Saham UNVR Jeblok Akibat Bisnis Es Krim Mencair?

saham unvr bisnis es krim

Saham UNVR alias Unilever Indonesia lagi jadi sorotan. Bagaimana tidak, sejak stock split 1:5 pada akhir 2019, harga sahamnya terus melorot. Kira-kira apa penyebab sahamnya melorot, apakah gara-gara bisnis es krim yang makin sengit? 

Sebenarnya, saya sudah mendengar selentingan soal saham UNVR yang kondisinya kurang bagus sejak sebelum stock split. Beberapa orang di forum bilang, “Ngapain beli UNVR, valuasi mahal, utang gede, dividen yieldnya juga enggak seberapa” 

Saya pikir itu hanya barisan sakit hati saja. Namun, benar, setelah stock split saham UNVR malah loyo. Di sisi lain, saya tetap penasaran apa penyebab si saham blue chip ini turun? Pastinya bukan karena stock split. 

BACA JUGA: Mengenang Kisah Stock Split Unilever, Penyebab Harganya Anjlok Jadi Rp4.000-an?

Ada beberapa kejadian sebelum UNVR stock split, yang paling besar adalah Unilever global melepas bisnis margarinnya, termasuk yang di Indonesia. Selepas itu, kinerja UNVR memang rada goyah. 

saham UNVR
Pergerakan saham UNVR lima tahun terakhir yang anjlok parah sejak 2018

Setelah melepas bisnis margarinnya, Unilever menjajal bisnis saus sambal bermerek Jawara. Sayangnya, kali ini saya tidak akan bahas sambal Jawaranya, melainkan bisnis es krim Walls UNVR. 

Bisa dibilang, bisnis es krim Walls UNVR memiliki kontribusi terbesar di segmen makanan setelah teh Lipton, Sariwangi, dan Kecap Bango. 

Sayangnya, industri es krim Indonesia lagi terdisrupsi oleh produsen es krim murah seperti Aice, Glico, dan (cari satu merek China). 

Memang sepanas apa persaingan di industri es krim? 

Saham UNVR vs CAMP dan ICBP

Di lantai bursa, produsen es krim bukan cuma UNVR, tetapi ada pesaing lokalnya, yakni PT Campina Es Krim Tbk. (CAMP) dan PT Indofood Sukses Makmur CBP Tbk. (ICBP). 

Kinerja yang tercantum di sini campuran dari bisnis makanan maupun susu yang mayoritas berasal dari es krim

 Dari data di atas, saham UNVR bisa dibilang masih menjadi penguasa pasar es krim, meski pendapatan makanan di sana adalah kombinasi dengan Kecap Bango, Sariwangi, Lipton, dan Saus Jawara.

Di sisi lain, ICBP lewat Indoeskrim berada di bawahnya. Angka pendapatan yang tercatat di sana adalah dari segmen diary yang berisi susu kental manis, uht, es krim, dan lainnya. 

Nah, porsi Indoeskrim mungkin tidak terlalu besar mengingat kontributor utamanya adalah susu kental manis dan Indomilk. 

Namun, data menunjukkan, pertumbuhan bisnis es krim UNVR berpotensi disaingi oleh ICBP di mana bisnis dairy terus tumbuh meski sedang pandemi. 

Inovasi Para Produsen Es Krim

Ingat, Walls mengeluarkan produk es krim jadul yang ghaib bernama Vienetta? Saya ingat itu dirilis saat jelang Ramadan. Segmen pasarnya adalah generasi 90-an yang dulu sulit merasakan es krim kelas premium dari Walls tersebut. 

Namun, kini Vienetta kembali muncul seolah mengambil momen nostalgia. Memang banyak yang nyari produknya, barangnya pun jadi barang ghaib yang ada iklannya, tapi tidak ada fisiknya. 

Sayangnya, digdaya Vienetta memang sesaat atau malah itu jadi produk seasonal UNVR setiap Ramadan. Jika benar itu produk seasonal, artinya UNVR ingin memanfaatkan momen Ramdan untuk menaikkan omzet. 

Nah, dari laporan tahunan pada 2020, Saham UNVR mengungkapkan kalau Vienetta adalah inovasi UNVR dalam menghadapi pandemi. Ketimbang pilih produk es krim untuk aktivitas outdoor, mereka merilis produk es krim rumahan jadul yang pas banget untuk di rumah aja. 

CAMP dan ICBP bukan tanpa inovasi. CAMP sampai mengerahkan truk es krim untuk menjajakan langsung ke konsumen. Saya sempat beberapa kali melihat truk Campina menjajakan es krim dengan harga terjangkau langsung menjemput konsumen. 

Sayangnya, pola menjemput langsung konsumen ini tampaknya tidak mampu menjaga omzet jualan es krim Campina tetap tumbuh. Soalnya, sampai 2020, penjualan Campina tetap mengalami penurunan, meski tipis. 

Asa mulai terlihat sampai semester I/2021 di mana penjualan es krim CAMP kembali tumbuh. Bahkan, kalau diestimasi satu tahun, juga bakal lebih tinggi ketimbang 2020. 

Sayangnya, asa itu bisa menguap begitu saja akibat ledakan kasus Covid-19 di Indonesia sejak pertengahan Juli 2021. Penjualan CAMP di kuartal III/2021 kemungkinan loyo. 

Nah, untuk ICBP lewat Indoeskrim juga berinovasi dengan membuat jasa pengiriman via whatsapp. Direktur ICBP yang juga putra mahkota Salim Group Axton Salim langsung mengendorse sendiri produk perusahaannya yang mengandalkan kemudahan pengiriman es krim. 

Dalam instastory beberapa waktu lalu, Axton menunjukkan bisa membeli es krim Indoeskrim paket keluarga dengan harga terjangkau hanya via Whatsapp. 

Persaingan Lawan Produk Es Krim Murah

UNVR boleh berbangga tetap menjadi pemimpin pasar Es krim di Indonesia dengan market share 60 persen. Lalu, Campina sebesar 25 persen, sedangkan 15 persen sisanya diperebutkan AICE, Joyday, Glico, Nestle, dan Indoeskrim. 

Terlihat kokoh, tapi rapuh seperti es yang tak tahan panas. Perlahan pangsa pasar es krim UNVR terus tergerus. Sebelum kehadiran produsen es krim murah, pangsa pasar Walls disebut pernah tembus 70 persen secara nasional pada medio 2015-an. Setelah itu bertahap turun hingga kini sudah 60 persen.

Sayangnya, saya tidak menemukan breakdown pangsa  pasar untuk AICE, Joyday, Glico, Nestle, dan Indoeksrim. Namun, kalau penyebarannya, AICE dan Glico tampaknya memiliki persentase market share yang mayoritas dari total 15 persen tersisa. Lalu, Indoeskrim, Nestle, dan Joyday berbagi sisanya. 

Memang Seberapa Prospek Bisnis Es Krim

Dikutip dari Kontan.co.id, Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (GAPMMI) memandang prospek pasar es krim tetap menarik. Soalnya, kue pasar membesar dan banyak produsen baru masuk, serta pemain lama tetap bertumbuh. 

Tantangannya, sarana distribusi dan penyimpanan beku bakal memengaruhi produksi. Jika pemain baru menambah saran distribusi dan penyimpanan beku di pasar ritel, otomatis bisa meningkatkan potensi pasar. 

Apalagi, konsumsi es di Indonesia sampai 2019 disebut masih 0,8 liter per kapita per tahun. Jumlah itu masih lebih rendah dibandingkan Malaysia yang mencapai tiga kali lipat maupun SIngapura yang mencapai 10 kali lipat. 

Ya, pasarnya memang gede, tapi kalau produsennya main perang harga menantang bisa bikin margin keuntungan jadi jebol. Nah, dari sisi bisnis es krim, UNVR mendapatkan tantangan. Lalu, apa inovasi UNVR untuk meningkatkan kontribusi dari bisnis makanan dan minumannya? 

Salah satunya adalah saus sambal Jawara, nah muncul sejak 2018-an, kira-kira sudah sejauh apa kontribusi saus Jawara untuk UNVR? sudah bisa menggantikan kontribusi bisnis margarin UNVR belum ya? simak di tulisan part selanjutnya ya.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.