distancing atau jaga jarak secara fisik sangat penting. Karakter virus Covid-19 yang bisa menginang ke tubuh orang sehat dan pindah ke orang yang rentan membuat jaga jarak menjadi penting.

Awalnya, banyak yang beranggapan virus corona ini sepele karena tingkat fatalnya lebih rendah ketimbang MERS dan SARS. Sayangnya, fakta itu harus dilupakan karena penyebaran Virus Corona lebih cepat dan penyembuhannya tidak sebentar, terutama bagi kategori orang yang rentan.

Menjaga Agar Tim Medis dan Fasilitas Kesehatan Tetap Mumpuni

Akhirnya, Indonesia yang sempat meremehkan pandemi Corona menjadi salah satu negara dengan tingkat kematian tertinggi di dunia. Dari sini ada satu yang saya khawatirkan, yakni nasib tim medis dan fasilitas kesehatan yang tergopoh-gopoh mengurus pasien positiv Covid-19.

Banyangkan, di Indonesia ada sekitar 260 juta penduduk. Jika sudah ada 600-an pasien positif, artinya ada kemungkinan ribuan hingga puluhan ribu masyarakat yang suspect dengan indikasi pernah berinteraksi dengan para pasien positif tersebut.

Lalu, berapa jumlah tim medis dan sejauh mana kualitas fasilitas kesehatan untuk menangani hal ini? ini yang sangat ditakutkan.

Bayangkan, tim medis sampai kekurangan alat pelindung seperti, masker dan sarung tangan gara-gara terjadi panic buying di kalangan masyarakat. Belum lagi, masih saja ada yang mencoba keruk untung dari kondisi seperti ini.

Banyak anggota tim medis yang ikut positif bahkan sampai meninggal dunia gara-gara kondisi saat ini. Hal itu pula yang membuat saya mendesak pemerintah untuk melakukan lockdown karena warganya sudah pala batu semua.

Dari berbagai konten yang viral, ada yang menjelaskan tingkat fatalnya Covid-19 adalah ketika fasilitas kesehatan dan tim medis tidak mampu menangani pasien yang positif. Penyebaran yang cepat membuat jumlah penderita makin banyak hingga bisa melebihi kapasitas fasilitas kesehatan.

Ini pula yang terjadi di Italia di mana jumlahnya meningkat drastis. Buat yang masih berupaya cari cuan dari sini, saya sarankan berhenti segera. Alasannya, kalau dampak pandemi Corona ke Indonesia makin parah, yang hidup susah juga kalian-kalian yang mencari cuan enggak seberapa dibandingkan dengan kerugian.

Apa Kontribusi yang Bisa Kita Lakukan untuk Meredam Penyebaran Pandemi Corona?

Kalian bukan tim medis, tapi ingin membantu agar bisa redam penyebaran pandemi Corona. Baiklah di sini akan saya jelaskan cara kontribusi terbesar untukmu.

Pertama, rebahan saja di rumah, enggak usah ke luar untuk hal yang enggak penting. Dengan meminimalisir mobilitas di luar rumah, kita sudah mempermudah orang yang harus ke luar rumah untuk melakukan physicaly distancing.

Kedua, jika terpaksa ke luar, tolong jagalah jarak dengan masyarakat lainnya. Jika bersin atau batuk bisa ditutup agar tidak mengenai orang lain. Kendaraan pribadi bisa jadi pilihan jika memungkinan untuk melakukan mobilitas ke luar karena beberapa kota sudah membatasi transportasi publik.

Ketiga, jangan panic buying karena bisa membuat physicaly distancing gagal sehingga penyebaran makin luas. Enggak cuma masalah penyebaran yang makin meluas, panic buying yang enggak jelas juga bisa mendongkrak harga-harga barang.

Logikanya gini, ngapain kalian beli 10 dus mie instan? apakah kalian benar-benar perlu memakan mie instan setiap hari. Lalu, untuk apa borong gula? kalian mau kena diabetes bareng-bareng?

Tetap tenang, masalah pangan akan terjaga selama kalian enggak panic buying. Kalau, kalian panic buying yang ada pasokan menipis. Sikap panic buying adalah keegoisan yang tiada gunanya.

Keempat, tolong edukasi bahaya Covid-19 ke kerabat terdekat, terutama generasi boomers dan beberapa orang yang masih berkukuh mau liburan.

Jadi, untuk saat ini, mari kita lupakan cuan sejenak dan fokus untuk membantu redam penyebaran pandemi Corona. Pemerintah boleh lambat bertindak, tetapi kita bisa bergerak sendiri untuk meredam penyebaran virus yang sudah menjadi pandemi tersebut

The post Pandemi Corona, Mari Lupakan Cuan Sejenak appeared first on SuryaRianto.

]]>
https://suryarianto.id/pandemi-corona-mari-lupakan-cuan-sejenak/feed/ 0
Harga Masker Melejit, Yakin masih Mau Berjudi di KAEF dan INAF? https://suryarianto.id/harga-masker-melejit-yakin-masih-mau-berjudi-di-kaef-dan-inaf/ https://suryarianto.id/harga-masker-melejit-yakin-masih-mau-berjudi-di-kaef-dan-inaf/#respond Mon, 09 Mar 2020 11:07:08 +0000 https://suryarianto.id/?p=922 Harga masker benar-benar melejit pascavirus corona. Bahkan, kenaikan harga masker melebihi lonjakan harga saham dua emiten farmasi pelat merah, PT Kimia Farma Tbk. dan PT Indofarma tbk. yang kini berangsur amblas. Mengutip Bisnis.com, pada 4 Maret 2020, Kementerian BUMN memastikan ketersedian masker, antiseptik, dan suplemen tetap mencukupi permintaan. Menteri BUMN Erick Thohir menyebutkan Kimia Farma […]

The post Harga Masker Melejit, Yakin masih Mau Berjudi di KAEF dan INAF? appeared first on SuryaRianto.

]]>
Harga masker benar-benar melejit pascavirus corona. Bahkan, kenaikan harga masker melebihi lonjakan harga saham dua emiten farmasi pelat merah, PT Kimia Farma Tbk. dan PT Indofarma tbk. yang kini berangsur amblas.

Mengutip Bisnis.com, pada 4 Maret 2020, Kementerian BUMN memastikan ketersedian masker, antiseptik, dan suplemen tetap mencukupi permintaan.

Menteri BUMN Erick Thohir menyebutkan Kimia Farma memiliki 1.300 jaringan apotek dan 600 klinik di Indonesia.

BACA JUGA: Mau Tau Berapa Banyak Gaji Direksi Bank BUMN? Cek di Sini Aja

“Mereka [Kimia Farma] sudah melakukan antisipasi sejak 10 Januari 2020 dengan menghadirkan Corona Virus Centre untuk deteksi dini,” ujarnya.

Faktanya, ketika mengunjungi apotek Kimia Farma di Poris, Tangerang, pasokan masker sudah ludes terjual.

“Kami cuma dapat 1 box doang, itu pun kemarin satu orang maksimal beli satu pcs saja,” ujarnya kasir di apotek tersebut.

Masker benar-benar langka, ada sekitar 15 apotek yang saya datangi dengan tujuan membeli masker. Hasilnya, hanya 2 yang mengaku punya stok masker.

Pertama, K24 yang menjual masker N95 dengan harga Rp54.000 per buahnya. Padahal, yang saya cari masker biasa saja yang satu dus isi 50 pcs senilai rata-rata Rp25.000 – Rp30.000.

Kedua, ada tempat jualan alat dan perlengkapan kesehatan yang menjual masker dalam jumlah 1 dus isi 50 pcs. Namun, harga yang ditawarkan Rp450.000 untuk 1 dus yang berisi 50 pcs.

“Kalau beli satuan harganya menjadi Rp10.000,” ujarnya.

Tanpa basa-basi dengan senyuman sinis, saya pun tidak jadi membeli masker di tempat tersebut.

Alhasil, saya pulang dengan tangan hampa untuk mencari pasokan masker.

Harga Masker Naik, Nasib INAF dan KAEF Kini

Dalam berita Bisnis.com itu, Erick menuturkan Kimia Farma sudah melakukan pemesanan bahan baku dari China untuk menambah pasokan masker di dalam negeri.

Erick memastikan jika pasokan bahan baku dari China menipis, pihaknya akan memesan bahan baku dari Eropa sebagai alternatifnya.

“Namun, harga bahan baku dari Benua Biru itu lebih tinggi sehingga harga masker juga bisa lebih mahal nantinya,” ujarnya.

Sebelum harga naik, Erick pun memastikan kalau Kimia Farma tidak akan sengaja menaikkan harga untuk mendapatkan keuntungan lebih besar.

“Harganya kalau di Eropa kan mahal. Jadi jangan digosipkan Kimia Farma ambil kesempatan dalam kesempitan,” ujarnya.

Meskipun begitu, dalam berita itu disebutkan Kimia Farma memberlakukan pembatasan pembelian sebanyak dua masker per transaksi dengan harga Rp2.000 per pcs.

Melihat itu, harga masker yang dijual Kimia Farma sudah melonjak sekitar 300% dari harga normal.

Kita pun tidak bisa prediksi berapa harga masker jika mengambil bahan baku dari Eropa.

Di sisi lain, lonjakan harga masker itu nyatanya tidak membuat saham KAEF, ticker Kimia Farma dan INAF, ticker Indofarma makin renyah melonjak.

Sampai perdagangan Senin (09/03/2020), harga saham KAEF malah amblas 16,38% menjadi Rp740 per saham. Begitu juga dengan saham INAF yang hancur sebesar 14,19% menjadi Rp665 per saham.

Harga KAEF dan INAF sempat menunjukkan kebangkitan setelah hancur lebur pada 2019 sejak 28 Februari 2020.

Keduanya kompak menguat selama 5 hari perdagangan dari 28 Februari 2020 sampai 5 Maret 2020.

INAF naik paling tinggi sebesar 81,91% hanya dalam 5 hari hingga tembus Rp815 per saham. Di sisi lain, harga saham KAEF juga melonjak 57,75% dalam 5 hari hingga tembus Rp915 per saham.

Sayangnya, renyahnya gorengan INAF dan KAEF berakhir di 5 Maret 2020. Setelah itu, kedua saham terus amblas hingga perdangan hari ini.

Secara total, harga saham INAF sudah turun sekitar 18,4%, sedangkan harga saham KAEF sudah turun 19,12%.

Kinerja Keuangan KAEF dan INAF

Kalau dilihat dari segi kinerja keuangan, kedua saham itu lagi dalam kondisi yang kurang baik.

Sampai kuartal III/2019, INAF mencatatkan penurunan pendapatan sebesar 21,05% menjadi Rp583,53 miliar dibandingkan dengan Rp739,17 miliar pada periode sama tahun lalu.

Nasib bottom linenya lebih miris, masih rugi Rp34,84 miliar. Jika sampai akhir 2019 masih rugi, berarti INAF sudah 4 tahun berturut-turut mencatatkan kerugian.

Jika melihat struktur pendapatan INAF, mayoritas pendapatan perseroan ditopang oleh obat resep penjualan domestik sebesar 79,62% dengan nilai Rp464,65 miliar.

Pos pendapatan terbesar kedua datang dari alat kesehatan, diagnostik, dan lainnya yang sebesar 17,42% atau senilai Rp101,66 miliar.

Sisanya, porsi pendapatan yang berkisar antara 0,15% – 1,67%. Pendapatan lainnya itu berasal dari penjualan obat tanpa resep domestik senilai Rp7,42 miliar, obat resep ekspor Rp910,68 juta, dan obat tanpa resep ekspor Rp8,88 miliar.

Tak seburuk INAF, nasib KAEF bisa dibilang lebih baik. Kimia Farma mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 14,63% menjadi Rp6,87 triliun dibandingkan dengan Rp6 triliun pada periode sama tahun lalu.

Namun, laba bersih KAEF turun drastis sebesar 81,44% menjadi Rp41,83 miliar dibandingkan dengan Rp225,45 miliar. Jika tidak ada perubahan signifikan pada akhir tahun, ini menjadi penurunan laba bersih pertama KAEF sejak periode 2014.

Penyebab anjloknya laba KAEF adalah kenaikan pada semua pos bebannya dari beban pokok penjualan, beban usaha, dan beban keuangan.

beban pokok penjualan naik sekitar Rp700 miliar menjadi Rp4,36 triliun. Beban usahanya naik sekitar Rp400 miliar menjadi Rp2,21 triliun.

Lalu, beban keuangan naik sekitar Rp200 miliar menjadi Rp357,1 miliar. Kenaikan beban keuangan akibat kenaikannya beban bunga bank senilai Rp200 miliar menjadi Rp281,87 miliar dibandingkan dengan Rp83,11 miliar.

Hampir sama dengan INAF, mayoritas pendapatan KAEF ditopang oleh obat resep. Porsi pendapatan obat resep KAEF mencapai 35,07% atau Rp2,48 triliun.

Selain itu, obat generik dan tanpa resep masing-masing berkontribusi sebesar 21%. Sisanya, pendapatan KAEF ditopang oleh pil KB dan alat kesehatan lainnya sebesar 18,95% dan bahan baku sebesar 2,95%.

Jadi, kalian masih yakin mau berjudi di KAEF atau INAF?

The post Harga Masker Melejit, Yakin masih Mau Berjudi di KAEF dan INAF? appeared first on SuryaRianto.

]]>
https://suryarianto.id/harga-masker-melejit-yakin-masih-mau-berjudi-di-kaef-dan-inaf/feed/ 0
Saham Siantar Top Melejit, Mencari Jejak Penggorengnya https://suryarianto.id/saham-siantar-top-melejit-mencari-jejak-penggorengnya/ https://suryarianto.id/saham-siantar-top-melejit-mencari-jejak-penggorengnya/#respond Mon, 24 Feb 2020 11:55:00 +0000 https://suryarianto.id/?p=888 Saham Siantar Top jadi obrolan setelah melejit sebesar 115,35% dalam sepekan terakhir. Ada sesuatu apakah yang terjadi pada emiten berkode STTP tersebut? Harga saham Siantar Top dalam 5 tahun terakhir bergerak di level sekitar Rp3.000-an. Selain itu, pergerakan harga saham emiten sektor konsumer ini juga kurang likuid. Meskipun begitu, harga saham Siantar Top sempat melejit […]

The post Saham Siantar Top Melejit, Mencari Jejak Penggorengnya appeared first on SuryaRianto.

]]>
Saham Siantar Top jadi obrolan setelah melejit sebesar 115,35% dalam sepekan terakhir. Ada sesuatu apakah yang terjadi pada emiten berkode STTP tersebut?

Harga saham Siantar Top dalam 5 tahun terakhir bergerak di level sekitar Rp3.000-an. Selain itu, pergerakan harga saham emiten sektor konsumer ini juga kurang likuid.

Meskipun begitu, harga saham Siantar Top sempat melejit dari level Rp150 per saham pada 30 September 2005 hingga tembus level Rp1.000-an untuk pertama kalinya pada 2012.

Lalu, lonjakan harga saham Siantar Top hingga tembus Rp10.100 kali ini apa penyebabnya?

Bursa Efek Indonesia (BEI) pun mengonfirmasikan hal itu ke pihak manajemen Siantar Top. Seperti, apakah pihak manajemen mengetahui ada yang menyebabkan lonjakan harga saham, termasuk aksi korporasi pemegang saham pengendali.

Jawabannya, manajemen Siantar Top tidak mengetahui apapun yang terjadi tentang lonjakan harga sahamnya. Untuk aksi korporasi, perseroan mengaku tidak ada rencana hingga tiga bulan ke depan.

BACA JUGA: Gojek Kenapa Sempat Viral, Ini Fakta Penyiksa Driver Gojek

Jika melirik hasil paparan publik terakhir perseroan, yakni pada 20 Desember 2019. Sesungguhnya tidak ada rencana spesial dari emiten berkode STTP tersebut.

Siantar Top hanya akan meningkatkan mitra distribusi lokal di domestik. Saat ini, mereka memiliki 70 merek yang dijajakan oleh distribusi lokal di 180 titik.

Selain itu, perseroan juga telah membuka jaringan pasar internasional baru di kawasan Asia, Timur Tengah, Afrika, dan Australia. Lalu, kontribusi penjualan ekspor saat ini masih sebesar 10%.

Siantar Top menargetkan secara keseluruhan penjualan bisa tumbuh 15% pada tahun ini. Dari sisi penjualan ekspor di targetkan bisa tumbuh hingga 20%.

Selain itu, tidak ada rencana besar dari emiten konsumer tersebut.

Saham Siantar Top, Tidak Ada Borong Saham dari Sang Empunya

Jika dilihat transaksi pemegang saham di atas 5% Siantar Top sejak 13 Februari 2020 sampai saat ini, tidak ada transaksi sama sekali.

Satu-satunya pemegang saham di atas 5% Siantar Top adalah PT Shindo Tiara Tunggal yang kemungkinan besar dimiliki oleh Shindo Sumidomo. Shindo Tiara Tunggal memiliki 56,76% saham Siantar Top.

Sisanya, ada Shindo Sumidomo yang secara langsung memiliki 3,1% saham Siantar Top. Lalu, ada Juwita Jaya yang memiliki 0,03%.

Sisanya, dimiliki oleh publik alias yang kepemilikannya di bawah 5% sebanyak 40,11%.

Sepanjang perdagangan Senin (24/02/2020), harga saham Siantar Top naik 12,22%. Namun, dari segi transaksi hanya ada 4 transaksi beli dengan harga di kisaran Rp7.300 – Rp9.000 per saham.

Lalu, transaksi jual ada 38 dengan rentang harga Rp9.850 per saham – Rp10.475 per saham.

Sepanjang sepekan terakhir, ada tujuh sekuritas yang melakukan transaksi saham Siantar Top.

Ketujuh sekuritas itu antara lain, Mandiri Sekuritas, Daewoo Securities Indonesia, Valbury Asia Securities, Phillip Securities Indonesia, CIMB Securities Indonesia, BNI Securities, dan Indo Premier Securities.

Daewoo Securities menjadi Top Buyers dan Sellers dengan total transaksi Buy 1.700 lembar, sedangkan sell sekitar 1.600 lembar.

Posisi kedua, top buyers adalah Mandiri Sekuritas dengan transaksi buy sebanyak 700-an lembar dan transaksi sell sekitar 300-an lembar.

Kinerja Siantar Top

Sementara itu, dari sisi kinerja, Siantar Top mencatatkan hasil yang cukup renyah pada 2019.

Sampai kuartal III/2019, perseroan mencatatkan pertumbuhan penjualan sebesar 26,73% menjadi Rp2,59 triliun, sedangkan laba bersih sebesar 88,93% menjadi Rp377,19 miliar.

Dari sisi fundamental lainnya, perseroan masih memegang arus kas sekitar Rp337,34 miliar dengan ekuitas Rp2,01 triliun dan aset Rp2,76 triliun.

Dari sisi debt to equity ratio (DER) alias utang dibandingkan dengan modal, Siantar Top masih cukup oke dengan persentase 36,67%.

Namun, Siantar Top menjadi emiten yang jarang bagikan dividen. Dikutip dari laporan keuangan perseroan, catatan dividen terakhir pada 2004 dengan total nilai Rp11,31 miliar atau setara dengan Rp8,63 per saham.

Seteah itu, sejak 2010-2018, perseroan selalu menjadikan 100% laba bersih sebagai laba ditahan untuk memperkuat modal.

Di sisi lain, angka return on equity (ROE) alias keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan modal dari pemegang saham sebesar 25%. Lalu, Return on asset (ROA) alias keuntungan yang diperoleh dari aset sebesar 18,19%.

Sayangnya, valuasi harga saham STTP sudah terlalu tinggi. Price earnings ratio (PER) sebesar 26,3 kali. Lalu, Price Book Value (PBV) ratio sebesar 6,58 kali. Angka itu menunjukkan sudah harga saham perseroan sudah terlalu mahal.

Entah siapa yang menggoreng dan ada aksi apa yang terjadi atas lonjakan saham STTP ini. Namun, dengan fundamental oke, saham Siantar Top kurang likuid dan jarang bagikan dividen lagi. Jadi, kurang menarik bagi investor ritel.

The post Saham Siantar Top Melejit, Mencari Jejak Penggorengnya appeared first on SuryaRianto.

]]>
https://suryarianto.id/saham-siantar-top-melejit-mencari-jejak-penggorengnya/feed/ 0
Saham Astra, Koleksi Blue Chip yang Tengah Dirudung Badai https://suryarianto.id/saham-astra-koleksi-blue-chip-yang-tengah-dirudung-badai/ https://suryarianto.id/saham-astra-koleksi-blue-chip-yang-tengah-dirudung-badai/#respond Wed, 19 Feb 2020 12:30:26 +0000 https://suryarianto.id/?p=870 Saham Astra International terus anjlok sepanjang tahun ini. Puncaknya, pada 13 Februari 2020 ketika harga saham perusahaan multinasional itu turun tembus Rp5.950 per saham. Kira-kira, salah satu saham Bluechip ini bisa tetap jadi koleksi yang menarik enggak ya? Kini, harga saham Astra dengan kdoe ASII itu sudah bangkit lagi. Pada penutupan perdagangan Rabu (19/02/2020), harga […]

The post Saham Astra, Koleksi Blue Chip yang Tengah Dirudung Badai appeared first on SuryaRianto.

]]>
Saham Astra International terus anjlok sepanjang tahun ini. Puncaknya, pada 13 Februari 2020 ketika harga saham perusahaan multinasional itu turun tembus Rp5.950 per saham. Kira-kira, salah satu saham Bluechip ini bisa tetap jadi koleksi yang menarik enggak ya?

Kini, harga saham Astra dengan kdoe ASII itu sudah bangkit lagi. Pada penutupan perdagangan Rabu (19/02/2020), harga saham Astra International naik 2,46% secara harian menjadi Rp6.250 per saham. Namun, badai Astra tampaknya belum berhenti.

Jika melihat kinerja Astra sampai kuartal III/2019, tekanan kinerja keuangan bisa membuat harga saham ASII kembali tertekan.

BACA JUGA: Beli 4% Saham Blue Bird, Jadi Langkah Awal Gojek untuk Delisting?

Sampai 9 bulan pada 2019 saja, Astra hanya mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 1,24%. Persentase itu jauh lebih kecil dibandingkan dengan periode sama pada tahun sebelumnya yang sebesar 16,41%.

Begitu juga dengan laba bersih, Astra mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 7,06% dibandingkan dengan kenaikan 20,37% pada kuartal ketiga 2018.

Dengan begitu, harga saham Astra pun terancam mendapatkan sentimen musiman akibat kinerja yang kurang bagus.

Saham Astra Tertekan Industri Otomotif dan Kinerja Anak Usaha yang Kurang Bergairah

Secara keseluruhan, bisnis Astra menjamah tujuh sektor usaha. Ketujuh sektor itu antara lain, otomotif, jasa keuangan, alat berat, pertambangan, konstruksi, dan energi, agri bisnis, infrastruktur dan logistik, teknologi informasi, dan properti.

Di sektor otomotif, Astra memiliki anak usaha yang sudah melantai di BEI, yakni PT Astra Otoparts Tbk. Saat ini, emiten berkode AUTO itu memiliki aset senilai Rp16,43 triliun.

Kinerja AUTO bisa dibilang sedikit lebih baik dari sisi laba bersih. Sampai kuartal III/2019, AUTO mencatatkan kenaikan laba bersih 23,69%, meski pendapatannya tumbuh melambat 1,12%.

Dari sektor jasa keuangan, Astra tengah memproses penjualan PT Bank Permata Tbk. Dengan penjualan itu, Astra harusnya memiliki dana segar yang lumayan besar.

Bangkok Bank mengakuisisi Bank permata dengan harga Rp1.498 per saham atau senilai Rp37,43 triliun. Jika dibagi dua dengan Standard Chartered, Astra mendapatkan dana segar sekitar Rp18 triliun.

Selain Bank Permata yang sudah dilepas, Astra tidak memiliki entitas di sektor jasa keuangan yang melantai di bursa.

Lalu, untuk alat berat, pertambangan, konstruksi, dan energi, Astra memiliki dua entitas yang melantai di BEI, yakni PT Acset Indonusa Tbk. dan PT United Tractors Tbk.

Namun, nasib Acset Indonusa bisa dibilang lagi kurang baik. Perseroan mencatatkan pertumbuhan laba bersih minus 924,56% pada kuartal III/2019, meski pendapatannya tumbuh 12,28%.

Pertumbuhan pendapatannya itu pun cenderung melambat dibandingkan dengan kuartal III/2018.

Hampir senasib, tapi enggak separah ACST, United Tractors atau UNTR juga mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 4,77%. Di sisi lain, pendapatannya tumbuh melambat 7,33% dibandingkan 32,14% pada kuartal III/2018.

Dari sektor Agribisnis, Astra memiliki PT Astra Agro Lestari Tbk. Sayangnya, nasib AALI [kode Astra Agro Lestari] juga kurang bagus. Laba bersihnya minus 90,11%, sedangkan pendapatannya turun 9,99%.

Kemudian, di sektor teknologi informasi, Astra memiliki Astra Graphia. Nasibnya pun sama dengan saudara-saudara lainnya, laba bersih minus 27,69%, sedangkan pendapatan hanya tumbuh 2,82%.

Lalu, Semenarik Apa Saham Astra untuk Dikoleksi?

Melihat badai yang menerpa anak usaha, termasuk Astra Internationalnya sendiri. Apakah artinya saham Astra tidak menarik?

Untuk jangka panjang, saya masih menyarankan ASII sebagai salah satu koleksi. Pasalnya, diversifikasi sektor usaha yang sudah banyak itu punya prospek cerah ke depannya.

Apalagi, dari segi valuasi saham, ukuran emiten dengan kapitalisasi pasar Rp253,02 triliun tergolong sudah lumayan murah.

Price to earning ratio (PER) ASII sebesar 11,95 kali, meski masih di atas 10 namun level itu masih cenderung murah. Lalu, price book value ratio (PBV) ASII juga masih di level 1,77 kali.

Meskipun murah, ternyata tingkat Debt to Equity Ratio (DER) Astra lumayan besar, yakni sebesar 124,08%. Level itu sudah di atas 100%.

Apalagi, arus kas yang tersedia di ASII saat ini sekitar Rp17,61 triliun.

Melihat fundamental itu, mungkin saja harga ASII tertahan di level Rp6.000 dengan sesekali sentuh Rp5.000-an. Namun, kita perlu juga melihat prospeknya di 2020.

Jika oke, bisa saja saham ASII kembali ke level Rp8.000-an seperti akhir 2018. Artinya, saat ini bisa menjadi momentum untuk meng-average down share price atau menurunkan rata-rata harga saham ASII yang dimiliki, khusus bagi kalian yang sudah pegang Astra.

Buat yang belum, tidak ada salahnya mulai menyicil di setiap posisi harganya rendah. Kalau rata-rata harga di level Rp6.000 dan tahun ini bisa ke Rp8.000 kan lumayan bisa cuan 30%-an.

Jadi, apa kamu tertarik koleksi ASII?

The post Saham Astra, Koleksi Blue Chip yang Tengah Dirudung Badai appeared first on SuryaRianto.

]]>
https://suryarianto.id/saham-astra-koleksi-blue-chip-yang-tengah-dirudung-badai/feed/ 0
Saham Bali United, Goyangan Salim dan Kresna Belum Bertuah Cuan https://suryarianto.id/saham-bali-united-goyangan-salim-dan-kresna-belum-bertuah-cuan/ https://suryarianto.id/saham-bali-united-goyangan-salim-dan-kresna-belum-bertuah-cuan/#respond Sun, 16 Feb 2020 15:10:34 +0000 https://suryarianto.id/?p=854 Saham Bali United anjlok hingga 11,2% menjadi Rp222 per saham pada perdagangan Jumat 14 Februari 2020. Entah apa yang menyebabkan, satu-satunya perubahan yang terjadi di Bali United adalah kepergian Irfan Bachdim ke PSS Sleman. Memasuki tahun tikus logam tampaknya bukan menjadi periode positif bagi saham Bali United. Saham klub Bola itu malah terus turun padahal […]

The post Saham Bali United, Goyangan Salim dan Kresna Belum Bertuah Cuan appeared first on SuryaRianto.

]]>
Saham Bali United anjlok hingga 11,2% menjadi Rp222 per saham pada perdagangan Jumat 14 Februari 2020. Entah apa yang menyebabkan, satu-satunya perubahan yang terjadi di Bali United adalah kepergian Irfan Bachdim ke PSS Sleman.

Memasuki tahun tikus logam tampaknya bukan menjadi periode positif bagi saham Bali United. Saham klub Bola itu malah terus turun padahal bisa dibilang mereka cukup agresif di bursa transfer. Harga saham Bali United pun telah merosot 32,72%.

Bali United sudah mendatangkan beberapa pemain dengan label bintang maupun pemain timnas.

BACA JUGA: Bali United IPO, Ini 4 Sosok Di Balik Layarnya

Beberapa nama itu antara lain, Gavin Kwan Adsit, Hariono, dan Nadeo Argawinata. Entah sudah sesuai dengan ekspektasi pasar atau tidak, kedatangan ketiga pemain itu belum mampu mendongkrak harga saham BOLA.

Secara kepemilikan saham di atas 5%, pemegang saham emiten berkode BOLA itu memang mengalami sedikit perubahan pada perdagangan 13 Februari 2020. PT Asuransi Jiwa Kresna yang pada 24 Januari 2020 memegang 9,2% saham BOLA menyusut jadi 5,38%.

Kepemilikan Asuransi Jiwa Kresna di BOLA itu tinggal dimiliki oleh produk Unit Link Investa 4 AJK. Sisanya, kepemilikan saham Bali United dimiliki oleh Ayu Patricia Rachmat sebesar 5,25%, Miranda 5,25%, Pieter Tanuri 24,23%, PT Indolife Pensiontama 5,39%, dan PT Asuransi Central Asia 8,88%.

Selaras dengan perubahan kepemilikan di atas 5% itu, harga saham Bali United turun 12% dalam periode 24 Januari 2020 – 13 Februari 2020.

Jika dilihat secara historis awal sejak melantai di BEI pada 17 Juni 2019, harga saham BOLA memang diprediksi tidak bakal melejit drastis.

Hal itu melihat historis saham klub bola global yang sangat labil. Sentimen saham klub bola banyak dipengaruhi oleh hal non fundamental, seperti hasil pertandingan, transfer pemain, pergantian pelatih, dan polemik pendukung setia dengan manajemen.

Tulisan sebelumnya, saya menyebutkan kalau ada 4 sosok di balik Bali United sebelum IPO. Keempat sosok itu adalah Grup Salim, Pieter Tanuri, Grup Kresna, dan Grup Ascend.

Dalam prospektus, Salim masuk ke BOLA melalui PT Bali Paraga Bola, sedangkan Piter Tanuri masuk bersama saudaranya Yabes Tanuri.

Bulan Madu Saham Bali United Pasca IPO

Setelah melantai di BEI, harga saham Bali United langsung auto rejection atas (ARA) setelah melejit 69,14% menjadi Rp296 per saham. Padahal, Bali United menawarkan harga saham senilai Rp175 per saham saat IPO.

Beberapa pemegang saham di atas 5% yang tercatat di sana antara lain, PT Graha Kreasindo Prima sebanyak 5,81%, PT Bali Peraga Bola 15,67%, Ayu Patricia Rahmat 6,3%, Miranda 6,3%, dan Pieter Tanuri 13,44%.

Menariknya, di sini ada nama putri dari taipan T.P Rachmat. Ayu juga merupakan istri dari Patrick Walujo. Artinya, ada tangan taipan lain dalam Bali United.

Sehari kemudian 18 Juni 2019, harga saham Bali United kembali melonjak sebesar 25% menjadi Rp370 per saham. Perubahan kepemilikan di atas 5% terjadi pada PT Bali Peraga Bola.

Entitas yang diduga terafiliasi dengan Salim Grup itu menambah kepemilikan saham sebesar 10% menjadi 16,67%.

Keesokan harinya, 19 Juni 2019, harga saham BOLA kembali melejit 14,05% menjadi Rp422 per saham. Kenaikan itu tampaknya berhubungan erat dengan hadirnya PT Asuransi Jiwa Kresna yang memiliki saham hingga 5,01%.

Tak hanya itu, Pieter Tanuri juga menambah kepemilikan sahamnya di BOLA menjadi 13,49% dibandingkan dengan 13,44% pada periode sebelumnya.

Kemudian, pada 20 Juni 2019, harga saham BOLA melemas 10,9% menjadi Rp376 per saham. Pelemahan ini mungkin juga ada hubungannya dengan tidak ada transaksi signifikan yang terjadi di kelompok pemegang saham di atas 5%.

Hal itu bisa saja terjadi jika melihat transaksi pada 21 Juni 2019. Harga saham BOLA kembali melejit 2,65% menjadi Rp386 per saham. Padahal, Ayu Patricia Rachmat dan Miranda sama-sama mengurangi kepemilikan sahamnya di Bali United menjadi 5,25% dibandingkan dengan 6,3% pada hari sebelumnya.

Perubahan Kepemilikan Saham di Atas 5% Bali United

Nah, setelah dua bulan melantai di BEI, ada perubahan signifikan yang terjadi dalam komposisi pemegang saham Bali United.

Nama Bali Peraga Bola menghilang dari daftar pemegang saham di atas 5%. Per 2 Agustus 2019, komposisi pemegang saham BOLA antara lain, Ayu Patricia Rahmat dan Miranda masing-masing 5,25%, Pieter Tanuri 13,57%, PT Asuransi Jiwa Kresna 5,02%, dan PT Asuransi Central Asia 5,61%.

Harga saham Bali United pada 2 Agustus 2019 pun lebih rendah 1,55% menjadi Rp380 per saham dibandingkan dengan 21 Juni 2019 yang senilai Rp386 per saham.

Lompat ke 8 November 2019, harga saham Bali United kian turun. Padahal klub berkandang di Bali itu tengah berada di puncak peformanya.

Harga saham BOLA susut sebesar 5,26% menjadi Rp360 per saham dibandingkan dengan RP380 per saham pada 2 Agustus 2019.

Komposisi pemegang saham di atas 5%nya pun sedikit mengalami perubahan. Pieter Tanuri gencar menambah kepemilikan hingga 23,62%, sedangkan PT Asuransi Jiwa Kresna menghilang dari kelompok pemegang saham di atas 5%.

Lalu, PT Indolife Pensiontama dan PT Asuransi Jiwa Central Asia juga masuk menjadi pemegang saham diatas 5% dengan masing-masing memegang 5,39% dan 5,61%. Kedua perusahaan asuransi itu bisa dibilang masih punya hubungan dengan Grup Salim.

Kemudian, PT Asuransi Central Asia menambah kepemilikan sahamnya di BOLA menjadi 8,88% dibandingkan dengan 5,61% pada periode sebelumnya.

Menuju Kampiun, Harga Saham BOLA Terus Menyusut

Sampai 27 November 2019, jelang Bali United menjadi juara, harga saham BOLA malah terus turun. Harga saham BOLA susut 2,85% menjadi Rp350 per saham dibandingkan dengan Rp360 per saham pada 8 November 2019.

Di tengah penurunan itu, Pieter Tanuri terus menambah kepemilikan sahamnya di BOLA menjadi 24,23% dibandingkan dengan sebelumnya sebesar 23,62%.

Awal Desember 2019 menjadi kabar yang membahagiakan bagi Bali United karena menjadi kampiun Liga 1 Shopee musim 2018/2019. Namun, pergerakan harga sahamnya berkata lain.

Per 9 Desember 2019, harga saham BOLA malah turun sebesar 0,57% menjadi Rp348 per saham dibandingkan dengan periode 27 November 2019.

Di tengah penurunan harga saham itu, PT Asuransi Jiwa Central Asia menambah kepemilikannya menjadi 6,4% dibandingkan dengan 5,61% pada periode sebelumnya.

Nasib apes tidak henti-hentinya mewarnai harga saham BOLA. Emiten klub bola satu-satunya di Asean itu mencatatkan penurunan harga saham sebesar 7,47% menjadi Rp322 per saham pada 13 Desember 2019 dibandingkan dengan 9 Desember 2019.

Dalam periode itu, PT Asuransi Jiwa Kresna kembali masuk menjadi pemegang saham di atas 5% sebesar 9,2%. Sayangnya, masuknya Asuransi Jiwa Kresna itu nyatanya belum mendongkrak harga saham BOLA secara berkelanjutan.

Nah, apakah ada perubahan komposisi kepemilikan saham di atas 5% yang membuat harga saham Bali United anjlok hingga 11% pada periode valentine kemarin? Nantikan jawabannya besok ya.

The post Saham Bali United, Goyangan Salim dan Kresna Belum Bertuah Cuan appeared first on SuryaRianto.

]]>
https://suryarianto.id/saham-bali-united-goyangan-salim-dan-kresna-belum-bertuah-cuan/feed/ 0
Prospek TikTok, yang Alay Berjoget Siap Berjaya https://suryarianto.id/prospek-tiktok-yang-alay-berjoget-siap-berjaya/ https://suryarianto.id/prospek-tiktok-yang-alay-berjoget-siap-berjaya/#comments Wed, 05 Feb 2020 12:57:52 +0000 https://suryarianto.id/?p=834 Prospek TikTok diprediksi bisa menyalip Instagram sebagai media sosial paling digemari saat ini. Namun, apakah TikTok mampu melakukan itu atau malah senasib seperti Snapchat? Fenomena Bowo Alpenliebe yang viral pada 2018 lewat TikTok ternyata tak membuat label ‘Alay’ terus tersemat di aplikasi besutan Bytedance tersebut. Malah, Kementerian Komunikasi dan Informasi yang sempat blokir TikTok sudah […]

The post Prospek TikTok, yang Alay Berjoget Siap Berjaya appeared first on SuryaRianto.

]]>
Prospek TikTok diprediksi bisa menyalip Instagram sebagai media sosial paling digemari saat ini. Namun, apakah TikTok mampu melakukan itu atau malah senasib seperti Snapchat?

Fenomena Bowo Alpenliebe yang viral pada 2018 lewat TikTok ternyata tak membuat label ‘Alay’ terus tersemat di aplikasi besutan Bytedance tersebut. Malah, Kementerian Komunikasi dan Informasi yang sempat blokir TikTok sudah membuat akun di media sosial itu sejak 22 Maret 2019.

Kini, Kemenkoinfo sudah memiliki 2.113 pengikut dengan 11.100 suka. Rudiantara, Menteri Komunikasi dan Informasi periode 2014-2019, yang memblokir TikTok sempat muncul dalam postingan pada 16 April 2019. Dalam konten itu, Rudiantara mengajak masyarakat [terutama anak muda yang main TikTok] untuk ikut berpartisipasi dalam pemilu 2019.

BACA JUGA: Nasib AISA, Ekspansi Gila-gilaan Selama Dua Dekade

TikTok makin melejit namanya sejak akhir 2019 ketika banyak influencer Instagram mulai membuat akun media sosial tersebut. Seorang teman yang berstatus influencer pun mulai membuat akun TikTok pada Januari 2020. Alasannya, TikTok terlihat menyenangkan.

“Main TikTok tuh kayak bisa nunjukkin elu apa adanya gitu sih,” ujarnya.

Dari data Hootsuite, 60% pengguna TikTok sampai akhir 2019 masih dikuasai warga China, sisanya tersebar di seluruh dunia. Rata-rata pengguna platform ini berumur 16 – 24 tahun.

Prospek TikTok Bisa Senasib dengan Snapchat atau Tidak?

Lalu, apakah prospek TikTok benar-benar bisa menggeser Instagram sebagai media sosial yang paling digandrungi saat ini atau bakal senasib seperti Snapchat?

Jika dilihat secara keseluruhan, nasib TikTok mungkin akan berbeda dengan Snapchat dan bisa saja menjadi pesaing berat Instagram. Soalnya, TikTok ini ibarat perubahan jogres [istilah para penggemar anime Digimon] antara Instagram dengan Snapchat.

Bentuk konten TikTok adalah video selama 15 detik, 60 detik, atau kumpulan foto yang menjadi bentuk video yang bisa ditambah dengan efek dan langsung edit di aplikasi tersebut. Hasil konten akan muncul di lini masa yang bentuknya mirip Instagram.

PODCAST: Virus Corona dan Dampaknya ke Bulu Tangkis

Lini masa yang mirip Instagram itu pula yang bisa membedakan nasib TikTok dengan Snapchat. Aplikasi Snapchat bisa dibilang sebagai pelopor video vertikal, tetapi pamornya di Asia kalah jauh dari Instagram, karena tidak memiliki linimasa permanen.

Ditambah, konten TikTok bisa dibagikan di Instagram dengan menyematkan logo dan ID penggunanya. Hal itu bisa saja membuat pengguna Instagram tergoda untuk membuat akun TikTok.

Sebenarnya, Instagram pun tidak tinggal diam. Sejak 2018, Instagram juga mulai fokus membuat lini masa khusus konten video dengan hadirnya IGTV. Dengan melejitnya TikTok sejak 2019, kehadiran IGTV seolah menjadi inovasi Facebook Grup untuk melawan Youtube dan bertahan dari serangan TikTok.

Beberapa update IGTV pun dilakukan Instagram dari bentuk kaku harus video vertikal hingga menjadi fleksibel untuk video Horizontal. Toh, para pengguna banyak yang sekadar memindahkan konten Youtube ke IGTV sehingga Instagram tampaknya memilih fleksibel demi meningkatkan pamor fitur barunya tersebut.

Hal ini bisa jadi pelajaran untuk TikTok dalam pengembangan fitur ke depannya agar bisa bersaing ketat dengan Instagram. Karakter fleksibel lebih disukai pengguna ketimbang harus kaku demi eksklusivitas yang malah membuat pengguna lari.

The post Prospek TikTok, yang Alay Berjoget Siap Berjaya appeared first on SuryaRianto.

]]>
https://suryarianto.id/prospek-tiktok-yang-alay-berjoget-siap-berjaya/feed/ 1