Saham ACES bisa menjadi saham sektor ritel konvensional yang tetap menarik di tengah pandemi Covid-19 maupun transformasi digital. Kesiapan Ace Hardware Indonesia dalam transformasi digital, serta rencana ekspansi gerai yang terus berlanjut menunjukkan sinyal positif untuk fundamental keuangan anak usaha Kawan Lama Group tersebut.
Dari segi kinerja sampai kuartal I/2020, ACES masih mampu mencatatkan pertumbuhan penjualan bersih sebesar 8,55% menjadi Rp1,96 triliun dibandingkan dengan Rp1,81 triliun pada periode sama tahun lalu. Dari segi laba bersih, perseroan mencatatkan kenaikan sebesar 3,9% menjadi Rp245,68 miliar.
BACA JUGA: Rencana Pertamina Hulu Energi IPO, Bakal Jadi Emiten Tambang dengan Laba Terbesar?
Pendapatan dari produk rumah tangga masih menjadi andalan perseroan sampai kuartal I/2020. Pos pendapatan itu mencatatkan kenaikan sebesar 3,32% menjadi Rp1,02 triliun dibandingkan dengan periode sama pada tahun lalu.
Lalu, pos pendapatan lainnya seperti, produk gaya hidup menyusul di posisi kedua dengan pertumbuhan senilai 6% menjadi Rp840 miliar. Pos pendapatan dari mainan di posisi ketiga dengan mencatatkan penurunan sebesar 3,12% menjadi Rp62 miliar.
PODCAST: Mau Tau Cerita Drama Bukopin yang Bikin Nasabah Enggak Bisa Tarik Tunai?
Nafas ACES jika dilihat dari arus kasnya bisa dibilang masih cukup panjang. Sampai kuartal pertama, Ace Hardware Indonesia memiliki arus kas dan setara kas senilai Rp1,54 triliun. Total kas itu mayoritas berbentuk tabungan atau giro di bank senilai Rp904,31 miliar, sedangkan dalam bentuk deposito Rp637,83 miliar.
Pesona saham ACES makin menggiurkan setelah dari segi utang jangka pendeknya hanya sedikit. Sampai kuartal I/2020, ACES mencatatkan utang jangka pendek di PT Bank Central Asia Tbk. senilai Rp3,45 miliar.
Dari data RTI, rasio utang dibandingkan dengan modal alias debt equity ratio (DER) cuma 42,88%, meski secara valuasi ACES tergolong cukup mahal. Valuasi menurut price to earning ratio (PER) per 1 Juli 2020 sebesar 25,7 kali, sedangkan price to book value ratio (PBVR) sebesar 5,14 kali.
Saham ACES yang Tetap Agresif di Tengah Pandemi
Namun, daya tarik saham ACES bukan sekadar di angka-angka itu, melainkan juga langkah yang dilakukannya untuk menghadapi pandemi Covid-19, serta ekspansif di tengah kondisi yang menantang.
Jika meringkas laporan keterbukaan informasi sejak awal tahun, perseroan telah membuka 9 gerai baru sepanjang tahun ini. Wilayah ekspansi perseroan cukup beragam, dari kawasan timur seperti, Makassar dan Gorontalo sampai Sumatra seperti, Dumai dan Medan.
Sepanjang tahun ini, perseroan menargetkan ekspansi sebanyak 15 gerai. Dengan begitu, perseroan tinggal mengejar tambahan 6 gerai lagi pada tahun ini. Dari segi belanja modal, perseroan sedikit lebih irit dengan menggelontorkan senilai Rp250 miliar dibandingkan dengan Rp400 miliar pada tahun lalu.
Angka belanja modal perseroan itu masih lebih besar ketimbang 2018 yang cuman Rp200 miliar dan sama dengan periode 2017. Jumlah ekspansi gerai ACES juga masih dalam angka rata-rata tahunan, meski tetap lebih rendah dibandingkan dengan 2019 yang menambah 25 gerai.
Beban terbesar Ace Hardware Indonesia adalah pengembangan gerai Toy Kingdom. Permintaan mainan anak-anak mengalami penurunan seiring dengan tren permainan gim di smartphone.
Kondisi itu tercermin dalam capaian pendapatan produk mainan pada kuartal pertama yang turun 3,12% menjadi Rp62 miliar. Meskipun begitu, jika melihat kinerja sepanjang 2019, pendapatan dari produk mainan masih mencatatkan pertumbuhan sebesar 28,63% menjadi Rp301 miliar.
Di luar itu, sepanjang tahun ini perseroan juga memutuskan buyback saham tanpa RUPS di tengah gejolak pasar saham Indonesia pada Maret 2020. ACES menyiapkan dana hingga Rp34,3 miliar, tetapi yang sudah terealisasi pada 17 Maret 2020 senilai Rp4,88 miliar.Perseroan borong 40.000 lot dengan harga rata-rata Rp1.223 per saham.
Penetrasi ke Pasar Online
Kawan Lama Grup, pemilik lisensi Ace Hardware di Indonesia sekaligus pemegang saham ACES, telah mempersiapkan diri menuju pasar online sejak 2016. Kawan Lama Grup bersama ACES mendirikan PT Omni Digitama Internusa yang memiliki produk e-Commerce Ruparupa.com.
Di sana, ACES memiliki saham sebanyak 30% dengan total penyertaan investasi senilai Rp4,5 miliar. Dengan begitu, modal yang disetor untuk investasi awal ruparupa.com senilai Rp15 miliar.
Didirikan pada April 2016, ruparupa.com masih mencatatkan kerugian. Dari laporan tahunan ACES pada 2016, ACES kebagian kerugian e-Commerce itu senilai Rp2,88 miliar. Jika dihitung 100% modal disetor, total kerugian dari e-commerce itu berarti sekitar RP9,6 miliar. Nilai investasi ACES di sana pun susut menjadi Rp1,61 miliar sampai akhir 2016.
Memasuki 2017, Ace Hardware Indonesia tidak melakukan penambahan investasi di Ruparupa.com. Di sisi lain, ACES kembali menanggung kerugian e-Commerce itu senilai Rp3,37 miliar. Jika dihitung dengan total modal disetor, kerugian Ruparupa.com pada 2017 senilai Rp11,25 miliar. Nilai investasi ACES di sana pun susut menjadi minus Rp1,75 miliar.
Memasuki 2018, Ace Hardware Indonesia masih belum menambah investasi ke Ruparupa.com. Total kerugian e-Commerce itu yang ditanggung ACES bertambah jadi Rp4,39 miliar. Dengan begitu, total kerugian dari seluruh modal disetor menjadi Rp14,63 miliar. Nilai penyertaan modal perseroan di sana kian susut menjadi minus Rp6,14 miliar.
Lalu, penyertaan investasi ACES di entitas asosiasi Ruparupa.com menjadi tidak ada pada laporan tahunan 2019. Dalam laporan tahun itu, perseroan menanggung rugi e-Commerce itu senilai Rp4,5 miliar. Jika dihitung dari total modal disetor, kerugian dari Ruparupa.com bisa tembus Rp15 miliar.
Namun, total kerugian itu terbayarkan karena ACES dan Kawan Lama Grup bisa mengoptimalkan jaringan e-Commerce itu untuk menjaga pertumbuhan penjualan di tengah pandemi.
Arah Harga Saham ACES
Ace Hardware Indonesia melantai di BEI pada 6 November 2007 dengan harga penawaran Rp820 per saham. Sepanjang perjalanannya, ACES pernah sekali melakukan pemecahan nilai saham dengan rasio 1:10 pada 1 November 2012.
Sampai perdagangan 3 Juli 2020, harga saham ACES ditutup melemah 0,67% menjadi Rp1.490 per saham.
Kalau dilihat pergerakan harga saham ACES dari sepekan hingga 5 tahun terakhir. Harga saham Ace Hardware Indonesia ini cenderungan sideways karena belum ada faktor pendukung yang kuat untuk naik lebih tinggi.
Jika dirunut secara historis, harga saham tertinggi ACES dalam 5 tahun terakhir senilai Rp1.880 per saham, sedangkan yang terendah dalam 5 tahun terakhir senilai Rp690 per saham.
Lalu, untuk melihat pergerakan harga saham jangka pendek ACES, sepekan terakhir, harga saham tertingginya senilai Rp1.515 per saham, sedangkan harga saham terendah Rp1.465 per saham.
Level harga Rp1.500-an ini sudah menjadi yang tertinggi sejak sebulan terakhir, sedangkan level terendah sebulan terakhir berada di Rp1.465. Jadi, jika ingin mengoleksi ACES bisa membeli di level Rp1.500-an.
Secara hitungan historis, kalian bisa mulai lepas saham ACES jika mampu tembus Rp1.600-Rp1.700 per saham. Terakhir ACES menembus level tertinggi di level Rp1.700-an itu terjadi pada 6 bulan terakhir.
Secara psikologis, seharusnya harga saham ACES bisa balik ke level Rp1.700 per saham dalam jangka pendek menengah. Apalagi, jika didorong kinerja ACES pada semester I/2020 yang di atas ekspektasi, meski di tengah pandemi. Bukan tidak mungkin bisa kembali ke Rp1.800 per saham.
Sentimen positif ACES dalam jangka dekat adalah hasil Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan yang belum ada kabar waktunya. Jika kembali membagikan dividen, bukan tidak mungkin harga sahamnya bisa naik hingga mendekati masa cum dividen, tetapi akan kembali anjlok setelah ex dividen.
Jika ingin masuk ke ACES secara konservatif, target harga tertinggi di level Rp1.600 per saham sudah cukup untuk dinikmati. Pasalnya, untuk mencapai Rp1.700-an per saham, tampaknya saham ACES harus jatuh sekali lagi ke bawah Rp1.400-an per saham.