Saham bank digital masih menjadi primadona, meski sempat dihajar habis-habisan. Kini, ada dua saham bank kecil yang berencana rights issue, yakni Bank Bumi Arta (BNBA) dan Bank Capital (BACA). Kira-kira siapa investor baru yang menampung kedua bank tersebut ya?
Tren saham bank kecil diakuisisi investor besar mencuat sejak 2016-an. Beberapa investor Korea Selatan dan China menggandeng banyak bank. Mulai dari Bank Andara-Dinar yang dimerger menjadi Bank Oke di bawah APRO Financial.
Ekspansi KEB Hana dengan merilis LINE Bank di Indonesia. Lalu, Bank Windu Kentjana yang mendapatkan sokongan dari bank China, China Construction Bank (CCB). Ditambah, IBK yang menggaet Agris dan Mitraniaga menjadi IBK Indonesia.
Sampai beberapa bank Thailand juga berupaya masuk ke Indonesia dari seperti Kasikornbank ke Bank Maspion dan Bank Bangkok yang sudah menjadi pemegang saham pengendali Bank Permata.
Nah, pemburuan bank di Indonesia makin kencang setelah era bank digital dimulai. Sejak Northstar akuisisi saham Bank Arto yang diubah jadi Bank Jago. Isu saham bank kecil diakuisisi investor besar makin santer.
Apalagi, OJK juga lagi menaikkan batas minimum modal inti bank kecil dari Rp100 miliar menjadi Rp3 triliun secara bertahap. Tahun ini, bank-bank kecil ditargetkan bisa punya modal inti minimal Rp2 triliun. Hasilnya, banyak bank kecil yang melakukan rights issue dan jadi pintu masuk para investor baru.
Rencana Saham Bank Digital, Gimana Nasib BNBA dan BACA?
BNBA menjadi salah satu bank yang disoroti setelah dalam keterbukaan informasi IDX mengungkapkan ada rencana pengendali saat ini untuk divestasi sahamnya.
Hal itu bertepatan dengan rencana aksi rights issue untuk menambah modal inti perseroan. Disitu investor baru akan masuk dan melakukan kondoslidasi perbankan.
Dalam keterbukaan itu, BNBA mengungkapkan pihaknya sedang dalam proses finalisasi untuk memenuhi ketentuan konsolidasi bank untuk penambahan modal inti sesuai aturan OJK.
Lalu, apa bentuk konsolidasi yang dilakukan BNBA? belum ada yang tahu. Saat ini, sosok investor maupun bank lainnya yang mau dikonsolidasikan dengan BNBA masih belum jelas.
BACA JUGA: Saham Bank Digital Mulai Berburu Nasabah, Siapa yang Bakal Menang BABP, ARTO, atau BBYB?
Sebelumnya, BNBA sempat dirumorkan bakal diambil alih oleh SEA Grup, induk dari Shopee. Namun, hal itu masih berupa rumor hingga saham BNBA langsung ambruk.
Di sisi lain, jika bahasa BNBA adalah konsolidasi artinya ada aksi merger di sini. Nah, SEA Grup bisa jadi yang terdepan di sini.
Saat ini, SEA Grup sudah memiliki bank di Indonesia, yakni Bank Kesejahteraan Ekonomi (BKE) yang sudah disulap jadi Seabank.
Namun, ini masih sebatas rumor yang belum pasti.
BACA Saham Bank Digital Seribu Rumor
Senada dengan BNBA, BACA juga menjadi bank digital yang konon diburu banyak investor. Bayangkan, dari Grab sampai Sea Group pernah masuk rumornya. Kini, saham BACA kembali muncul ke publik dengan bahasan siapa investor barunya?
Itu terjadi setelah BACA mengumumkan bakal menerbitkan 20 miliar saham baru. Ya tujuannya untuk memenuhi ketentuan modal inti OJK sih. Namun, di sini, pastinya bakal ada investor baru yang masuk.
Menariknya,rumor investor baru yang masuk adalah SEA Group juga. Padahal, sebelumnya Grab digadang-gadang yang bakal masuk karena petinggi OVO sudah menduduki jabatan di sana.
Ditambah, ada sinyal juga BACA dan BANK punya keterkaitan satu sama lain. Namun, lagi-lagi semua ini hanya rumor. Lalu, siapa calon-calon investor dari bank kecil ini.
Deretan Calon Investor yang Butuh Saham Bank Digital
Dalam catatan gue, ada tiga entitas yang sejauh ini belum memiliki bank. Pertama, dari entitas lokal, yakni PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK). Perseroan terkenal sebagai holding perusahaan teknologi yang cukup banyak dari media, Bukalapak, DANA, sampai saham minoritas di Grab.
Sayangnya, dari beragam lini usaha yang dimilikinya, perseroan belum memiliki lini usaha bank. Untuk itu, santer rumor EMTK bakal mengakusisi salah satu bank digital.
Seiring hubungan erat antara EMTK dengan Alibaba, terutama Ant Financial lewat DANA. Sempat disebut, EMTK bisa saja berkolaborasi dengan Bank Neo Commerce (BBYB). Namun, hal itu sirna setelah muncul isu DANA akan dilepas perseroan ke Sinarmas.
Di sisi lain, EMTK punya kedekatan dengan Grup Salim karena Anthony Salim salah satu pemegang sahamnya. Lalu, Salim juga punya bank, yakni Bank Ina Perdana yang digadang-gadang bakal jadi bank digital juga.
Namun, belum jelas, bank kecil apa yang akan digarap oleh EMTK untuk melengkapi puzzle dari portofolio bisnisnya.
Duo Singapura yang Memburu Bank di Indonesia
Selain EMTK, ada duo Singapura yang lagi merangsek masuk ke Indonesia dengan memperluas bisnisnya, yakni Grab dan Shopee. Khusus Grab, kemungkinan besar dia bisa berkolaborasi dengan EMTK untuk pengembangan ekosistem digitalnya.
Apalagi, setelah EMTK melepas DANA untuk membeli OVO di mana pihak Grab butuh mitra lokal sebagai pengendali OVO. Artinya, keputusan bank digital yang berada di bawah Grab bakal berhubungan erat dengan EMTK.
Sebenarnya, Grab punya mitra lokal terkait bank, yakni Lippo Group yang memiliki Bank Nobu. Namun, tampaknya Grab ingin mengembangkan bank digitalnya sendiri. Sempat ada kabar mau masuk ke BACA dan BANK, tapi belum ada kabar.
Namun, jika masuk BANK bisa jadi berlawanan dengan EMTK yang disokong Salim lewat Indomaretnya.
Terakhir adalah SEA Group, induk dari Shopee. Perusahaan teknologi paling bernilai di Asean itu sebenarnya sudah punya bank, yakni SEAbank. Namun, entah kenapa, SEA masih dikait-kaitkan bakal akuisisi 1 bank lagi.
Adapun, aturan wajib akuisisi minimal 2 bank untuk investor asing pun sudah direlaksasi. Lalu, apakah SEA bakal akuisisi bank lagi di tengah tren digital yang tidak terlalu membutuhkan size bank yang besar?
Kesimpulannya: Saham Bank Digital masih Menarik, tapi Sudah Mulai Jenuh
Tren bank digital sih kayaknya masih akan terus berlanjut sampai cerita terakhir siapa saja yang bakal masuk ke deretan bank kecil tersebut. Namun, cerita indah bank digital bisa jadi bakal selesai di tahun ini.
Soalnya, seluruh bank kecil yang butuh permodalan bakal langsung menuntaskan minimal modal inti Rp3 triliun pada tahun ini. Aksi rights issue pun akan selesai pada tahun ini. Jadi, tahun depan bakal sunyi senyap dengan siapa investor baru yang masuk ke bank.
Isu saham bank digital pada tahun depan adalah, siapa yang mampu bertahan dan menjadi tiga besar bank digital terbesar di Indonesia?
Apakah ARTO, BBYB, BABP, Blu BCA, atau bahkan BNBA, BACA, dan BANK yang bentuk aplikasinya tidak diketahui.