PBSI tampaknya lagi berjuang mencari sponsor baru pengganti Djarum yang kontraknya habis pada akhir 2020 silam. Tiba-tiba, generasi ketiga Grup Salim, Axton Salim, meramaikan dunia bulu tangkis nih.
Axton bakal mengirimkan pasokan mie instan ke salah satu pemain Denmark. Apakah ini sinyal Grup Salim bakal jadi pengganti Grup Djarum di PBSI?
BACA INI: Kisah Si Anak Ajaib Taufik Hidayat yang Mendunia
Semua bermula saat Ginting secara mengejutkan dikalahkan tunggal putra Hong Kong Lee Cheuk Yu pada babak 16 besar Thailand Open 21 Januari 2021. Ginting kalah lewat rubber set 19-21, 21-13, dan 12-21. Kekalahan itu membuat Ginting terancam batal berpartisipasi dalam BWF World Tour Final 2020 yang diselenggarakan di Thailand pada akhir Januari 2021.
Soalnya, kekalahan Ginting itu membuat perolehan poin untuk menuju World Tour Final masih bisa tersusul, termasuk oleh Lee Cheuk Yu. Lawan Cheuk Yu di perempat final adalah tunggal putra Denmark Hans-Kristian Solberg Vittinghus.
Imbalan untuk Vittinghus
Vittinghus pun bercanda kalau dia akan berupaya menang dari pemain Hong Kong itu demi membantu Ginting ke BWF World Tour Final. Vittinghus meminta imbalan jika dirinya benar-benar menang, yakni minta pasokan mie instan setahun penuh.
Hasilnya, Vittinghus berhasil menang lawan Cheuk Yu dengan skor ketat 20-22, 21-12, 21-19 pada 22 Januari 2021. Salah satu pengurus PBSI disebut memberikan beberapa mie instan kepada Vittinghus di tempat. Bahkan, instastory mie instan goreng dan rebus yang diberikan juga sempat viral saat itu.
Makin hebohnya, ketika anak bos pemilik produk mie instan terbesar di Indonesia, Axton Salim, juga ikutan komentar di salah satu postingan akun Badminton di Instagram. Axton melakukan direct message langsung ke VIttinghus soal rencana mengirimkan mie instan ke rumahnya di Denmark.
Nah, kemunculan Axton dalam dunia bulu tangkis ini bisa menjadi kejutan dan sinyal Indofood bakal menjadi sponsor baru PBSI. Namun, bisa jadi itu memang strategi Axton yang gemar bermain media sosial dan melakukan promosi gratis untuk produk Indofood lewat akunnya. Meskipun begitu, kita tidak bisa melupakan kalau saat ini PBSI memang butuh sponsor.
Kisah PBSI Putus Hubungan dengan Djarum
Tidak ada alasan pasti kenapa Djarum memutuskan tidak melanjutkan kontrak sponsor di PBSI. Pihak Djarum sempat beralasan pandemi Covid-19 yang bikin mereka cabut dari PBSI. Di balik itu semua, ada isu panas dalam dunia bulu tangkis dan perusahaan milik keluarga terkaya di Indonesia tersebut.
Djarum sudah menyokong PBSI sejak era 1985, meski untuk sponsor Indonesia Open pada 2001-2003 sempat disokong oleh Sanyo. Namun, hubungan jangka panjang antara PBSI dengan Djarum sangat melekat.
Sangking melekatnya, hubungan antara PBSI dengan Djarum sampai dikait-kaitkan dengan mundurnya legenda bulu tangkis Indonesia Rexy Mainaky dari posisi kepala bidang pembinaan dan prestasi PBSI. Konon, Rexy diganti karena ‘bukan’ orang Djarum. Apalagi, penggantinya adalah Susi Susanti yang dekat dengan Djarum.
Namun, Rexy membantah isu tersebut. Pergantian dirinya memang selaras dengan pergantian ketua umum dari Gita Wirjawan ke Wiranto. Toh, kejadian serupa juga terjadi saat kepemimpinan PBSI berganti dari Wiranto ke Firman Agung Sampurna. Susi Susanti ikut lengser digantikan dengan Rionny Mainaky.
Nah, pergantian kepengurusan itu juga bisa jadi alasan kuat soal keputusan Djarum minggat dari Cipayung. Kabarnya, pihak Djarum sempat geram terhadap kritik dan isu soal adanya kepentingan terselubung dari dukungan perusahaan keluarga Hartono ke PBSI tersebut.
Rumor Kepentingan Grup Djarum dalam Bulu tangkis
Salah satu topik yang paling hangat sejak 2019 adalah soal Djarum memanfaatkan dukungan ke bulu tangkis untuk membangun citra positif perusahaan rokoknya tersebut. Asumsi itu muncul dari lembaga nirlaba yang konon dapat pendanaan dari Bloomberg untuk bikin kampanye anti rokok. Asumsi itu didukung oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).
Hasilnya, audisi bulu tangkis PB Djarum dihentikan. Padahal, PB Djarum menjadi salah satu klub yang melahirkan pemain bintang untuk Indonesia.
Di tengah gonjang-ganjing hubungan antara Djarum dan bulu tangkis, termasuk PBSI yang memanas. Konon, ada pengurus yang yakin kalau PBSI bisa tetap jalan tanpa Grup Djarum. Soalnya, bulu tangkis bisa saja dapat sponsor dari taipan Indonesia lainnya, palilng banter dapat sokongan dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Jika BUMN atau taipan lainnya tertarik ingin sponsor bulu tangkis, gambarannya Djarum mengeluarkan sekitar Rp30 miliar – Rp40 miliar per tahun untuk PBSI, termasuk menjadi sponsor utama beberapa kejuaraan.
Apakah ada BUMN yang mau membiayai PBSI? toh saat ini mereka juga patungan untuk biayain Kementerian BUMN. Bicara taipan lain, salah satu grup usaha yang sudah ada di dunia bulu tangkis bersama Djarum adalah Ciputra lewat klub Jaya Raya.
Peluang Indofood Jadi Sponsor PBSI
Jika Indofood benar-benar jadi sponsor PBSI, artinya Djarum tidak benar-benar hilang dari dunia bulu tangkis. Pasalnya, Grup Salim dengan Grup Hartono masih memiliki beberapa hubungan, dari kepemilikan perusahaan sampai keluarga.
BCA adalah salah satu aset milik Grup Djarum yang paling memberikan keuntungan pada pemilik perusahaan rokok tersebut. Namun, sebelum BCA jatuh ke tangan Djarum setelah krisis 1998, BCA adalah milik Grup Salim.
Bahkan, kini Salim masih memiliki saham minoritas di BCA. Menariknya adalah Viktor Hartono putra sulung Robert Budi Hartono menikah dengan Amelia Santoso, putri Benny Santoso yang merupakan salah satu orang penting dalam gurita bisnis Grup Salim.
Nah, Viktor Hartono adalah yang mengurus bisnis Djarum Foundation, terutama di bidang bulu tangkis.
Namun, dari segi kekayaan, Anthoni Salim bisa dibilang kalah jauh dari Robert dan Michael Hartono. Dalam catatan Forbes, Anthoni dan keluarganya memiliki kekayaan sekitar US$5,9 miliar. Kalah jauh dari Robert Budi Hartono sendirian yang mencapai US$21,3 miliar.
Dari segi bisnis, induk bisnis Grup salim yang berada di tangan PT Indofood Sukses Makmur Tbk. mencatatkan hasil yang tumbuh positif di tengah pandemi. Apalagi, anak usahan Indofood Sukses Makmur, Indofood CBP, justru melakukan transaksi terafiliasi dengan nilai raksasa.
Total laba bersih Indofood Sukses Makmur sampai kuartal III/2020 itu senilai Rp3,75 triliun dibandingkan dengan Rp3,53 triliun pada periode sama tahun sebelumnya. Dari hasil laba itu, kira-kira Indofood rela enggak ya bagi 1 persen cuannya untuk PBSI?
Namun, tulisan ini sifatnya opini dan asumsi melihat perkembangan di lapangan, bukan berdasarkan fakta dengan hasil yang pasti. Cuma, salah satu taipan di Indonesia ya Grup Salim, selain itu paling Ciputra, Sinarmas, Lippo Grup, Barito Grup, atau ada taipan lainnya yang lebih menarik enggak?