Saham HMSP maupun Saham GGRM tampaknya sudah bakal tamat. Bukan apa-apa, pemerintah lagi liat peluang naikin cukai rokok lagi nih. Ya, nasib apes banget kan, penjualan seret, cukai naik berarti antara naikin harga atau gerus margin. Namun, akankah ada masa depan untuk saham rokok?
Dalam nota keuangan pemerintah Indonesia pada 16 Agustus 2021, Pemerintah menargetkan tarif cukai rokok naik 11,9 persen menjadi Rp203,92 triliun pada 2022 dibandingkan dengan target tahun ini.
Jika cukai rokok benar-benar dinaikkan, nasib perusahaan rokok besar maupun kecil makin terancam. Nafas tanpa kenaikan cukai rokok sepanjang 2021 karena pandemi bisa jadi sirna menjadi petaka.
Memang seberapa besar sih beban cukai rokok terhadap kinerja keuangan bisnis rokok?
Gue ambil gambaran dari dua saham rokok terbesar, yakni PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) dengan PT Gudang Garam Tbk. (GGRM).
Kalau dilihat rata-rata lima tahun terakhir sejak 2015, beban cukai rokok itu selalu di atas 50 persen dari total pendapatan yang diterima.
Jumlah persentase beban cukai terhadap pendapatan perusahaan rokok terus meningkat seiring dengan tarif yang terus dinaikkan.
Misalnya, HMSP sebelumnya mencatatkan rata-rata rasio cukai per pendapatan sebesar 60,89 persen pada 2015. Per 2020, rasio cukai per pendapatan naik menjadi 63,01 persen.
Begitu juga dengan GGRM, rasio pendapatan per cukainya naik dari 53,55 persen pada 2015 menjadi 68,71 persen pada 2020.
Kenapa rasio pendapatan cukai berbeda-beda? soalnya besaran cukai bakal tergantung dari penjualan dan jenis produk yang dijual. Apakah, sigaret kretek tangan atau sigaret kretek mesin.
Adakah Harapan untuk Saham HMSP maupun Saham GGRM?
Harga saham HMSP dan saham GGRM memang bikin kepala investornya pusing bukan kepalang. Status big caps ternyata tak mampu melawan sentimen negatif dari kenaikan cukai rokok.
Harga saham HMSP lima tahun terakhir sudah turun 74,63 persen, sedangkan GGRM turun 52,59 persen.
Sejak 2015-2020, pemerintah sudah 4 kali menaikkan cukai rokok. Jelas itu menjadi tekanan besar bagi bisnis rokok yang memang penjualannya harus dibatasi. Terbesar, pada 2020 tarif cukai rokok naik hingga 23 persen.
Terus adakah harapan bagi saham rokok itu bisa kembali to the moon? apakah semua ini hanya akan sementara?
BACA JUGA: Saham REAL dan Tujuan Mulia Yusuf Mansur
Jujur, gue saranin ke lu yang pegang saham HMSP, lebih baik cut loss aja kalau mentalnya sudah siap. Namun, kalau merasa ada harapan ya silahkan hodl. Mungkin saja nanti HMSP bikin crypto sehingga bisa melejit harga sahamnya.
Begini, untuk HMSP gue saranin lepas karena doi tidak ada banyak bisnis pengganti yang kuat jika bisnis rokoknya runtuh. Adapun, satu-satunya bisnis potensial pengganti rokoknya adalah PT SRC Indonesia Sembilan, sebuah perusahaan yang membangun komunitas toko kelontong secara digital.
Wah, digital-digitalan tuh, berarti ada peluang to the moon harga sahamnya?
Begini, SRC memang salah satu bisnis potensialnya HMSP. Namun, modal untuk pengembangan bisnisnya sangat besar. Lalu, persaingan sudah ketat dan banyak yang sudah besar, seperti Mitra Bukalapak. Kompetitor HMSP sendiri seperti Gudang Garam dan Djarum juga punya bisnis serupa.
Kalau pun dijalankan dan bisnis rokok terus turun, tidak bisa menyulap kinerja keuangan HMSP. Penurunan rokok dan potensi pendapatan dari SRC sangat tidak sebanding.
Apalagi saat ini, nilai transaksi di SRC baru Rp9,1 triliun sepanjang tahun. Total anggotanya masih sekitar 130.000 orang.
Bagaimana dengan Saham GGRM?
Untuk GGRM, sebenarnya punya prospek yang lebih cerah. Soalnya, mereka sudah memiliki beragam bisnis selain rokok, meski kontribusi ke pendapatannya belum terlalu besar.
Menurut laporan keuangan 2020, GGRM memiliki 9 anak usaha di luar bisnis rokok, tapi salah satunya ada kaitannya sama bisnis rokok sih.
GGRM memiliki lini usaha jasa transportasi udara tidak terjadwal, jasa hiburan, industri peralatan perlindungan keselamatan, perusahaan investasi, konstruksi, objek wisata, dan kertas.
Saat ini, bisnis kertas karton yang dijalankan PT Surya Pamenang mampu meraup pendapatan senilai Rp1,81 triliun. Di sisi lain, lini usaha lainnya baru berkontribusi ke pendapatan senilai Rp92,58 miliar.
Memang apesnya, mayoritas bisnis Gudang Garam selain rokok termasuk bisnis terdampak pandemi Covid-19. Namun, ada potensi sektor bisnis itu bisa bangkit setelah pandemi Covid-19
Untuk bisnis konstruksi, GGRM memiliki beberapa proyek yang lagi dikejar dari bandara di Kediri sampai tol Kediri-Tulungagung.
Jadi Saham Rokok Ini Mau Diapain?
Saham rokok mungkin tidak bakal bangkrut dalam waktu dekat. Butuh waktu yang lebih lama lagi mengingat penjualan mereka masih puluhan triliun hingga saat ini. Pemerintah sendiri masih membutuhkan pendapatan dari cukai rokok, sehingga tren kenaikan tarif cukai mungkin diselang-seling per 2 tahun sekali agar dampaknya tidak terlalu terasa.
Namun, tetap saja, saham rokok ini bisnis sunset yang kalau mau bangkit butuh waktu yang lama. Butuh waktu di sini adalah untuk transisi lini bisnis utama rokok yang besar digantikan dengan bisnis yang baru.
Jadi, kalau ada rumor atau merasa tidak masalah dengan cut loss di posisi saat ini, gue saranin sih langsung cut loss aja. Soalnya, yang bisa menaikkan harga saham rokok cuma rumor merger dan akuisisi atau tarif cukai rokok tidak jadi dinaikkan. Seperti, yang terjadi ke saham GGRM beberapa waktu lalu.
So, kamu menyerah saja sama saham rokok atau masih berharap sedikit lagi?