Startup Asean lagi cari muka ke publik nih. Dari rencana merger raksasa Tokopedia-Gojek yang berujung di bursa saham, sampai rencana Traveloka dan Grab untuk melantai di bursa Amerika Serikat.
Jika semua berjalan lancar, posisi Sea Group sebagai perusahaan teknologi paling bernilai di Asean bisa tersaingi. Setidaknya, oleh dua raksasa startup private company Grab dan hasil merger Tokopedia-Gojek.
Sebelum membayangkan indahnya harga saham Tokopedia-Gojek, Grab, dan Traveloka. Kamu harus tahu kisah saham SEA Group saat baru melantai di bursa AS.
Pemilik bisnis Garena itu resmi melantai di bursa pada Oktober 2017 dengan harga penawaran perdana senilai 15 dolar AS per saham. Seperti saham IPO lainnya, harga saham SEA Group melejit tembus 17 dolar AS pada awal perdagangan.
Sayangnya, sejam setelah perdagangan, harga saham SEA Group turun ke 14 dolar AS per saham. Angka itu berada di bawah harga penawaran perdana 15 dolar AS per saham. Sampai akhirnya, harga saham SEA ditutup pada level 16 dolar AS per saham.
Bisa dibilang hari pertama SEA Group di bursa AS bak naik roller coaster dalam sehari. Induk usaha marketplace Shopee itu meraup dana sekitar 884 juta dolar AS atau sekitar Rp12,8 triliun dari aksi initial public offering (IPO) tersebut.
Startup Asean dan Berkah Pandemi
Langkah IPO SEA di bursa AS penuh tantangan. Para pemegang saham ingin melihat langkah diversifikasi bisnis SEA setelah melantai di bursa. SEA menyebutkan bisnis hiburan berupa game lewat Garena berkontribusi 95 persen terhadap pendapatan perseroan.
Untuk itu, SEA menjajal bisnis sistem pembayaran lewat Airpay dan e-Commerce lewat Shopee, meski harus menanggung rugi terlebih dulu. Pemegang saham berharap diversifikasi bisnis SEA bisa mendorong bisnisnya ke arah pertumbuhan yang agresif sehingga dalam jangka menengah panjang bisa terkonversi jadi keuntungan.
Upaya diversifikasi bisnis SEA itu tampaknya mulai menunjukkan hasil nih. Per 2020 kemarin, kinerja ebitda SEA sudah positif 106,98 juta dolar AS dibandingkan negatif 178,6 juta dolar AS pada 2019.
BACA JUGA: Saham BRMS, Prospek si Pengeruk Emas
Namun, penopang utama ebitda positif itu masih dari bisnis hiburannya, yakni Garena senilai 1,98 miliar dolar AS. Di sisi lain, bisnis e-Commerce lewat Shopee, ebitdanya masih negatif 1,3 miliar dolar AS. Lalu, ebitda Airpay juga masih negatif 551,09 juta dolar AS.
Sepanjang pandemi Covid-19, SEA memang mendapatkan berkah dengan peningkatan trafik ke bisnis game dan e-commercenya. Harga saham SEA sepanjang 2020 pun melesat hampir 400 persen dari 40 dolar AS per saham menjadi 196 dolar AS per saham.
Mimpi SEA memiliki valuasi 100 miliar dolar AS pun tercapai. Sampai 14 April 2021, kapitalisasi pasar perusahaan teknologi Asia Tenggara itu sudah tembus 124,5 miliar dolar AS.
Masalah Startup Asean yang Mau IPO Saat Ini
Langkah IPO yang bakal dilakukan Tokopedia-Gojek dan Grab tampaknya rada berbeda dengan SEA. Perbedaan yang mencolok adalah tingkat valuasi saat mau melantai di bursa.
SEA memiliki valuasi kurang dari 5 miliar dolar AS saat mau melantai di bursa, tepatnya sekitar 3,75 miliar dolar AS. Angka valuasi yang jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan Tokopedia-Gojek dan Grab saat ini.
Menurut data CB Insights, valuasi Tokopedia senilai 7 miliar dolar AS, sedangkan Gojek senilai 10 miliar dolar AS. Lalu, Grab bisa dibilang startup Asean yang belum IPO paling bernilai dengan valuasi 14 miliar dolar AS.
Valuasi yang kadung besar itu bikin Gojek maupun Tokopedia sulit untuk masuk ke bursa saham negara asalnya, Indonesia. Soalnya, dengan valuasi yang tinggi, otomatis berpengaruh terhadap harga penawaran dan berisiko jika ternyata hasil roadshownya tidak sesuai dengan ekspektasi pasar.
Berbeda dengan Tokopedia, Gojek, dan Grab, Traveloka berada pada posisi yang sama dengan SEA saat mau IPO. Saat ini, valuasi traveloka sekitar 3 miliar dolar AS.
Masalahnya, bisnis utama traveloka terimbas pandemi Covid-19, meski pihak terkait mengaku bisnisnya sudah mencapai titik impas atau break even point.
Meskipun begitu, tidak dapat dipungkiri, minat investor terhadap perusahaan teknologi lagi tinggi sekali. Bayangkan, Bank Jago, milik Gojek, yang produknya belum meluncur saja langsung masuk jajaran big caps sampai sempat mengalahkan kapitalisasi pasar bank besar seperti, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.
Namun, para perusahaan teknologi juga tidak boleh gelap mata. Apalagi, setelah banyak kasus kegagalan IPO atau setelah melantai di bursa seperti yang dialami Uber, Luckin Coffee, sampai WeWork.
Kalau startup asean kayak Tokopedia-Gojek, Grab, dan Traveloka IPO, kamu mau koleksi juga enggak?
Selanjutnya, gue mau cerita tentang perusahaan teknologi Asean yang sempat melantai di bursa AS, sayangnya bernasib apes hingga harus delisting. Nantikan ya!