Kopi Kenangan IPO, Sebuah Dejavu yang Molor

Kopi kenangan IPO

Kopi Kenangan IPO pada 2022 menjadi salah satu kabar heboh sejak 24 Februari 2024. Eits, tunggu dulu, startup kopi itu bukan pertama kali mengungkapkan rencana melantai di bursa dan pengumuman kali ini malah jadi molor.

Sebelumnya, pada pertengahan 2019, Kopi Kenangan IPO pada 2021. Pengumuman itu disebutkan tepat setelah perusahaan rintisan itu meraup dana US$20 juta atau sekitar Rp288 miliar dari Sequoia India.

Mereka bermimpi dana hasil melantai di bursa itu bakal digunakan untuk ekspansi ke luar negeri.

Perusahaan rintisan itu berencana ekspansi ke empat negara di Asia Tenggara. Dalam waktu dekat dari pertengahan 2019 itu, mereka bakal masuk ke salah satu negara tersebut.

Mereka menargetkan bisa ekspansi ke salah satu negara di Asia Tenggara pada kuartal IV/2019 atau kuartal I/2020. Bahkan, mereka sesumbar bisa membuka 5 sampai 10 gerai di satu negara Asia Tenggara tersebut.

Sebuah Dejavu Kopi Kenangan IPO

Nah, 24 Februari 2020, CEO dan Co-founder Kopo Kenangan Edward Tirtanata mengumumkan rencana ekspansi usahanya ke Asia Tenggara pada tahun ini. Untuk itu, mereka akan berupaya untuk mencari pendanaan baru.

Di sisi lain, Edward mengaku belum menemukan lokasi negara yang cocok untuk ekspansinya. Yang pasti, dia bakal ekspansi ke salah satu negara Asean dengan visi menguasai pasar kopi Asia Tenggara.

Lalu, perkembangan bisnis yang prospektif membuat Edward optimistis bisa melantai di bursa pada 2022.

Semua omongan itu membuat saya sedikit Dejavu. Perbedaannya, semua rencana Kopi Kenangan molor.

BACA JUGA: Saham Siantar Top Melejit, Siapa Penggorengnya?

Selain itu, perbedaan lainnya adalah Kopi Kenangan berencana mengubah nama atau rebranding agar bisa diterima secara internasional.

Kopi Kenangan didirikan oleh Edward pada 2017 dengan gerai pertama di gedung perkantoran Mayapada Tower.

Setelah debutnya itu, Kopi Kenangan mengantongi pendanaan sebanyak dua kali. Selain dari Sequoia India, mereka juga mendapatkan pendanaan dari Alpha JWC Ventures senilai Rp120 miliar.

Saat ini, perusahaan rintisan kopi itu memiliki 250 gerai. Mereka pun menargetkan bisa tambah gerai hingga 650 pada 2020.

Lalu, mereka menargetkan bisa menambah gerai menjadi sebanyak 1.200 pada 2021.

Layanan pengiriman makanan dinilai menjadi strategi ampuh untuk bisa meningkatkan omzet.

“Kebanyakan merek produk makanan dan minuman itu 30%-40% omzetnya berasal lewat layanan antar makanan dan minuman. Kalau lengah sedikit saja, kita bisa kehilangan potensi pembeli,” sebutnya.

Saat ini, perusahaan rintisan itu mencatatkan penjualan sebanyak 3 juta cup per bulan. Sampai akhir tahun ini, mereka menargetkan bisa mencapai 10 juta cup per bulan.

Belajar dari Luckin Coffee

Kopi Kenangan bisa belajar dari Luckin Coffee, startup kopi di China yang sudah menjadi penantang Starbucks di sana.

Tahun lalu, Luckin Coffee melantai di Bursa Amerika Serikat (AS) dengan harga penawaran perdana US$17 per saham. Dari aksi penawaran perdana itu, Luckin Coffee meraup dana sekitar US$561 juta.

Kini harga saham Luckin Coffee sudah melejit sekitar 117,64%, meski pada perdagangan 25 Februari 2020 harga sahamnya anjlok 4,62% menjadi US$37 per saham.

Setelah IPO, Luckin pun berencana menambah 2.500 gerai bari dari total yang dimilikinya saat itu sebanyak 2.370 gerai.

Dana IPO itu pun digunakan salah satunya untuk ekspansi jaringan, akuisisi pelanggan, pemasaran, dan penelitian serta pengembangan.

Umur Luckin Coffee dengan Kopi Kenangan hampir mirip. Keduanya didirkan pada 2017.

Saat melantai di bursa, Luckin Coffee masih dalam posisi berdarah-darah. Pada 2018, mereka rugi US$475,4 juta. Sampai kuartal I/2019 rugi US$85,3 juta.

Sampai kuartal III/2019, rugi Luckin Coffee senilai US$246,92 juta.

Dengan kerugian itu saja, harga saham Luckin Coffee masih menanjak. Namun, bagaimana dengan Kopi Kenangan, apakah mereka sudah menuai cuan?

Kalau pun belum, akankah daya tarik Kopi Kenangan di lantai bursa bisa merangsang para calon investor ritel?

Kita tunggu saja jawabannya nanti ketika mereka benar-benar melantai di bursa ya.

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.