Investor saham pada pindah ke kripto disebut jadi penyebab lesunya volume perdagangan di sana. Apalagi, kripto lagi jadi primadona karena harganya terus melejit. Cuannya lebih tinggi dibandingkan dengan saham karena tidak ada batas ARA maupun ARB. Namun, memang beneran gara-gara pindah ke kripto?
Faktanya, volume transaksi kripto di Indonesia tidak melejit naik lho. CEO Indodax Oscar Darmawan mengatakan saat ini transaksi Bitcoin di pasar global tengah memang lagi tinggi-tingginya. Namun, transaksi saham yang sepi bukan disebabkan oleh perpindahan investor ke pasar kripto.
Kenaikan transaksi kripto di Indonesia tidak terlalu besar. Soalnya, masyarakat belum teredukasi secara masif tentang mata uang kripto. Hanya, segelintir orang saja yang aktif bertransaksi di pasar kripto.
Khusus Bitcoin, transaksi Bitcoin Indonesia hanya setara 1 persen dari transaksi global. Kenaikan volumenya pun tidak signifikan dibandingkan dengan periode booming pada 2017.
BACA JUGA: Grab Ambil 4 persen Saham EMTK, Untuk Saingi Go-To
Selain itu, karakter trader saham juga berbeda dengan trader kripto. Jadi, pelaku pasar saham tidak perlu khawatir soal mata uang kripto yang lagi jadi primadona.
“Trader kripto lebih high risk high gain,” ujar Oscar.
Dogecoin To The moon
Harga Dogecoin lagi melejit lagi nih. Sebelumnya, Dogecoin mencuat setelah fenomena saham Gamestop mencapai puncaknya pada awal 2021. Kicauan Elon Musk tentang Dogecoin bikin banyak orang bertransaksi mata uang kripto tersebut.
Kali ini, Dogecoin melejit didongkrak oleh kicauan Mark Cuban, investor kakap yang mengoleksi mata uang kripto berlogo anjing Shiba Inu tersebut. Pada 14 April 2021, Cuban mengaku tidak akan menjual Dogecoin yang dimilikinya.
Aksi Korporasi Akhir Pekan, Sritex Siapkan Proposal Restrukturisasi Utang Nih
PT Sri Rejeki Isman Tbk. alias Sritex lagi menyiapkan proses pengajuan restrukturisasi utang berdenominasi dolar AS. Program restrukturisasi utang dalam skema sindikasi itu bakal diserahkan pada 9 Agustus 2021.
Salah satu program perpanjangannya adalah Sritex berupaya untuk memperpanjang jatuh tempo selama dua tahun menjadi Januari 2024. Total pokok pinjaman yang bakal direstrukturisasi itu senilai 350 juta dolar AS.
Sritex sempat menyatakan kalau posisi perseroan dalam pinjaman sindikasi itu cukup rentan setelah lead arranger dan bookrunner dalam sindikasi memutuskan tunda tanda tangan perpanjangan pinjaman yang harusnya dilakukan pada 19 Maret 2021.
Kreditur Sritex enggan tanda tangan karena kejadian yang belum pernah terjadi sebelumnya. Namun, tidak dijelaskan kejadian itu secara detail.
FREN Mau Rights Issue, Sinyal Merger sama EXCL?
Saham PT Smartfren Telecom Tbk. alias FREN bakal melakukan rights issue dengan target dana Rp697,87 miliar. Harga pelaksanaan rights issuenya senilai Rp120 per saham atau lebih tinggi dari rata-rata harga saham FREN yang masih berada di kisaran Rp90 per saham.
PT Global Nusa Data pemegang saham FREN sebanyak 26,39 persen tidak bakal mengambil hak rights issue tersebut. Lalu, PT Wahana Inti Nusantara dengan porsi kepemilikan 16,11 persen juga tidak mengambil haknya.
Adapun, pembeli siaga dalam aksi korporasi ini adalah PT Sinarmas Sekuritas dan PT BCA Sekuritas. Kira-kira ada sosok investor lain di balik dua sekuritas itu enggak ya?
Yang pasti, 85 persen dari dana rights issue bakal digunakan untuk menambah modal ke anak usaha, yakni PT Smart Telecom. Nah, uang itu bakal digunakan Smart Telecom untuk bayar utang. 15 persen sisanya bakal digunakan untuk modal kerja, seperti bayar sewa menara dan sebagainya.
Saham FREN ditutup naik 5,56 persen menjadi Rp95 per saham pada penutupan perdagangan Jumat 16 April 2021.
Bank Jago Mau Ambil Alih BFIN
Bank Jago alias ARTO dikabarkan mau akuisisi perusahaan pembiayaan mobil baru dan bekas PT BFI Finance Indonesia Tbk. alias BFIN. Proses akuisisi perusahaan itu bisa dibilang bakal cepat karena BFIN juga dimiliki oleh Northstar Pacific, yang juga salah satu pemegang saham Bank Jago dan investor awal Gojek.
Namun, pihak Bank Jago tidak mau membantah maupun mengiyakan rencana tersebut.
Harga saham BFIN bergerak stagnan pada penutupan 16 April 2021 di level Rp770 per saham. Lalu, saham ARTO melejit 1,36 persen menjadi Rp11.200 per saham.
Siap-siap Saham Ritel dan Mall Bakal Gembira
Saham sektor ritel lagi menguat nih gara-gara Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia memprediksi tingkat kunjungan masyarakat ke pusat perbelanjaan bisa naik 40 persen dibandingkan dengan periode sama pada tahun lalu.
Kebijakan larangan mudik bisa jadi peluang untuk pusat perbelanjaan di kota besar mendapatkan kenaikan okupansi. Larangan mudik pasti bikin masyarakat bergerak ke pusat perbelanjaan.
Siapa yang tertarik koleksi saham ritel seperti LPPF, RALS, MAPI, dan lainnya?