Saham Bank BUMN layak dipantau sepanjang pekan ini. Bukan apa-apa, tiga saham Bank BUMN, yakni BRI, Bank Mandiri, dan BNI bakal menggelar rapat umum pemegang saham tahunan.
Isu perombakan direksi dan komisaris mengemuka ketika RUPS tahunan kali ini. Terutama, BNI yang kini dipimpin oleh Achmad Baiquni.
Tak hanya itu, posisi direksi dan komisaris Bank Mandiri juga rentan dibongkar pasang lagi, meski Royke Tumilaar sudah resmi menjabat dirut bank dengan kode BMRI tersebut.
Jika melihat dari kinerja 2019, pertumbuhan laba bersih ketiga Bank BUMN itu mencatatkan perlambatan.
PODCAST: Melihat Lika-liku Saham BOLA Sejak IPO hingga Saat Ini
BRI menjadi bank BUMN dengan perlambatan yang paling rendah. Laba bersih BRI sepanjang 2019 tumbuh 7,04% menjadi Rp34,41 triliun dibandingkan dengan Rp32,14 triliun pada 2018. Persentase itu lebih rendah dibandingkan dengan periode 2018 yang tumbuh sebesar 10,68%.
BNI berada di posisi kedua setelah mencatatkan pertumbuhan laba bersih 2,76% menjadi Rp15,5 triliun dibandingkan dengan Rp15,09 triliun pada 2018. Persentase pertumbuhan itu lebih rendah ketimbang 2018 yang tumbuh 9,59%.
Terakhir, Bank Mandiri yang melambat lumayan drastis. Laba bersih Bank Mandiri 2019 tumbuh 10,07% menjadi Rp28,45 triliun dibandingkan dengan Rp25,85 triliun pada 2018. Persentase itu lebih kecil ketimbang 2018 yang tumbuh 20,55%.
Secara harian per 18 Februari 2020, harga saham BNI menjadi satu-satunya yang menguat. Saham emiten berkode BBNI itu naik 0,98% menjadi Rp7.700 per saham.
Di sisi lain, saham BBRI dan BMRI turun masing-masing 1,57% dan 0,32% menjadi Rp4.400 per saham dan Rp7.825 per saham.
Secara year to date, saham Bank Mandiri yang berkode BMRI menjadi yang paling kuat dengan kenaikan 1,85%. Saham BBNI hanya menguat 0,65% dan BBRI malah stagnan.
Hasil RUPS BBRI
BBRI menjadi bank pelat merah yang melakukan RUPS Tahunan pertama pada tahun ini.
Hasilnya, Kartika Wirjoatmodjo, eks Dirut Bank Mandiri yang kini menjabat sebagai Wamen Kementerian BUMN menjadi komisaris utama BRI.
BACA JUGA: Saham Pakan Ternak, Pilih JPFA atau MAIN? CPIN Sudah Mahal Banget Euy
Komposisi direksi yang berubah hanya kepatuhan. Untuk Direktur Utama tetap dipegang oleh Sunarso.
Lalu, BBRI juga memutuskan untuk membagikan dividen senilai Rp20,62 triliun. Nilai itu lebih besar 27,52% dibandingkan dengan total dividen pada tahun lalu.
Jadi Saham Bank BUMN Mana yang Menarik?
Jika dilihat secara kinerja keuangan, tidak ada perbedaan signifikan antara ketiga bank pelat merah tersebut.
Dari segmen bisnis, hanya BBRI yang memiliki perbedaan, yakni fokus di segmen UMKM, sedangkan segmen bisnis BBNI dan BMRI bisa dibilang hampir mirip, yakni korporasi dan ritel.
Namun, dari segi rasio kredit bermasalah kotor atau NPL gross, Bank Mandiri bisa dibilang yang terbaik. Pasalnya, Bank Mandiri mencatatkan penurunan rasio kredit bermasalah pada 2019 menjadi 2,39% dibandingkan dengan 2,79% pada periode sebelumnya.
Adapun, BBRI dan BBNI justru mencatatkan kenaikan NPL gross. NPL BBRI naik menjadi 2,62% dibandingkan dengan 2,16%, sedangkan BBNI naik menjadi 2,3% dibandingkan dengan 1,9%.
Kondisi bisa mengkhawatirkan di tengah kondisi ekonomi domestik dan global yang tidak pasti. Rasio NPL itu berpotensi meningkat dengan kondisi pertumbuhan ekonomi global yang belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan.
Jika itu melihat kinerja, bagaimana dengan valuasi saham ketiga bank BUMN ini?
BBNI bisa dibilang yang paling murah dengan Price to earning ratio (PER) 9,33 kali dan Price to Book Value (PBV) ratio 1,17 kali.
BMRI menyusul di posisi kedua dengan rasio PER 13,29 kali dan PBV 1,78 kali. Lalu, BBRI menjadi yang termahal dengan PER 15,77 kali dan PBV 2,63 kali.
Melihat valuasi itu, bagi kalian yang mengincar capital gain bisa memburu BBNI atau BMRI.
Di sisi lain, jika mengincar dividen, rasio Dividen Yield BMRI menjadi yang terbesar, yakni 3,08%.
Posisi kedua ditempati oleh BBRI sebesar 3%, dan terakhir BBNI sebesar 2,61%.
Nah, bagi yang mau berbagi peruntungan capital gain dan dividen, saham BMRI bisa dibilang cukup menarik untuk dikoleksi.
Namun, berhubung ketiganya perusahaan pelat merah, faktor politik bisa memengaruhi pergerakan harga sahamnya juga. Jadi, tetap hati-hati ya.