Opini – SuryaRianto https://suryarianto.id Seterang Matahari Wed, 01 Apr 2020 06:08:08 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=5.4 https://suryarianto.id/wp-content/uploads/2019/03/cropped-orbz_sun-32x32.png Opini – SuryaRianto https://suryarianto.id 32 32 Darurat Sipil dan Strategi Atasi Penyebaran Covid-19 https://suryarianto.id/darurat-sipil-dan-strategi-atasi-penyebaran-covid-19/ https://suryarianto.id/darurat-sipil-dan-strategi-atasi-penyebaran-covid-19/#respond Wed, 01 Apr 2020 06:08:35 +0000 https://suryarianto.id/?p=955 Darurat sipil menjadi topik hangat pada Selasa (31/03/2020). Istilah itu mencuat setelah Presiden Joko Widodo memilih kebijakan pembatasan sosial berskala besar yang diiringi dengan kebijakan itu untuk meredam penyebaran pandemi Covid-19. Terakhir kali istilah darurat sipil mencuat pada 14 Mei 2004 ketika Indonesia masih dipimpin oleh Megawati Soekarnoputri. Kala itu, Megawati menurunkan status di Aceh […]

The post Darurat Sipil dan Strategi Atasi Penyebaran Covid-19 appeared first on SuryaRianto.

]]>
Darurat sipil menjadi topik hangat pada Selasa (31/03/2020). Istilah itu mencuat setelah Presiden Joko Widodo memilih kebijakan pembatasan sosial berskala besar yang diiringi dengan kebijakan itu untuk meredam penyebaran pandemi Covid-19.

Terakhir kali istilah darurat sipil mencuat pada 14 Mei 2004 ketika Indonesia masih dipimpin oleh Megawati Soekarnoputri. Kala itu, Megawati menurunkan status di Aceh dari darurat militer menjadi darurat sipil.

Perbedaan antara darurat militer dan darurat sipil berada pada pemberi komando tertinggi. Jika darurat militer, komando tertinggi ada ada pada pihak militer yang ditunjuk oleh presiden, sedangkan darurat sipil dikomandoi oleh kepala daerah setempat.

BACA JUGA: IHSG Melemah dan Keputusan Jokowi Atasi Pandemi Covid-19

Istilah darurat sipil yang muncul dalam strategi penanganan Covid-19 ini menimbulkan polemik. Pasalnya, status itu biasanya ditetapkan untuk kondisi negara yang terancam pemberontakan, kerusuhan, dan hal-hal lain yang tidak bisa diatasi oleh perlengkapan biasa.

Apalagi, jika menengok pasal 13 Perpu Nomor 23 Tahun 1959 terkait Penetapan Keadaan Bahaya.

Isinya adalah penguasa darurat sipil berhak mengadakan peraturan untuk membatasi pertunjukan, percetakan, penerbitan, pengumuman, penyampaian, penyimpanan, penyebaran, perdagangan, dan penempelan tulisan berupa apapun juga, termasuk lukisan, klise, dan gambar.

Lalu, Pasal 17 tertulis kalau penguasa berhak mengetahui semua berita serta percakapan kantor telepon, radio.

Penguasa juga bisa melarang atau memutuskan pengiriman berita atau percakapan dengan perantara telepon atau radio. Selain itu, banyak ketentuan ‘berhak’ yang bisa dilakukan oleh penguasa pada mode tersebut.

Darurat Sipil dan Pembatasan Sosial Skala Besar

Di sisi lain, kebijakan pembatasan sosial berskala besar yang beriringan dengan darurat sipil masih penuh tanda tanya karena menunggu Peraturan Pemerintah rampung untuk detail pelaksanaannya. [Update PP dan Keppres sudah keluar]

Pembatasan sosial berskala besar adalah salah satu bagian dalam UU Nomor 6/2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan. Pembatasan sosial berskala besar adalah respons kedaruratan kesehatan masyarakat.

Kebijakan pembatasan sosial berskala besar meliputi peliburan sekolah dan tempat kerja, pembatasan kegiatan keagamaan, dan pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum.

Perbedaan mendasar antara pembatasan sosial berskala besar dan karantina wilayah adalah tanggung jawab pemerintah terhadap masyarakat dan hewan ternak yang ada di wilayah karantina tersebut.

Berbicara karantina, banyak pihak khawatir bisa menimbulkan kerusuhan, terutama yang trauma dengan kejadian krisis 1998, meski kondisinya jauh berbeda.

Di sisi lain, masyarakat di zona merah pun sudah pasrah soal ekonomi yang memang sudah terkena dampaknya dan berharap pemerintah bisa mengambil kebijakan cepat serta tepat dalam penanganan pandemi Covid-19.

“Ya mau bagaimana lagi, memang lagi begini juga kondisinya,” ujar tukang nasi goreng di daerah Tangerang yang sempat tidak mendapatkan pelanggan seharian penuh sejak pandemi Covid-19 merebak di Indonesia.

Semoga saja keputusan pembatasan sosial berskala besar mampu mengendalikan penyebaran Covid-19.

The post Darurat Sipil dan Strategi Atasi Penyebaran Covid-19 appeared first on SuryaRianto.

]]>
https://suryarianto.id/darurat-sipil-dan-strategi-atasi-penyebaran-covid-19/feed/ 0
IHSG Melemah dan Keputusan Jokowi untuk Penanganan Corona https://suryarianto.id/ihsg-melemah-dan-keputusan-jokowi-untuk-penanganan-corona/ https://suryarianto.id/ihsg-melemah-dan-keputusan-jokowi-untuk-penanganan-corona/#respond Mon, 30 Mar 2020 12:33:08 +0000 https://suryarianto.id/?p=951 IHSG kembali melemah pada perdagangan Senin 30 Maret 2020 setelah turun 2,88% menjadi 4.414. Sektor industri lainnya dan manufaktur menjadi penekan utama IHSG pada perdagangan awal pekan ini. Sebelumnya, IHSG sudah diprediksi kembali tertekan karena ada indikasi aksi ambil untung atau taking profit. Pasalnya, sepanjang pekan lalu, IHSG mampu menguat sebesar 8,63%. BACA JUGA: Pandemi […]

The post IHSG Melemah dan Keputusan Jokowi untuk Penanganan Corona appeared first on SuryaRianto.

]]>
IHSG kembali melemah pada perdagangan Senin 30 Maret 2020 setelah turun 2,88% menjadi 4.414. Sektor industri lainnya dan manufaktur menjadi penekan utama IHSG pada perdagangan awal pekan ini.

Sebelumnya, IHSG sudah diprediksi kembali tertekan karena ada indikasi aksi ambil untung atau taking profit. Pasalnya, sepanjang pekan lalu, IHSG mampu menguat sebesar 8,63%.

BACA JUGA: Pandemi Corona, Lupakan Cuan Sejenak

Sepanjang perdagangan hari ini, BEI sempat menghentikan sementara perdagangan karena IHSG anjlok tembus 5% jelang penutupan pasar sesi I. Untungnya, pelemahan IHSG mampu menipis menjadi 2,88% pada penutupan perdagangan jam 15:00 WIB tadi.

Meskipun begitu, lima saham top gainers teratas masih bisa menguat hingga di atas 30% loh.

PT Acset Indonusa Tbk. (ACST) menjadi top gainer harian tertinggi pada hari ini setelah menguat 34,38% menjadi Rp172 per saham.

PODCAST: IHSG Anjlok Parah, Apa yang Harus Kita Lakukan?

PT Ayana Land International Tbk. (NASA) menjadi top gainer tertinggi kedua setelah naik 25,63% menjadi Rp250 per saham.

PT Intan Baruprana Finance Tbk. (IBFN) menjadi tertinggi ketiga setelah naik 25% menjadi Rp300 per saham.

PT Bank Artos Indonesia Tbk. (ARTO) menjadi tertinggi keempat setelah naik 25% menjadi Rp590 per saham.

PT Destinasi Tirta Nusantara Tbk. (PDES) menjadi tertinggi kelima setelah naik 24,49% menjadi Rp610 per saham.

Namun, lonjakan saham tiga dari lima top gainers itu kurang likuid. Ketiga saham melejit hanya pada satu titik perdagangan alias tidak aktif.

Ketiga saham itu antara lain, NASA, IBFN, dan PDES.

Di sisi lain, ARTO hanya aktif pada sesi pertama. Hanya ACST yang mencatatkan perdagangan lumayan aktif dari awal perdagangan sampai penutupan hari ini.

IHSG Melemah, Berita Tentang Pandemi Corona Hari Ini

Berita terhangat hari adalah keputusan Presiden Indonesia atau Joko Widodo untuk melakukan pembatasan sosial dalam skala besar dan dikombinasikan dengan darurat sipil.

Apaan tuh? tanpa detail yang lebih jelas, saya menerka-nerka kalau ini adalah kalimat bersayap dari karantina wilayah.

Namun, pembatasan sosial dalam skala besar ini memang berbeda dengan karantina wilayah. Dalam UU Kekarantinaan Kesehatan Nomor 6 Tahun 2018, keduanya dibahas sebagai mitigasi faktor risiko di wilayah pada situasi kedaruratan kesehatan masyarakat.

Pembatasan sosial berskala besar mengatur soal pembatasan aktivitas masyarakat di sekolah, kantor, dan publik. Dalam aturan itu, penyelenggaraan pembatasan sosial skala besar berkoordinasi dan bekerja sama dengan berbagai pihak terkait dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Lalu Apa Bedanya dengan Karantina Wilayah?

Perbedaan antara pembatasan sosial berskala besar dengan karantina wilayah dalam UU itu adalah selama dalam karantina wilayah, kebutuhan hidup dasar orang dan makanan hewan ternak menjadi tanggung jawab pemerintah pusat.

Nantinya pemerintah pusat akan melibatkan pemerintah daerah dan pihak terkait dalam proses karantina wilayah.

Jadi perbedaan signifikannya adalah masalah kebutuhan hidup dasar masyarakat yang ditanggung atau tidak oleh pemerintah pusat.

Mungkin, dengan berbagai perhitungan, mungkin ada alasan Jokowi memilih pembatasan sosial berskala besar ketimbang karantina wilayah.

Namun, tujuan dari pembatasan skala besar dan karantina wilayah adalah sama, yakni membatasi mobilitas masyarakat.

Bagaimana Nasib Pekerja Informal dan Harian?

Dari sisi ini, pemerintah menyiapkan bantuan langsung tunai khusus kepada pekerja informal dan harian jauh sebelum memutuskan akan pilih pembatasan sosial dalam skala besar.

Artinya, seharusnya nasib pekerja informal dan harian sudah ditanggung oleh pemerintah lewat bantuan langsung tunai tersebut.

Nantinya, nasib ekonomi negara akan tergantung seberapa cepat strategi pembatasan sosial skala besar ini bisa sukses meredam penyebaran virus Corona lebih jauh.

Begitu juga nasib para pekerja formal yang bisa terimbas dari kondisi ekonomi yang melambat. Harapannya, semoga saja tidak ada gelombang PHK yang cukup besar.

Lalu, apa hubungannya dengan membahas IHSG di awal cerita?

Keputusan pemerintah ini berarti menjadi tindakan tegas pemerintah yang membuat arah pasar saham bisa menjadi lebih baik.

Apalagi, jika itu sudah diimplementasikan. Artinya, ada langkah serius pemerintah untuk menangani penyebaran virus Corona di Indonesia.

Tinggal menunggu waktu saja IHSG bisa kembali ke 5.000-an dan para ‘nyangkuters’ bisa mendulang cuan.

The post IHSG Melemah dan Keputusan Jokowi untuk Penanganan Corona appeared first on SuryaRianto.

]]>
https://suryarianto.id/ihsg-melemah-dan-keputusan-jokowi-untuk-penanganan-corona/feed/ 0
Pandemi Corona, Mari Lupakan Cuan Sejenak https://suryarianto.id/pandemi-corona-mari-lupakan-cuan-sejenak/ https://suryarianto.id/pandemi-corona-mari-lupakan-cuan-sejenak/#respond Tue, 24 Mar 2020 13:14:31 +0000 https://suryarianto.id/?p=948 Pandemi Corona benar-benar menyandera ekonomi dunia, termasuk Indonesia. Saya sendiri tidak pernah membayangkan dampak pandemi Corona itu bisa sebesar ini. Awalnya, melihat IHSG yang jatuh ke 4.000-an, saya tidak begitu takut. “Paling, nanti sepekan lagi balik ke 5.000-an.” Alasan saya tidak takut IHSG terjun ke 4.000-an adalah karena pada 2015 pernah terjadi hal serupa. Tak […]

The post Pandemi Corona, Mari Lupakan Cuan Sejenak appeared first on SuryaRianto.

]]>
Pandemi Corona benar-benar menyandera ekonomi dunia, termasuk Indonesia. Saya sendiri tidak pernah membayangkan dampak pandemi Corona itu bisa sebesar ini.

Awalnya, melihat IHSG yang jatuh ke 4.000-an, saya tidak begitu takut. “Paling, nanti sepekan lagi balik ke 5.000-an.”

Alasan saya tidak takut IHSG terjun ke 4.000-an adalah karena pada 2015 pernah terjadi hal serupa. Tak ayal, hanya beberapa waktu, IHSG malah bangkit hingga tembus 6.000.

BACA JUGA: IHSG Anjlok Hingga Pasar Dihentikan Benar Cuma Gara-gara Pandemi Corona?

Nyatanya, itu tak terjadi, IHSG terus terjun bebas hingga tembus 3.900. Sebuah angka psikologis yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.

Bagi yang punya portofolio saham pasti langsung enggan melihat nasib portofolionya saat ini.

Terlebih, kurs rupiah yang ambrol hingga tembus Rp16.000-an membuat kondisi ekonomi mengkhawatirkan. Emiten yang memiliki kebutuhan impor bahan baku pastinya langsung terdampak.

PODCAST: IHSG Anjlok Parah, Apa yang Harus Kita Lakukan?

Di sisi lain, beberapa emiten yang ekspor harusnya justru lebih diuntungkan, tetapi kondisi pandemi Corona membuat nasib para emiten yang ekspor ini jadi kurang bagus. Permintaan ekspor sangat menantang dalam kondisi saat ini.

Pandemi Corona, Fokus Meredam Penyebaran, Lupakan Cuan Sesaat

Jujur, untuk saat ini saya cenderung memilih untuk berkontribusi meredam penyebaran pandemi Corona ketimbang memburu cuan. Bisa dibilang, tahun ini saya ingin tutup mata soal cuan dari investasi.

Hal ini juga yang sempat saya soroti kepada pemerintah Indonesia terkait strategi pandemi Corona yang cenderung lambat. Saya secara subjektif menilai pemerintah seharusnya langsung lockdown lokal ketimbang tetap bermain imbauan menjaga jarak seperti saat ini.

Alasannya, pemerintah sudah telat dalam penanganan pandemi Corona selama dua bulan. Bahkan, pemerintah masih sempat-sempatnya memberikan insentif untuk pariwisata dari wilayah terdampak pandemi Corona.

Namun, alasan pemerintah berkukuh tidak melakukan lockdown sangat jelas. Mereka memikirkan para pekerja informal dengan upah harian sehingga lockdown bukanlah pilihan tepat.

Dibutuhkan biaya yang besar untuk menanggung mereka yang tidak memiliki pendapatan tetap bulanan.

Namun, masyarakat mau tidak mau harus sadar kalau physical distancing atau jaga jarak secara fisik sangat penting. Karakter virus Covid-19 yang bisa menginang ke tubuh orang sehat dan pindah ke orang yang rentan membuat jaga jarak menjadi penting.

Awalnya, banyak yang beranggapan virus corona ini sepele karena tingkat fatalnya lebih rendah ketimbang MERS dan SARS. Sayangnya, fakta itu harus dilupakan karena penyebaran Virus Corona lebih cepat dan penyembuhannya tidak sebentar, terutama bagi kategori orang yang rentan.

Menjaga Agar Tim Medis dan Fasilitas Kesehatan Tetap Mumpuni

Akhirnya, Indonesia yang sempat meremehkan pandemi Corona menjadi salah satu negara dengan tingkat kematian tertinggi di dunia. Dari sini ada satu yang saya khawatirkan, yakni nasib tim medis dan fasilitas kesehatan yang tergopoh-gopoh mengurus pasien positiv Covid-19.

Banyangkan, di Indonesia ada sekitar 260 juta penduduk. Jika sudah ada 600-an pasien positif, artinya ada kemungkinan ribuan hingga puluhan ribu masyarakat yang suspect dengan indikasi pernah berinteraksi dengan para pasien positif tersebut.

Lalu, berapa jumlah tim medis dan sejauh mana kualitas fasilitas kesehatan untuk menangani hal ini? ini yang sangat ditakutkan.

Bayangkan, tim medis sampai kekurangan alat pelindung seperti, masker dan sarung tangan gara-gara terjadi panic buying di kalangan masyarakat. Belum lagi, masih saja ada yang mencoba keruk untung dari kondisi seperti ini.

Banyak anggota tim medis yang ikut positif bahkan sampai meninggal dunia gara-gara kondisi saat ini. Hal itu pula yang membuat saya mendesak pemerintah untuk melakukan lockdown karena warganya sudah pala batu semua.

Dari berbagai konten yang viral, ada yang menjelaskan tingkat fatalnya Covid-19 adalah ketika fasilitas kesehatan dan tim medis tidak mampu menangani pasien yang positif. Penyebaran yang cepat membuat jumlah penderita makin banyak hingga bisa melebihi kapasitas fasilitas kesehatan.

Ini pula yang terjadi di Italia di mana jumlahnya meningkat drastis. Buat yang masih berupaya cari cuan dari sini, saya sarankan berhenti segera. Alasannya, kalau dampak pandemi Corona ke Indonesia makin parah, yang hidup susah juga kalian-kalian yang mencari cuan enggak seberapa dibandingkan dengan kerugian.

Apa Kontribusi yang Bisa Kita Lakukan untuk Meredam Penyebaran Pandemi Corona?

Kalian bukan tim medis, tapi ingin membantu agar bisa redam penyebaran pandemi Corona. Baiklah di sini akan saya jelaskan cara kontribusi terbesar untukmu.

Pertama, rebahan saja di rumah, enggak usah ke luar untuk hal yang enggak penting. Dengan meminimalisir mobilitas di luar rumah, kita sudah mempermudah orang yang harus ke luar rumah untuk melakukan physicaly distancing.

Kedua, jika terpaksa ke luar, tolong jagalah jarak dengan masyarakat lainnya. Jika bersin atau batuk bisa ditutup agar tidak mengenai orang lain. Kendaraan pribadi bisa jadi pilihan jika memungkinan untuk melakukan mobilitas ke luar karena beberapa kota sudah membatasi transportasi publik.

Ketiga, jangan panic buying karena bisa membuat physicaly distancing gagal sehingga penyebaran makin luas. Enggak cuma masalah penyebaran yang makin meluas, panic buying yang enggak jelas juga bisa mendongkrak harga-harga barang.

Logikanya gini, ngapain kalian beli 10 dus mie instan? apakah kalian benar-benar perlu memakan mie instan setiap hari. Lalu, untuk apa borong gula? kalian mau kena diabetes bareng-bareng?

Tetap tenang, masalah pangan akan terjaga selama kalian enggak panic buying. Kalau, kalian panic buying yang ada pasokan menipis. Sikap panic buying adalah keegoisan yang tiada gunanya.

Keempat, tolong edukasi bahaya Covid-19 ke kerabat terdekat, terutama generasi boomers dan beberapa orang yang masih berkukuh mau liburan.

Jadi, untuk saat ini, mari kita lupakan cuan sejenak dan fokus untuk membantu redam penyebaran pandemi Corona. Pemerintah boleh lambat bertindak, tetapi kita bisa bergerak sendiri untuk meredam penyebaran virus yang sudah menjadi pandemi tersebut

The post Pandemi Corona, Mari Lupakan Cuan Sejenak appeared first on SuryaRianto.

]]>
https://suryarianto.id/pandemi-corona-mari-lupakan-cuan-sejenak/feed/ 0
IHSG Anjlok hingga Pasar Dihentikan, Cuma Gara-gara Virus Corona? https://suryarianto.id/ihsg-anjlok-hingga-pasar-dihentikan-cuma-gara-gara-virus-corona/ https://suryarianto.id/ihsg-anjlok-hingga-pasar-dihentikan-cuma-gara-gara-virus-corona/#respond Thu, 12 Mar 2020 09:55:46 +0000 https://suryarianto.id/?p=941 IHSG anjlok ke 4.900 menjadi topik panas hari ini. Bagaimana tidak, stimulus OJK yang mengizinkan buyback tanpa RUPS dan BEI yang menggunakan auto rejection asimetris ternyata tidak mampu menahan tekanan ke IHSG lebih jauh lagi. Bahkan, IHSG anjlok sampai tembus 4.895 dan perdagangan saham di BEI terpaksa dihentikan sementara dan ditutup lebih awal pada 15:33 […]

The post IHSG Anjlok hingga Pasar Dihentikan, Cuma Gara-gara Virus Corona? appeared first on SuryaRianto.

]]>
IHSG anjlok ke 4.900 menjadi topik panas hari ini. Bagaimana tidak, stimulus OJK yang mengizinkan buyback tanpa RUPS dan BEI yang menggunakan auto rejection asimetris ternyata tidak mampu menahan tekanan ke IHSG lebih jauh lagi.

Bahkan, IHSG anjlok sampai tembus 4.895 dan perdagangan saham di BEI terpaksa dihentikan sementara dan ditutup lebih awal pada 15:33 WIB.

BACA JUGA: Tiga Pilar Sejahtera, Detik-detik Keruntuhan Bisnis Raja Beras Premium

Gejolak pasar saham, termasuk IHSG anjlok itu terjadi setelah WHO menetapkan virus corona sebagai pandemi.

Pandemi adalah sebuah kejadian luar biasa yang meluas secara internasional dan di luar kendali. Level pandemi lebih tinggi ketimbang epidemi dan wabah.

PODCAST: Apa Sih Dampak Kebijakan Buyback Tanpa RUPS Ke Harga Saham?

Nah, kali ini saya coba merincikan seberapa besar dampaknya pandemi virus corona terhadap ekonomi dunia, termasuk pasar saham.

Apa Sih Hubungan Antara Virus Corona dengan IHSG anjlok?

Status pandemi pada kasus virus corona memicu kepanikan di pasar karena melahirkan spekulasi kondisi ekonomi global akan memburuk.

Kok bisa gara-gara virus corona membuat ekonomi global memburuk?

Untuk menjawab itu, kita coba membahas dari awal kasus virus corona COVID-19 ini muncul di Wuhan, China. Ketika kasus meluas lebih jauh lebih, banyak pabrik manufaktur dan otomotif di Wuhan yang ditutup sementara.

Hal ini jelas akan memengaruhi produksi perusahaan yang memiliki pabrik di sana. Jika produksi turun, artinya pendapatan juga berpotensi turun.

Kondisi itu bisa memicu pemutusan hubungan kerja (PHK) atau dirumahkan.

Itu gambaran jika virus corona hanya ada di Wuhan. Bayangkan dengan kondisi sekarang, virus corona dengan status pandemi. Sebesar apa dampaknya terhadap kinerja produksi dan penjualan perusahaan dunia, termasuk di Indonesia?

Kalau kinerja mereka semua merosot, artinya ekonomi juga akan linglung toh.

Itu Dari Sisi Perusahaan, Bagaimana Dari Sisi Masyarakat?

Ada dua sudut pandang yang bisa dilihat jika dari sisi masyarakat yang intinya akan berujung kepada kemampuan daya beli.

Pertama, ketika produksi perusahaan menurun, pasokan barang akan berkurang. Sesuai hukum ekonomi, ketika pasokan menipis, tetapi permintaan banyak, harga akan naik.

Ini terjadi pada produk masker yang permintaannya tiba-tiba melejit selaras dengan perkembangan pandemi virus corona saat ini. Dari harga Rp500 per pcs melonjak hingga Rp2.000 per pcs. Bahkan, ada yang mematok Rp10.000 per pcs.

Ketika harga naik, artinya daya beli masyarakat bisa saja turun. Soalnya, pendapatan tidak mengalami kenaikan.

Itu sudut pandang pertama, ada pula sudut pandang kedua yang lebih jangka menengah panjang. Jika perusahaan mengalami kesulitan finansial akibat penurunan produksi dan penjualan, ujungnya adalah PHK atau dirumahkan sementara.

Kondisi ini bisa membuat daya beli masyarakat langsung turun. Jika daya beli turun, status penjualan perusahaan-perusahaan juga bisa turun.

Namun, sudut pandang kedua baru bisa kejadian jika kondisi pandemi virus corona memang sudah parah sekali. Sejauh ini, virus corona masih belum terlalu parah, setidaknya ada harapan ketika musim panas tiba pandemi ini juga diprediksi sirna.

Nah Loh, Lalu, apa hubungannya dengan pasar saham yang anjlok?

Jelas ada hubungan yang erat. Bayangkan, perusahaan yang mencatatkan penurunan produksi dan penjualan itu adalah emiten alias perusahaan terbuka. Artinya, ada potensi penurunan fundamental yang berujung menjadi sentimen negatif untuk harga sahamnya.

Karakter investor pasar saham itu adalah melihat ke depan dengan spekulasi kejadian hari ini. Potensi penurunan fundamental kinerja perusahaan sampai perlambatan ekonomi global membuat para investor bergegas menjadi aset investasi yang lebih aman.

Dari sini, kita akan mendengar keresahan pemerintah dan ucapan bank sentral terkait arus modal asing yang keluar. Nah, arus modal asing itu akan beralih ke aset investasi yang dianggap lebih aman.

Hal itu pula yang membuat pasar saham bergejolak, termasuk IHSG.

Jadi sampai kapan IHSG bakal anjlok kayak begini?

Banyak yang penasaran kapan waktu yang tepat untuk ‘nyerok’ saham di tengah pasar saham yang anjlok.

‘Nyerok’ adalah istilah untuk membeli saham di harga rendah agar rata-rata harga saham yang dimiliki bisa turun sehingga ada potensi capital gain yang besar ke depannya.

Jelas enggak ada yang tau kapan IHSG akan menjadi level dasarnya di tengah gejolak ekonomi dunia saat ini.

Meskipun begitu, kalian yang masih memiliki dana idle atau tidak terpakai bisa mulai nyicil masuk ke saham-saham blue chip yang terkoreksi parah.

Itu bisa dilihat dari valuasi sahamnya lewat price to earning ratio (PER). Jika PER sudah di bawah 10 kali dan status saham itu blue chip, kalian bisa mulai nyicil dari sekarang.

Apalagi, kalau saham itu rajin bagi dividen. Saat ini, tengah periode pembagian dividen sehingga kalian bisa menikmati cuan dari situ.

Catatan, saran dari saya, sebaiknya hindari dulu nyicil saham di sektor komoditas seperti, batu bara sampai CPO. Soalnya, harga komoditas di tengah ekonomi yang melempem begini akan sangat fluktuatif.

Apalagi, di tengah virus corona malah terjadi perang minyak antara Arab Saudi lawan Rusia. Alhasil, harga minyak dunia anjlok yang artinya menekan harga batu bara sebagai komoditas energi pesaingnya.

Lalu, para investor yang kabur dari pasar saham emerging market pada ke mana ya?

Mereka biasanya mencari aset investasi yang lebih aman, salah satunya adalah emas.

Soalnya, di tengah kondisi ekonomi yang tertekan pandemi virus corona berpotensi menekan pasar saham dan pasar uang.

Imbal hasil pasar uang ikut tertekan karena bank sentral akan memilih jalan pelonggaran moneter, seperti penurunan suku bunga. Tujuannya, demi mendongkrak ekonomi lagi.

Jika suku bunga acuan bank sentral turun, artinya suku bunga deposito dan kupon obligasi negara akan lebih rendah juga.

Mencoba cari peluang di reksa dana pendapatan tetap di tengah tren penurunan suku bunga juga agak sedikit berjudi. Soalnya, penempatan reksa dana pendapatan tetap juga termasuk di obligasi korporasi.

Alhasil, ada potensi gagal bayar obligasi korporasi di tengah kondisi ekonomi yang tertekan oleh pandemi virus corona.

Sejauh ini, emas menjadi instrumen yang paling berkilau loh. Kalau melihat harga emas dunia saat ini [sampai perdagangan 12 Maret 2020] sudah naik sebesar 7,7% menjadi US$1.635 per troy ounce dibandingkan dengan akhir 2019.

Di sisi lain, ada juga yang menilai di tengah kondisi saat ini lebih baik memegang uang kas lebih banyak. Soalnya, tidak ada yang tahu bagaimana nasib ekonomi ke depannya pasca pandemi virus corona ini.

Memang bisa terjadi krisis seperti 1998 dan 2008?

Kalau kata Warren Buffet sih enggak. Ucapan sang investor kawakan itu pun cukup logis karena krisis yang terjadi pada 1998 dan 2008 lahir akibat kekacauan pada sistem keuangan.

Kali ini, bukan sistem keuangan yang kacau, tetapi memang imbas dari pandemi virus corona.

Namun, sektor keuangan tidak bisa berleha-leha juga. Dampak virus corona bisa berimbas ke kredit bermasalah yang meningkat di kemudian hari.

Cuma ingat, “di kemudian hari” bukan saat ini.

Jadi, apa yang bisa kita lakukan sekarang untuk investasi dan persiapan finansial ke depannya?

Diversifikasi portofolio dan menjaga arus kas menjadi hal penting saat ini. Setidaknya sampai pandemi virus corona sedikit mereda.

Diversifikasi portofolio di sini artinya kalian menyebarkan investasi dari yang berisiko tinggi sampai rendah. Misal, dari saham, pasar uang, dan emas. Tujuannya, untuk tetap menjaga potensi cuan besar, tetapi bermain aman.

Menjaga arus kas juga dibutuhkan karena kondisi saat ini penuh ketidakpastian. Tidak ada yang tahu sejauh apa perkembangan pandemi virus corona ke depannya. Akankah membuat kondisi ekonomi lebih buruk atau malah sebaliknya.

Jadi, intinya kita harus mempersiapkan segalanya dari rencana keuangan ke depannya dan juga saat ini.

The post IHSG Anjlok hingga Pasar Dihentikan, Cuma Gara-gara Virus Corona? appeared first on SuryaRianto.

]]>
https://suryarianto.id/ihsg-anjlok-hingga-pasar-dihentikan-cuma-gara-gara-virus-corona/feed/ 0
Gojek Kenapa Sempat Viral, Fakta Siapa Penyiksa Mitra Sebenarnya https://suryarianto.id/gojek-kenapa-sempat-viral-fakta-siapa-penyiksa-mitra-sebenarnya/ https://suryarianto.id/gojek-kenapa-sempat-viral-fakta-siapa-penyiksa-mitra-sebenarnya/#respond Mon, 24 Feb 2020 07:37:44 +0000 https://suryarianto.id/?p=885 Gojek Kenapa menjadi viral pada akhir pekan lalu. Sulitnya para driver dalam menjaring penumpang menjadi salah satu penyebabnya. Ketika Jumat (21 Februari 2020) saya menggunakan jasa Gojek dan iseng menanyakan faktanya kepada sang driver. Jawaban dari sang driver cukup menarik, dia menjadi salah satu yang tidak terlalu terganggu dengan sistem baru dari Gojek tersebut. “Sebenarnya […]

The post Gojek Kenapa Sempat Viral, Fakta Siapa Penyiksa Mitra Sebenarnya appeared first on SuryaRianto.

]]>
Gojek Kenapa menjadi viral pada akhir pekan lalu. Sulitnya para driver dalam menjaring penumpang menjadi salah satu penyebabnya.

Ketika Jumat (21 Februari 2020) saya menggunakan jasa Gojek dan iseng menanyakan faktanya kepada sang driver.

Jawaban dari sang driver cukup menarik, dia menjadi salah satu yang tidak terlalu terganggu dengan sistem baru dari Gojek tersebut.

“Sebenarnya enggak susah juga cari customer sih, itu mah biasanya yang diem-diem saja, makanya jadi susah,” ujarnya sambil di perjalanan menuju tujuan.

Dia mengaku selalu menikmati dalam menunggu penumpang hingga enggak terasa sudah bisa tutup poin.

BACA JUGA: Founder AKRA Borong Sahamnya, Saatnya Kita IKutan Beli Juga?

Meskipun begitu, dia pun mengakui di Gojek lebih susah mencari penumpang ketimbang Grab.

“Memang kalau di Grab lebih mudah mendapatkan penumpang ketimbang Gojek,” ujarnya polos.

Namun, potongan bagi hasil Grab dinilai lebih besar ketimbang Gojek.

“Kalau Gojek itu potongannya sekitar 20%, nah kalau Grab di atas itulah. Jadi, bisa dikira-kira tuh berapaan,” ujarnya tanpa menjawab detail potongan bagi hasil Grab.

Dia pun menyimpulkan kedua penyedia jasa transportasi daring itu memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Jadi, para calon mitra tinggal pilih, mau mudah mendapatkan pelanggan, tapi potongan bagi hasil lebih besar atau sebaliknya susah dapat customer, tapi potongan bagi hasil rendah.

Gojek Kenapa dan Siapa yang Paling Menyiksa Mitra

Secara subjektif driver Gojek malam itu, dia menilai Grab lebih menyiksa mitra ketimbang perusahaan rintisan besutan Nadiem Makarim tersebut.

Salah satu buktinya adalah Alfamart yang sudah tidak bisa melakukan transaksi dengan OVO lagi.

“Kalau Gopay sampai sekarang masih bisa transaksi di Alfamart kan. Kalau OVO sudah enggak bisa, nyiksa di promonya soalnya,” ujarnya.

Di sisi lain, kalau Gojek memiliki fasilitas Go-Biz yang dinilainya justru menguntungkan mitra.

“Jadi, kalau toko kelontong itu pakai Gopay dan transaksinya banyak, mereka bisa untung kayak driver gitu,” ujarnya bak nyambi promo tentang fasilitas Gojek.

Di sisi lain, masalah bakar uang perusahaan rintisan memang tengah mencuat. Pasalnya, beberapa startup yang kehabisan bensin di tengah jalan akhirnya hanya bisa hidup sambil tersengal-sengal.

Klarifikasi Gojek Terkait Viralnya Miris Nasib Para Driver

Seperti dikutip dari Bisnis.com, Senior Manager Corporate Affairs Gojek Teuku Pravinanda mengaku aplikator terus melakukan pengembangan sistem untuk menunjang kebutuhan pengguna, termasuk mitra pengemudi dan konsumen.

“Sistem algoritma pembagian order di Gojek selalu memperhitungkan kemungkinan terbesar suatu order dari konsumen dapat diselesaikan,” ujarnya.

Pravinanda menuturkan sistem algoritma itu telah memasukkan berbagai aspek termasuk kebutuhan konsumen agar bisa terlayani dengan cepat. Lalu, mitra driver akan mendapatkan pesanan sesuai dengan aspek yang diperhitungkan algoritma tersebut.

“Ini demi menjaga pendapatan yang berkesinambungan serta beraktivitas lebih efektif dan efisien,” ujarnya.

Bola Salju Mekanisme Pasar

Sementara itu, saya sendiri menilai gejolak para mitra driver yang mengaku sulit mendapatkan pesanan karena mekanisme pasar yang berjalan.

Saat ini, jumlah driver terus bertambah tanpa adanya pembatasan sehingga supply menjadi lebih banyak daripada demand. Di sisi lain, promosi Gojek sudah tidak segencar sebelumnya, alhasil memengaruhi permintaan yang ada.

Belum lagi, para mitra driver yang kerap melakukan cancel untuk customer yang tujuannya agak ‘ribet’. Dengan begitu, sang driver ditandai tidak bisa memenuhi pemesanan customer sehingga jika ada pesanan ke daerah itu, sang driver tidak akan terpilih.

Selain itu, saya tidak tahu mekanisme-mekanisme lainnya. Soalnya, dulu pernah ada driver yang curhat susah sekali bisa tutup poin untuk dapat bonus.

Hal ini pun dikaitkan dengan berhentinya Gojek untuk membakar uang sehingga para mitra susah mendapatkan bonus.

Terkait hal itu belum ada bukti kuat. Intinya sih, ini semua adalah masalah bola salju yang bisa tercerai berai menghantam sispapun di akhirnya.

Jika pendapatan driver menurun, bahkan ada yang menjadi pengangguran bisa berdampak juga kepada perekonomian Indonesia secara keseluruhan. Menurut kalian, bagaimana prospek era transportasi daring ini ke depannya? Akankah ada seleksi alam demi bisa mencapai keseimbangan supply and demand?

The post Gojek Kenapa Sempat Viral, Fakta Siapa Penyiksa Mitra Sebenarnya appeared first on SuryaRianto.

]]>
https://suryarianto.id/gojek-kenapa-sempat-viral-fakta-siapa-penyiksa-mitra-sebenarnya/feed/ 0
Gojek Backdoor Listing Lewat Blue Bird? https://suryarianto.id/gojek-backdoor-listing-lewat-blue-bird/ https://suryarianto.id/gojek-backdoor-listing-lewat-blue-bird/#respond Wed, 19 Feb 2020 09:48:17 +0000 https://suryarianto.id/?p=867 Gojek backdoor listing bisa saja menjadi kenyataan setelah rumor dekakorn asal Indonesia itu mengakuisisi saham minoritas PT Blue Bird Tbk. Apalagi, isu Gojek mau backdoor listing sudah mencuat sejak 2018. Backdoor listing adalah istilah perusahaan yang ingin menikmati fasilitas pencarian dana segar lewat bursa tanpa perlu melakukan penawaran perdana. Hal ini diasosiasikan masuk lewat pintu […]

The post Gojek Backdoor Listing Lewat Blue Bird? appeared first on SuryaRianto.

]]>
Gojek backdoor listing bisa saja menjadi kenyataan setelah rumor dekakorn asal Indonesia itu mengakuisisi saham minoritas PT Blue Bird Tbk. Apalagi, isu Gojek mau backdoor listing sudah mencuat sejak 2018.

Backdoor listing adalah istilah perusahaan yang ingin menikmati fasilitas pencarian dana segar lewat bursa tanpa perlu melakukan penawaran perdana. Hal ini diasosiasikan masuk lewat pintu belakang.

Caranya dengan mengakuisisi mayoritas saham perusahaan yang sudah melantai di bursa.

Dengan begitu, perusahaan yang melakukan backdoor listing tidak perlu buka-bukaan secara detail tentang jeroannya. Misal, detail kepemilikan saham sampai kinerja keuangan beberapa tahun silam.

Gojek yang kini bervaluasi US$10 miliar sangat dinanti-nantikan untuk melantai di BEI. Banyak pemegang saham ritel bermimpi memiliki saham Gojek.

Nah, tingginya harapan Gojek untuk melantai di BEI membuat perusahaan rintisan itu dikabarkan memilih jalan backdoor listing pada 2018.

Kala itu, selentingan kabar menyeruak kalau Gojek backdoor listing dengan mengakuisisi PT Express Transindo Utama Tbk. yang memegang merek taksi Express.

Namun, manajemen TAXI pun menapik isu tersebut. Rumor itu tampaknya lebih ke strategi untuk mengerek harga saham TAXI.

Hal itu terlihat pada Maret 2018, harga saham TAXI yang berada di geng gocap alias Rp50 per saham melejit hingga Rp198 per saham. Sayangnya, kini saham TAXI kembali masuk ke dalam geng gocap.

Gojek Backdoor Listing dengan Blue Bird?

Hampir satu setengah tahun berlalu sejak rumor gojek backdoor listing, dekakorn Indonesia itu dikabarkan membeli 4,32% saham Blue Bird.

Lagi-lagi imajinasi liar saya muncul, apakah ini menjadi titik awal Gojek melantai di BEI dengan strategi backdoor listing?

Rumor Gojek akuisisi Blue Bird mencuat setelah ada keterbukaan informasi dari emiten berkode BIRD tentang penjualan saham pada 14 Februari 2020.

PT Pusaka Citra Djokosoetomo melepas 4,32% atau sebanyak 108 juta lembar saham dengan harga premium, Rp3.800 per saham pada 13 Februari 2020. Padahal harga saham Blue Bird pada penutupan perdagangan saat itu berada di level Rp2.490 per saham.

BACA JUGA: Pekan Bank BUMN RUPS Tahunan, Lebih Menarik BBRI, BMRI, atau BBNI?

Lalu, BIRD pun merahasiakan pembeli saham dalam transaksi tersebut. Hingga muncul berita dari Bloomberg kalau pembelinya adalah Gojek.

Namun, dengan pembelian sebanyak 4,32% tidak membuat Gojek resmi melakukan backdoor listing karena jumlah sahamnya masih minoritas.

Adapun, peluang itu bisa jadi terbuka di masa depan. Apalagi, Gojek dan Blue Bird baru saja memperpanjang kerja samanya yang sudah terjalin sejak 2017.

Gojek bakal resmi backdoor listing jika memegang mayoritas saham BIRD. Itu bisa terjadi kapan saja, apalagi jika dekakorn itu membutuhkan dana segar.

Strategi backdoor listing menjadi pilihan setelah kegagalan IPO UBER. Nasib UBER yang malang kini kapitalisasi pasarnya malah di bawah valuasi sebelum IPO.

Namun, apakah nasib para backdoor listingers selalu bagus?

Para Emiten Hasil Backdoor Listing

Ada beberapa emiten yang bisa dijadikan contoh kasus backdoor listing yang unik. Saya mengambil contoh empat emiten, yakni AISA, SIPD, RIMO, dan CMPP.

AISA yang kini bernama PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. sejatinya adalah hasil bacdoor listing. Hal itu terlihat dari pilihan nama ticker dan perusahaan yang berbeda.

Tiga Pilar masuk ke BEI setelah mengakuisisi PT Asia Inti Selera Tbk., sebuah perusahaan yang merupakan produsen mie telor dengan merek Ayam 2 Telor pada 2002.

PODCAST: Harga Saham BTPS Melejit, Ini Ceritanya

Bisa dibilang bisnis Asia Inti Selera dengan Tiga Pilar punya banyak kemiripan sehingga aksi bacdoor listing cenderung sukses.

Setelah akuisisi Asia Inti Selera, Tiga Pilar mengubah namanya menjadi PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. Lalu, PT Tiga Pilar Sejahtera justru menjadi anak usaha AISA.

Sayangnya, kini nasib AISA di ujung tanduk karena konflik internal. Bukan gara-gara karma melakukan backdoor listing sih.

Cuma, dengan aksi backdoor listing ini, para investor tidak tahu jeroan Tiga Pilar Sejahtera sebelum bergabung dengan Asia Inti Selera.

Sementara itu, PT Sierad Produce Tbk. atau SIPD menjadi kendaraan Gunung Sewu Grup untuk menyicipi renyahnya bermain di lantai bursa.

Gunung Sewu yang memilik produk Sunpride ini mengambil alih 63% saham SIPD melalui PT Great Giant Pineapple senilai Rp1,09 triliun melalui skema penerbitan saham baru pada 2015.

Menariknya, dana hasil penerbitan saham baru itu digunakan untuk obligasi wajib tukar. Obligasi wajib tukar itu pun akan dikonversi menjadi 80% saham PT Great Giant Livestock, anak usaha Great Giant Pinneapple.

Dengan begini, Gunung Sewu Grup memiliki lini usaha yang lengkap di sektor peternakan, dari ayam sampai sapi. Dengan begitu, Gunung Sewu bisa saja head to head dengan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk.

Namun, sayangnya harga saham SIPD tetap tidak berubah nasib pasca diakuisisi Gunung Sewu.

Uniknya Backdoor Listing RIMO dan Air Asia yang Batal Buka-bukaan di Indonesia

Paling menarik adalah geliat Benny Tjokrosaputro dalam menjadi pembeli siaga penerbitan saham baru PT Rimo International Lestari Tbk. Sebagai catatan, emiten berkode RIMO itu awalnya memiliki lini bisnis ritel, seperti Ramayana dkk.

Namun, rencana penerbitan saham baru itu mengarahkan RIMO untuk menjadi perusahaan properti. Mengajukan rencana rights issue atau penambahan saham baru pada 2015, aksi korporasi itu baru terealisasi pada 2017.

Awalnya, Hokindo seperti ingin melakukan backdoor listiing, tetapi rencana itu berubah setelah Benny Tjokro yang menjadi pembeli siaga penerbitan saham baru perseroan tersebut.

Total nilai dana segar hasil rights issue itu senilai Rp4,1 triliun. Namun, bentuk dananya ternyata tidak segar Rp4,1 triliun, melainkan Rp3,9 triliun dalam bentuk saham PT Hokindo Mediatama yang konon pengembang properti di Jakarta, Cianjur, Serang, Sumbawa, Kendari, Balikpapan, Pontianak, dan Bekasi.

Jadi, RIMO hanya mendapatkan dana segar sekitar Rp151,5 miliar. Nasib saham RIMO pun kini terjebak di geng gocap.

Berbeda dengan kasus RIMO, Air Asia Indonesia yang sempat berniat melakukan penawaran perdana di BEI malah memilih jalur backdoor listing.

Air Asia memilih jalur belakang karena tidak memenuhi syarat untuk melantai di BEI lewat skema penawaran perdana. Kala itu, Air Asia masih mencatatkan kerugian, sedangkan aturannya perusahaan yang IPO harus membukukan laba pada satu tahun terakhir.

Di sisi lain, Air Asia ingin segera cepat menyicipi lantai BEI sehingga jalur backdoor listing yang dipilih.

Prosesnya, Air Asia Bhd mengakuisisi PT Rimau Multi Putra Pratama Tbk. atau CMPP sebesar 48%. Dari aksi rights issue itu, CMPP akan mengantongi dana segar Rp3,4 triliun.

Lalu, 76% dana itu atau setara Rp2,6 triliun akan digunakan untuk mengambil surat berharga Air Asia Indonesia. Dengan begitu, Air Asia Indonesia pun resmi melantai di BEI tanpa perlu penawaran perdana.

Kini, nasib saham CMPP masih kena suspend oleh BEI karena jumlah saham publik masih di bawah persyaratan bursa saham di Indonesia tersebut.

Nah, melihat nasib perusahaan yang backdoor listing enggak selalu bagus begini, jika Gojek memilih jalan backdoor listing nasibnya bisa sial juga enggak ya. Bisa jadi, valuasi satu-satunya Dekakorn di Indonesia jadi anjlok.

Kalau menurut kalian, Gojek bakal pilih jalur backdoor listing enggak?

The post Gojek Backdoor Listing Lewat Blue Bird? appeared first on SuryaRianto.

]]>
https://suryarianto.id/gojek-backdoor-listing-lewat-blue-bird/feed/ 0
Hari Pers Nasional, Kacau Balaunya Jurnalisme Digital Indonesia https://suryarianto.id/hari-pers-nasional-kacau-balaunya-jurnalisme-digital-indonesia/ https://suryarianto.id/hari-pers-nasional-kacau-balaunya-jurnalisme-digital-indonesia/#comments Tue, 11 Feb 2020 11:51:43 +0000 https://suryarianto.id/?p=841 Hari pers nasional memang sudah lewat beberapa hari yang lalu, tetapi tidak ada salahnya saya yang juga pernah berkeringat di lapangan untuk mencari berita ini berkomentar terkait hari sakral para insan kuli tinta tersebut. Sebagai kalimat awal komentar saya di sini adalah, untuk apa hari pers dirayakan? Saya selalu bertanya-tanya, terlalu banyak perayaan yang tidak […]

The post Hari Pers Nasional, Kacau Balaunya Jurnalisme Digital Indonesia appeared first on SuryaRianto.

]]>
Hari pers nasional memang sudah lewat beberapa hari yang lalu, tetapi tidak ada salahnya saya yang juga pernah berkeringat di lapangan untuk mencari berita ini berkomentar terkait hari sakral para insan kuli tinta tersebut. Sebagai kalimat awal komentar saya di sini adalah, untuk apa hari pers dirayakan?

Saya selalu bertanya-tanya, terlalu banyak perayaan yang tidak penting di negeri ini [Indonesia]. Salah satunya, Hari Kesaktian Pancasila yang merupakan kampanye Orde Baru. Lalu, Hari Pers Nasional yang juga diciptakan oleh orde baru.

Selain kedua itu, mungkin ada hari perayaan lainnya yang saya sendiri enggak ‘ngeh’.

Kembali ke topik, untuk apa hari pers dirayakan?

Kalau mengutip postingan Instagram Jokowi, dia mengatakan kalau wartawan kerap membuatnya gugup.

Alasannya, insan pers selalu mewawancarainya setiap hari sehingga kadang-kadang gugup dan gagap karena tidak siap untuk menjawab.

“Karena itulah, saya merasa penting untuk hadir di puncak peringatan Hari Pers Nasional 2020 di Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Insan pers adalah teman saya sehari-hari,” tulisnya dalam postingan tersebut.

BACA JUGA: Yang Alay Siap Berjaya Bersama TikTok?

Tak hanya itu, Jokowi juga posting konten lainnya terkait hari pers. Postingan kedua itu memiliki caption kalau masyarakat yang sehat adalah masyarakat yang mendapatkan informasi yang sehat dan yang baik. Informasi yang baik memerlukan jurnalisme dan ekosistem yang baik.

“Negara membutuhkan kehadiran pers dengan perspektif jernihnya untuk berdiri di depan melawan kekacauan informasi, penyebaran hoaks, dan ujaran kebencian yang mengancam kehidupan demokrasi,” tulisnya di caption.

Paragraf terakhir dalam postingan itu menuliskan, yang mewartakan berita baik dan agenda besar bang Indonesia. Membangkitkan semangat positif yang mendorong produktivitas dan optimisme.

Hari Pers Nasional dan Ekosistem Kebebasan yang Kacau Balau

Jokowi mengaku kalau informasi yang baik memerlukan jurnalisme dan ekosistem yang baik. Masalahnya, sistem pers di Indonesia tampaknya kadung kacau balau.

Kebebasan pers yang dibangga-banggakan setelah runtuhnya era orde baru ternyata menjadi pisau bermata dua. Kebebasan itu justru memakan banyak korban lewat munculnya berita bohong atau hoaks.

Namun, kebebasan pers tidak bisa menjadi satu-satunya pihak yang disalahkan. Disrupsi teknologi dari konvensional ke digital juga sangat memengaruhi hal tersebut.

Ingat Detik, meski bukan yang pertama, tetapi media yang kini tergabung dalam Trans Corp itu salah satu media daring tersukses. Sayangnya, gara-gara Detik pula bisa jadi sistem media daring di Indonesia kacau balau.

Ketika media massa mengandalkan kecepatan yang sangat cepat, bahkan terlalu cepat, demi memenangkan trafik, maka media itu lupa akan elemen jurnalisme.

Era berita online yang harus pendek dengan asumsi masyarakat Indonesia tidak suka tulisan panjang seolah membuat pembodohan publik. Padahal, alasan utamanya adalah demi mengejar trafik sebanyak-banyaknya.

Berawal dari Detik, beberapa media daring yang mencoba sukses belajar hal serupa. Menampilkan berita pendek dengan cepat, secepat-cepatnya.

Jika ingin sebuah karya jurnalistik cepat diproduksi, berarti mau enggak mau harus melupakan kualitas dan dampak dari tulisannya itu kepada masyarakat.

Tak Hanya Cepat, Tapi Juga Klik Bait

Tak hanya merilis berita dengan cepat, media massa yang mulai menuju digital pun berburu tulisan yang klik bait. Artinya, judul dan isi tulisannya itu mau enggak mau menarik perhatian pembaca.

Lagi-lagi, alasannya adalah demi mendulang trafik yang tinggi. Masalah klik bait ini mungkin bisa kita anugerahkan penghargaan kepada Tribun.

Media yang tergabung dalam grup Kompas.com itu sangat ciamik dalam mengolah judul yang klik bait.

Sebenarnya, era judul klik bait tidak hanya terjadi di era digital, tetapi jauh sebelum itu. Ketika koran kuning bermunculan dengan target pangsa pasar level C atau menengah ke bawah.

Media-media kuning itu memang sangat diminati di segment tersebut. Selain menarik, judulnya tak perlu membuat sang pembaca berpikir. Sekali lihat, langsung paham maksudnya apa.

Strategi klik bait ternyata memang berhasil diimplementasikan di media massa era digital. Trafik tinggi langsung mewarnai media-media yang memiliki judul klik bait.

Kini, bukan cuma Tribun yang memiliki kumpulan berita klik bait. Hampir seluruh media mencoba membuat berita dengan judul klik bait, tetapi itu tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Membuat judul klik bait itu bisa dibilang sulit, meski hasilnya kayak terlihat gampang.

Di sisi lain, masyarakat pun mulai sadar jebakan judul klik bait, tetapi kesadaran itu tidak cukup untuk membunuh berita klik bait. Soalnya, berita klik bait ini secara psikologis menarik minat masyarakat untuk mengklik, meski dia tahu informasi di dalamnya tidak berguna untuknya.

Setidaknya, berita klik bait bisa memenuhi satu fungsi komunikasi massa, yakni memberikan hiburan.

Belajar dari Medium

Saya menggunakan Medium, platform yang dikembangkan oleh founder Blogspot Ev Williams sekitar 2014-an. Kala itu, saya tertarik menggunakannya karena tampilan yang sederhana, sayangnya kala itu masih sedikit orang Indonesia di dalamnya.

Jadi, ketika posting tulisan berbahasa Indonesia cukup sulit menangkap jumlah pembaca yang besar, sedangkan kemampuan menulis bahasa Inggris saya masih kacau balau.

Lalu, saya makin tertarik dengan Medium pada akhir 2019. Hal itu setelah melihat visinya, yakni menjadi platform yang dibangun untuk masyarakat, bukan pengiklan.

Ini seperti menyindir media massa di era digital yang harusnya membuat konten untuk masyarakat, tetapi malah berburu trafik demi pengiklan maupun cuan dari iklan programatik.

Di sana, Medium memaparkan tidak mengutamakan kuantitas, tetapi kualitas. Lalu, tidak mengejar konten bersponsor, tetapi ide orisinil.

Tak hanya itu, Medium menjanjikan tidak ada pop ups atau banner iklan sehingga pembaca bisa menikmatik konten tanpa gangguan.

Lalu, tulisannya tidak akan klik bait, tetapi lebih mendalam. Paling menariknya, Medium tidak mengejar jumlah tampilan halaman, tetapi sudut pandang.

Mimpi yang Tak Sederhana

Namun, perjalanan Medium tidak semudah itu. Pada 5 Januari 2017, Ev Williams lewat akun Mediumnya menuliskan tentang perubahan pada platform besutannya tersebut.

Namun, sebelum itu, dia menjelaskan harus melakukan pemutusan hubungan kerja untuk 50 pekerja di bagian penjualan, support, dan fungsi bisnis lainnya. Tujuannya, mereka ingin mengubah model bisnis agar bisa langsung mencapai misi awalnya.

Ev Williams pun mengingat kembali visi misinya ketika memulai Medium pada 2012. Saat itu, visinya adalah membangun platform model baru untuk media di internet.

Masalah yang dia lihat adalah para pembuat dan penyebar konten tidak melayani konsumennya, yakni masyarakat.

“Sistem seperti itu meningkatkan jumlah informasi yang salah. Lalu, membuat jumlah konten yang beredar sangat banyak tanpa ada kedalaman, orsinalitas, dan kualitas yang amat buruk,” tulisnya.

Sistem itu sangat tidak berkelanjutan dan tidak memuaskan bagi produsen maupun konsumen. Untuk itu, Ev Williams menilai butuh model baru dengan melahirkan Medium.

Namun, mimpi itu sedikit berbelok dan lebih tampak melanjutkan sebuah sistem yang berantakan tersebut. Mengejar pertumbuhan bisnis yang cepat, Medium terjebak oleh konten iklan sehingga muncul pertanyaan besar, bagaimana mengarahkan bisnis untuk konten berkualitas.

Untuk itu, Medium memutuskan reorganisasi dengan memangkas 50 pekerjaan.

Setelah PHK 50 Orang, Medium Kembali ke Jalurnya

Kali ini, kisah berlanjut dari postingan Ev Williams di Medium pada 5 April 2018. Dia menceritakan, Medium yang mulai menawarkan fasilitas berlangganan lewat Medium Membership sejak 2017.

Di sini, Medium tidak ingin menyamakan fasilitas berlangganannya dengan milik Washington Post atau The New Yorker, termasuk Sportify atau Netflix.

Ev menekankan kalau mereka menjual konten berbasis berlangganan sehingga bisa dibilanng jualan platformnya dalam bentuk bundle yang sangat besar.

Di dalam Medium ini pun dipenuhi para pengguna yang memiliki latar belakang bermacam-macam, dari professor, praktisi hukum, pebisnis, dan lainnya.

Lewat platform itu, Medium menjadikan cerita yang dibuat penggunanya sebagai investasi. Soalnya, Medium meluncurkan program Medium Partner untuk menjaring para pengguna berkualitas yang memiliki ide tulisan yang luar biasa.

Selain itu, Medium pun melakukan personalisasi untuk memberikan konten yang relevan ke setiap pembacanya.

Di sisi lain, Ev menekankan mereka tidak akan menjual data yang dimiliki dari para penggunanya. Namun, mereka akan menggunakan data itu untuk kepentingan penggunanya agar mendapatkan konten yang sesuai.

Itulah cerita Ev pada April 2018 tentang model bisnis Medium.

Era Konten Media Daring yang Berbayar

Ngomong-ngomong berlangganan, pasar di Indonesia masih dinilai tidak siap dalam menerima era konten berbayar. Mereka masih menganggap berita-berita daring layak diberikan secara cuma-cuma.

Bahkan, ketika media tempat saya bekerja mulai menerapkan premium content yang masih gratis, cukup daftar, sudah ada yang menyebut “antek kapitalis dan semacamnya.” Padahal, dalam membuat konten berita yang berkualitas membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Jika di masa lalu, ketika koran masih berada di masa emasnya, harga jual per koran mungkin sudah bisa menutupi biaya operasional sehingga pemberitaan tidak terpengaruh iklan. Meskipun begitu, itu tidak terjadi di semua media, hanya sebuah analisis sederhana ketika biaya cetak koran belum setinggi saat ini.

Setidaknya, pendapatan dari jual koran setiap harinya bisa nutup biaya operasional gaji karyawan. Pendapatan dari iklan pun menjadi bonus atau modal untuk perusahaan ekspansi.

Nah, di masa ini konten berita daring bertebaran cukup banyak demi trafik, tetapi semua itu tidak ada harganya. Padahal, biaya produksi seperti, gaji wartawan, editor, dan biaya operasional lainnya terus berjalan.

Alhasil, iklan menjadi andalan satu-satunya pendapatan. Hal itu yang merusak sistem jurnalistik di era disrupsi teknologi.

Jika media massa daring sudah mampu mencetak pendapatan via konten berlangganan atau konten satuan, seharusnya mereka tidak lagi berharap mendapatkan pengiklan. Dengan asumsi, pendapatan dari biaya berlangganan itu sudah mampu menutupi biaya operasional secara keseluruhan.

Alhasil, iklan hanya bonus pendapatan sehingga para pengiklan tidak bisa bertindak seenak jidatnya. Konten yang dihasilkan pun lebih berkualitas, dan mungkin hari pers nasional layak untuk diberi selamat, meski itu produk orde baru.

The post Hari Pers Nasional, Kacau Balaunya Jurnalisme Digital Indonesia appeared first on SuryaRianto.

]]>
https://suryarianto.id/hari-pers-nasional-kacau-balaunya-jurnalisme-digital-indonesia/feed/ 1
Prospek TikTok, yang Alay Berjoget Siap Berjaya https://suryarianto.id/prospek-tiktok-yang-alay-berjoget-siap-berjaya/ https://suryarianto.id/prospek-tiktok-yang-alay-berjoget-siap-berjaya/#comments Wed, 05 Feb 2020 12:57:52 +0000 https://suryarianto.id/?p=834 Prospek TikTok diprediksi bisa menyalip Instagram sebagai media sosial paling digemari saat ini. Namun, apakah TikTok mampu melakukan itu atau malah senasib seperti Snapchat? Fenomena Bowo Alpenliebe yang viral pada 2018 lewat TikTok ternyata tak membuat label ‘Alay’ terus tersemat di aplikasi besutan Bytedance tersebut. Malah, Kementerian Komunikasi dan Informasi yang sempat blokir TikTok sudah […]

The post Prospek TikTok, yang Alay Berjoget Siap Berjaya appeared first on SuryaRianto.

]]>
Prospek TikTok diprediksi bisa menyalip Instagram sebagai media sosial paling digemari saat ini. Namun, apakah TikTok mampu melakukan itu atau malah senasib seperti Snapchat?

Fenomena Bowo Alpenliebe yang viral pada 2018 lewat TikTok ternyata tak membuat label ‘Alay’ terus tersemat di aplikasi besutan Bytedance tersebut. Malah, Kementerian Komunikasi dan Informasi yang sempat blokir TikTok sudah membuat akun di media sosial itu sejak 22 Maret 2019.

Kini, Kemenkoinfo sudah memiliki 2.113 pengikut dengan 11.100 suka. Rudiantara, Menteri Komunikasi dan Informasi periode 2014-2019, yang memblokir TikTok sempat muncul dalam postingan pada 16 April 2019. Dalam konten itu, Rudiantara mengajak masyarakat [terutama anak muda yang main TikTok] untuk ikut berpartisipasi dalam pemilu 2019.

BACA JUGA: Nasib AISA, Ekspansi Gila-gilaan Selama Dua Dekade

TikTok makin melejit namanya sejak akhir 2019 ketika banyak influencer Instagram mulai membuat akun media sosial tersebut. Seorang teman yang berstatus influencer pun mulai membuat akun TikTok pada Januari 2020. Alasannya, TikTok terlihat menyenangkan.

“Main TikTok tuh kayak bisa nunjukkin elu apa adanya gitu sih,” ujarnya.

Dari data Hootsuite, 60% pengguna TikTok sampai akhir 2019 masih dikuasai warga China, sisanya tersebar di seluruh dunia. Rata-rata pengguna platform ini berumur 16 – 24 tahun.

Prospek TikTok Bisa Senasib dengan Snapchat atau Tidak?

Lalu, apakah prospek TikTok benar-benar bisa menggeser Instagram sebagai media sosial yang paling digandrungi saat ini atau bakal senasib seperti Snapchat?

Jika dilihat secara keseluruhan, nasib TikTok mungkin akan berbeda dengan Snapchat dan bisa saja menjadi pesaing berat Instagram. Soalnya, TikTok ini ibarat perubahan jogres [istilah para penggemar anime Digimon] antara Instagram dengan Snapchat.

Bentuk konten TikTok adalah video selama 15 detik, 60 detik, atau kumpulan foto yang menjadi bentuk video yang bisa ditambah dengan efek dan langsung edit di aplikasi tersebut. Hasil konten akan muncul di lini masa yang bentuknya mirip Instagram.

PODCAST: Virus Corona dan Dampaknya ke Bulu Tangkis

Lini masa yang mirip Instagram itu pula yang bisa membedakan nasib TikTok dengan Snapchat. Aplikasi Snapchat bisa dibilang sebagai pelopor video vertikal, tetapi pamornya di Asia kalah jauh dari Instagram, karena tidak memiliki linimasa permanen.

Ditambah, konten TikTok bisa dibagikan di Instagram dengan menyematkan logo dan ID penggunanya. Hal itu bisa saja membuat pengguna Instagram tergoda untuk membuat akun TikTok.

Sebenarnya, Instagram pun tidak tinggal diam. Sejak 2018, Instagram juga mulai fokus membuat lini masa khusus konten video dengan hadirnya IGTV. Dengan melejitnya TikTok sejak 2019, kehadiran IGTV seolah menjadi inovasi Facebook Grup untuk melawan Youtube dan bertahan dari serangan TikTok.

Beberapa update IGTV pun dilakukan Instagram dari bentuk kaku harus video vertikal hingga menjadi fleksibel untuk video Horizontal. Toh, para pengguna banyak yang sekadar memindahkan konten Youtube ke IGTV sehingga Instagram tampaknya memilih fleksibel demi meningkatkan pamor fitur barunya tersebut.

Hal ini bisa jadi pelajaran untuk TikTok dalam pengembangan fitur ke depannya agar bisa bersaing ketat dengan Instagram. Karakter fleksibel lebih disukai pengguna ketimbang harus kaku demi eksklusivitas yang malah membuat pengguna lari.

The post Prospek TikTok, yang Alay Berjoget Siap Berjaya appeared first on SuryaRianto.

]]>
https://suryarianto.id/prospek-tiktok-yang-alay-berjoget-siap-berjaya/feed/ 1
Ekonomi Dunia 2020, Antara Resesi atau Sedikit Lebih Baik dari 2019 https://suryarianto.id/ekonomi-dunia-2020-antara-resesi-atau-sedikit-lebih-baik-dari-2019/ https://suryarianto.id/ekonomi-dunia-2020-antara-resesi-atau-sedikit-lebih-baik-dari-2019/#respond Sun, 12 Jan 2020 07:18:00 +0000 https://suryarianto.id/?p=797 Ekonomi dunia sempat dibayang-bayang resesi pada 2020. Hal itu mengacu kepada pertumbuhan ekonomi 2019 yang mengalami perlambatan. Namun, nyatanya justru ada harapan ekonomi dunia membaik. Dikutip dari The Economist, pertumbuhan global pada 2019 adalah 2,2%. Level itu bisa dibilang yang terendah sejak krisis keuangan 2008-2009. Beberapa negara di Eropa pun konon terancam resesi. Perang dagang […]

The post Ekonomi Dunia 2020, Antara Resesi atau Sedikit Lebih Baik dari 2019 appeared first on SuryaRianto.

]]>
Ekonomi dunia sempat dibayang-bayang resesi pada 2020. Hal itu mengacu kepada pertumbuhan ekonomi 2019 yang mengalami perlambatan. Namun, nyatanya justru ada harapan ekonomi dunia membaik.

Dikutip dari The Economist, pertumbuhan global pada 2019 adalah 2,2%. Level itu bisa dibilang yang terendah sejak krisis keuangan 2008-2009.

Beberapa negara di Eropa pun konon terancam resesi. Perang dagang AS-China dinilai memiliki dampak yang cukup besar terhadap ekonomi dunia.

BACA JUGA: Gejolak Timur Tengah Bikin Kita Harus Beli Emas?

Namun, Economist Intelligence Unit (EIU) memperkirakan pertumbuhan ekonomi global pada 2020 lebih baik ketimbang 2019, meskipun tidak banyak.

EIU memperkirakan pertumbuhan ekonomi global bisa tembus 2,4% pada 2020. Pertumbuhan itu lebih tinggi ketimbang 2019 yang hanya menyentuh 2,2%.

Namun, ekonomi Zona Eropa diprediksi tidak jauh berbeda pertumbuhannya dengan 2019. EIU memperkirakan ekonomi Benua Biru akan tumbuh 1,3% pada 2020 dibandingkan dengan 1,2% pada 2019.

Senada dengan Eropa, pertumbuhan ekonomi di Amerika malah diprediksi melambat dari 2,3% pada 2019 menjadi 1,7% pada 2020.

Penyebab utamanya adalah ketegangan perang dagang yang tak kunjung usai menekan kinerja perdagangan dan investasi.

Hal itu pula yang bisa membuat perlambatan sektor manufaktur global bakal berlanjut.

Di sisi lain, masalah Brexit yang tak kunjung menemui titik terang bisa menganggu ekonomi Inggris dan mitra dagangnya.

Negara Asia dan Amerika Latin Melejit

Jika ekonomi Negara di Eropa dan Amerika belum tampak melejit, negara di Asia dan Afrika justru berpotensi tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan tahun lalu.

Vietnam diprediksi bisa mencatatkan pertumbuhan ekonomi 6,7%, sedangkan India berada di level 6,1%.

Guyana yang bakal dapat tambahan pendapatan dari cadangan minyak lepas pantai diprediksi bisa tumbuh hingga 35%.

Lalu, bagaimana dengan Indonesia? jika melihat infografik The Economist, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 diprediksi masih berada di kisaran 5%.

Sementara itu, euforia ekonomi di Asia dan Amerika Latin bisa dibilang tidak menyeluruh.

ekonomi dunia
Sumber: Instagram The Economist

Ekonomi terbesar di Asia bahkan dunia, China, diprediksi melambat menjadi 5,9% dibandingkan dengan 6,1% pada 2019.

Beberapa negara Amerika Latin seperti, Argentina dan Venezuela juga masih kontraksi dan mengalami resesi.

Pertumbuhan ekonomi Argentina diprediksi melambat jadi 2,5% dibandingkan dengan 3,3% pada 2019. Lalu, ekonomi Venezuela berpotensi turun hingga 20,5% setelah sebelumnya turun hingga 36,2%.

Perang dagang antara AS-China memang masih menjadi isu besar hingga tahun ini. Bahkan, IMF memperkirakan perseteruan itu bisa memangkas pertumbuhan ekonomi global hingga 0,8% pada 2020.

Nada positif sempat tercetus setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan kesepakatan tahap pertama dengan China. Negeri Paman Sam menurunkan beberapa tarif atas kesepakatan tahap 1 China yang bersedia membeli produk pertanian dengan harga yang lebih tinggi.

Sayangnya, kesepakatan itu masih belum menentukan nasib baik untuk ekonomi dunia. Bahkan, jika kesepakatan itu resmi ditandatangani pada Januari 2020, bukan berarti perang dagang AS-China mereda.

Apalagi, Trump sangat terkenal sangat tidak konsisten dengan keputusannya. Pasalnya, kesepakatan serupa hampir dicetuskan pada Mei 2019 lewat kicauannya yang mampu mengobrak-abrik pasar saham.

The post Ekonomi Dunia 2020, Antara Resesi atau Sedikit Lebih Baik dari 2019 appeared first on SuryaRianto.

]]>
https://suryarianto.id/ekonomi-dunia-2020-antara-resesi-atau-sedikit-lebih-baik-dari-2019/feed/ 0
Harga Emas, Analisis Singkat Melonjaknya si Lindung Nilai https://suryarianto.id/harga-emas-analisis-singkat-melonjaknya-si-lindung-nilai/ https://suryarianto.id/harga-emas-analisis-singkat-melonjaknya-si-lindung-nilai/#respond Fri, 10 Jan 2020 09:50:30 +0000 https://suryarianto.id/?p=790 Harga emas kembali menanjak seiring ketegangan di Timur Tengah, terutama ketika Pemimpin Pasukan Quds Qassem Suleimani tewas dalam serangan Amerika Serikat yang diperintahkan oleh Donald Trump. Dikutip dari Bloomberg, harga emas dunia melonjak 3,75% menjadi US$1.574 per troy ounce selama 7 hari pertama 2020. Sebelumnya, harga emas sempat mencapai level US$1.588 pada 6 Januari 2020. […]

The post Harga Emas, Analisis Singkat Melonjaknya si Lindung Nilai appeared first on SuryaRianto.

]]>
Harga emas kembali menanjak seiring ketegangan di Timur Tengah, terutama ketika Pemimpin Pasukan Quds Qassem Suleimani tewas dalam serangan Amerika Serikat yang diperintahkan oleh Donald Trump.

Dikutip dari Bloomberg, harga emas dunia melonjak 3,75% menjadi US$1.574 per troy ounce selama 7 hari pertama 2020. Sebelumnya, harga emas sempat mencapai level US$1.588 pada 6 Januari 2020.

BACA JUGA: Carlos Ghosn, Penyelamat Nissan yang Jadi Buronan Jepang

Jika Ketua Federal Reserve periode 2013 Ben Bernanke pernah memberikan pernyataan kalau dia tidak bisa memahami harga emas. Berbeda dengan kali ini.

Terbunuhnya Qassem Suleimani membuat investor mencari tempat perlindungan aset kekayaan mereka. Jawabannya ada di emas.

Apalagi, situasi Timur Tengah makin memanas setelah pesawat Ukraine International Airlines jatuh, meski disebut karena masalah teknis, Perdana Menteri Kanada berkukuh jatuhnya pesawat itu karena rudal dari Iran.

Namun, jauh sebelum tewasnya Suleimani, harga emas memang sudah cemerlang sepanjang 2019.

The Economist mencatat, harga emas sudah meningkat 25% sejak November 2018. Efek kematian jenderal SUleimani hanya menjadi sentimen tambahan yang membawa emas makin tinggi ke angkasa.

Tak Sekadar Faktor Geopolitik

Melonjaknya harga emas dunia sejak tahun lalu terjadi karena perkembangan suku bunga nyata yang terepresentasikan dengan inflasi.

Indikator paling lazim adalah dengan melihat imbal hasil obligasi treasury Amerika Serikat (AS) 10 tahun yang turun mendekati 0 pada Agustus 2019 dari posisi 1,1% pada November 2018.

Penurunan imbal hasil obligasi treasury AS itu terjadi seiring dengan pemangkasan suku bunga The Fed.

Analis di PIMCO, salah satu manajer investasi pendapatan tetap yang besar, menilai emas aset tanpa risiko, termasuk dari inflasi sehigga selalu dianggap sebagai lindungnilai.

“Perbedaan antara emas dengan obligasi treasury AS adalah, emas tidak menghasilkan bunga,” ujarnya seperti dikutip dari The Economist.

Analis itu melanjutkan, jika ekonomi riil sedang membaik, harga logam mulia itu biasanya turun. Namun, ketike ekonomi riil memburuk, harga emas kian memikat.

“Untuk itu, penurunan suku bunga riil setahun terakhir membuat harga emas melejit. Emas mungkin memang tidak memberikan bunga, tetapi tingkat bunga obligasi treasury AS pun hampir tidak ada,” ujarnya.

Emas memang terkenal sebagai instrumen lindung nilai, tetapi tidak semua orang suka dengan emas.

Investor kawakan Warren Buffet salah satunya yang menolak menempatkan dana di emas.

Komentar Buffet terkait emas adalah instrumen investasi itu digali dari tanah di Afrika atau tempat lainnya.

“Lalu, kami meleburnya dan kembali menggali untuk menguburnya lagi. Kami harus membayar orang juga untuk menjaganya, artinya tidak ada kegunaannya,” ujar Buffet.

Berbeda dengan Buffet, John Pierpont (J.P) Morgan pendiri bank investasi terbesar di Amerika Serikat menyebutkan kalau emas adalah uang, dan yang lainnya adalah kredit.

“Ketika pengembalian untuk memberikan kredit mendekati nol, tidak heran kalau investor ingin uang mereka berbentuk emas,” ujarnya.

The post Harga Emas, Analisis Singkat Melonjaknya si Lindung Nilai appeared first on SuryaRianto.

]]>
https://suryarianto.id/harga-emas-analisis-singkat-melonjaknya-si-lindung-nilai/feed/ 0