Jadwal Dividen Tahun Ini, Kira-kira Saham Apa yang Paling Royal Ya?

jadwal dividen

Jadwal dividen menjadi yang dinantikan para trader yang mungkin kini sudah merangkap sebagai investor atau memang sejatinya sudah berniat menjadi investor. Lalu, emiten mana yang tebar dividen paling besar ya?

Secara nilai total dividen, lima emiten yang terbesar membagikan dividen per 3 April 2020 adalah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., PT Bank Mandiri (Persero) Tbk., PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk., PT Bank Danamon Tbk., dan PT Adira Multi Finance Tbk.

Bisa dibilang, kelima saham yang paling royal bagikan dividen sampai saat ini berasal dari sektor finansial.

Secara total, BRI membagikan dividen senilai Rp20,6 triliun, Bank Mandiri bagikan Rp16,49 triliun, BNI bagikan Rp3,85 triliun, Bank Danamon bagikan Rp1,42 triliun, dan Adira bagikan Rp1,05 triliun.

BACA JUGA: Virus Corona Masuk Indonesia, Sentimen Positif untuk Saham Farmasi dan Rumah Sakit?

Jika dilihat dari segi dividen per saham ternyata tidak ada perubahan signifikan. Hanya posisinya yang berubah, Adira menjadi saham yang bagikan dividen per saham paling besar senilai Rp1.054 per saham.

Bank Mandiri berada di posisi kedua dengan nilai Rp353,34 per saham. Lalu, BNI di posisi ketiga dengan nilai Rp206,25 per saham.

Bank Danamon bertengger di posisi keempat dengan nilai Rp187,55 per saham, sedangkan BRI di posisi kelima dengan nilai Rp168,2 per saham

Sampai akhir Februari 2020, baru ada tiga emiten yang melakukan RUPS tahunan. Ketiga emiten itu antara lain, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., PT Bank Mandiri (Persero) Tbk., dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.

1. Valuasi Saham Adira (ADMF)

Adira menutup perdagangan Jumat 3 April 2020 dengan penguatan sebesar 3,31% menjadi Rp7.800 per saham. Lalu, bagaimana dengan valuasi harga saham emiten ini, sudah murah atau masih mahal?

Jika dilihat dengan acuan price earning to ratio (PER) dan price to book value ratio (PBV). Posisi PER Adira saat ini sebesar 3,7 kali, sedangkan PBV sebesar 0,97 kali.

Angka itu bisa dibilang sudah cukup murah. Apalagi, kalian masih bisa mendapatkan hak dividen senilai Rp1.054 per saham jika membeli sebelum 8 April 2020.

Dengan modal Rp780.000 untuk membeli 1 lot saham Adira, kamu akan mendapatkan Rp105.400 dari dividen yang akan dibayarkan pada 30 April 2020.

Nilai dividen itu sudah setara 13,51% dari nilai investasi 1 lot saham Adira. Sebuah persentase cuan yang mungkin cukup sulit untuk didapatkan di tengah pandemi Covid-19 saat ini.

2. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.



Harga saham BMRI pada penutupan Jumat 3 April 2020 menguat 5,79% menjadi Rp5.025 per saham. Lalu, apakah harga sahamnya sudah murah?

Jika di cek secara valuasi dengan acuan PER dan PBV, saat ini PER Bank Mandiri sebesar 8,53 kali, sedangkan PBV sebesar 1,15 kali. Apakah angka valuasi ini cukup murah?

Jika melihat status Bank Mandiri sebagai bank BUKU IV alias kasta tertinggi dan menjadi bank dengan aset terbesar kedua di Indonesia, valuasi itu harusnya sudah cukup murah.

Namun, ada beberapa kekhawatiran terkait saham bank saat ini, yakni terkait dampak pandemi Covid-19. Ada kekhawatiran rasio kredit bermasalah perbankan bisa meningkat.

Di sisi lain, pemerintah sudah menyiapkan stimulus untuk restrukturisasi kredit sejak dini sehingga dampaknya kepada NPL bank bisa lebih sedikit. Apalagi, bank bermodal besar seperti, Bank Mandiri harusnya tidak terdampak signifikan hingga harga sahamnya bakal anjlok parah.

3. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI)

Harga saham BBNI ditutup menguat 4,16% menjadi Rp4.010 per saham pada perdagangan Jumat 3 April 2020.

Jika dilihat dari PER dan PBVnya saat ini, BBNI memiliki PER sebesar 4,86 kali dan PBV 0,61 kali. Artinya, valuasi BBNI bisa dibilang lebih murah ketimbang BMRI yang memiliki PER maupun PBV lebih tinggi dari BBNI.

Kedua bank ini sangat bisa dibandingkan karena apple to apple dari segi bisnis. BBNI dan BMRI sama-sama memiliki porsi kredit di sektor korporasi, konsumer, dan sedikit di UMKM.

Namun, yang perlu dilihat adalah dari segi fundamental keuangan. Bank Mandiri bisa dibilang lebih baik setelah mengalami pemulihan selama tiga tahun terakhir.

Di sisi lain, BNI kini dipimpin oleh Dirut anyar, yang merupakan orang lama, yakni Herry Sidharta. BBNI akan menanti tuah Herry, akankah membawa bank yang pernah jadi bank sentral di Indonesia ke arah yang lebih bagus ke depannya?

4. PT Bank Danamon Tbk. (BDMN)

Selaras dengan saham sektor finansial lainnya, Bank Danamon juga menutup perdagangan Jumat 3 April 2020 dengan kenaikan sebesar 1% menjadi Rp2.030 per saham.

Secara valuasi PER dan PBV, Bank Danamon lebih murah lagi ketimbang BMRI. BDMN memiliki PER sebesar 4,87 kali, sedangkan PBV sebesar 0,44 kali.

Namun, secara PER, BDMN lebih mahal ketimbang BBNI, meski dari segi PBV tetap lebih rendah dari BBNI.

Secara keseluruhan, BDMN sedang masa transisi setelah diakuisisi oleh MUFG grup, bank asal Jepang. Lalu, BDMN pun tengah menuju menjadi bank BUKU IV. [secara modal inti harusnya sudah menjadi bank BUKU IV]

Permasalahan utama Bank Danamon ketika masih berada di tangan Temasek Grup adalah kredit UMKM. Bank Danamon memiliki keunggulan di sektor kredit mikro sejak 2004, tetapi ternyata kredit sektor itu memberikan kredit bermasalah yang cukup tinggi pada beberapa tahun terakhir.

Secara perlahan, Bank Danamon pun sudah membereskan kredit mikro bermasalah tersebut.

5. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI)

Saham BBRI mencatatkan kenaikan tipis 0,7% menjadi Rp2.890 per saham pada penutupan perdagangan 3 April 2020. Bagaimana dengan valuasinya?

Harga saham BBRI itu bisa dibilang sudah anjlok parah dari sebelumnya berada di level Rp4.000-an.

Namun, ternyata dari segi valuasi, saham BBRI tetap yang paling mahal dibandingkan dengan bank besar lainnya seperti, BMRI, BBNI, dan BDMN. BBRI memiliki PER sebesar 10,36 kali dengan PBV 1,73 kali.

Apalagi, BBRI bakal menghadapi tantangan yang lebih besar dalam pandemi Covid-19. Pasalnya, mayoritas portofolio kreditnya di sektor UMKM yang paling terdampak dari pandemi tersebut.

Hal itu diungkapkan oleh Sri Mulyani yang membandingkan kondisi sekarang dengan krisis 1998. Jika, krisis 1998, UMKM menjadi bisnis yang paling bisa bertahan, tetapi di kala pandemi ini justru bisnis kecil menengah itu yang terengah-engah mencari cuan.

Artinya, BBRI bisa mencatatkan kenaikan rasio kredit bermasalah dan perlambatan pertumbuhan kredit. Mungkin, masih ada peluang mencari posisi harga saham BBRI lebih murah lagi ke depannya, jika kalian tertarik masuk ke bank dengan aset terbesar di Indonesia tersebut.

*update terakhir pada 3 April 2020

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.