Anak usaha Astra dalam tekanan pandemi Covid-19. PT United Tractors Tbk. dan PT Astra Otoparts mencatatkan penurunan kinerja sepanjang tiga bulan pertama tahun ini.
Khusus United Tractors, dikutip dari Bisnis.com, Sekretaris Perusahaan perseroan Sara K. Loebis menjelaskan kalau penurunan penjualan alat berat disebabkan harga komoditas yang lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu.
BACA JUGA: Nasib BJBR Setelah Muncul Rencana Merger dengan BEKS
“Akibatnya, pembelian alat baru sangat sedikit karena disesuaikan dengan kegiatan produksi,” ujarnya.
Emiten berkode UNTR itu mencatatkan penjualan alat berat Komatsu turun 47,75% menjadi 617 unit pada kuartal I/2020 dibandingkan dengan periode sama pada tahun lalu.
Kontributor penjualan masih berasal dari sektor pertambangan sebesar 36%. Namun, kontribusi dari sektor pertambangan itu lebih rendah dibandingkan dengan 2019 yang sebesar 48%.
Adapun, kontributor terbesar kedua berasal dari sektor konstruksi sebesar 27%.
Meskipun begitu, harga saham UNTR justru ditutup menanjak 1,08% menjadi Rp16.400 per saham pada perdagangan Senin 27 April 2020.
Anak Usaha Astra, Ini Nasib AUTO di Tengah Pandemi Covid-19
Malangnya nasib UNTR juga berimbas ke anak usaha Astra International lainnya, yakni PT Astra Otoparts Tbk. Emiten berkode AUTO itu mencatatkan penurunan laba bersih pada kuartal I/2020 sebesar 28,01% menjadi Rp114,72 miliar dibandingkan dengan Rp159,35 miliar pada periode sama tahun sebelumnya.
Dari segi pendapatan, perseroan mencatatkan penurunan yang tipis sebesar 2,56% menjadi Rp3,84 triliun. Namun, kenaikan beban operasional menjadi biang keladi laba bersih perseroan yang tertekan.
Beban penjualan dan beban umum masing-masing naik 14,88% dan 16,91%, meski beban keuangan turun 37,9% menjadi Rp13,98 miliar.
Saat ini, perseroan tengah memproses likuidasi PT Indokarlo Perkasa Bogor. Dari penjualan asetnya, AUTO diprediksi bisa mendapatkan tambahan laba dari operasi yang dihentikan senilai Rp5,65 miliar.
Sayangnya, saham AUTO ditutup melemah 0,64% menjadi Rp775 per saham pada perdagangan Senin 27 April 2020.
MAPI Kejar Momentum Idulfitri di Tengah Pandemi
Tantangan besar perusahaan sektor ritel pada momen Ramadan kali ini adalah pandemi Covid-19. Namun, PT Mitra Adiperkasa Tbk. alias MAPI tidak gentar menghadapi tantangan tersebut.
Seperti dikutip dari Bisnis.com, Vice President Investor Relations & Corporate Communication MAP Group Ratih D. Gianda mengatakan perseroan sangat fokus mengejar penjuala lewat e-commerce. Kondisi pandemi Covid-19 menjadi alasan utamanya.
“Kami memiliki beberapa produk e-commerce seperti, Mapemall, Planetsports.asia, Crocs, Converse, Reebok, Skechers, dan Zara.com.id,” ujarnya.
Tak hanya itu, MAPI juga menjalin kerja sama dengan pihak ketiga seperti loka pasar Lazadam Blibli dan iLotte untuk mendongkrak penjualan.
Sayangnya, harga saham MAPI turun 1,63% menjadi Rp605 per saham pada perdagangan 27 April 2020.
JSMR Sudah Jatuh Ketimpa Tangga
Jasa Marga bisa dibilang sudah jatuh ketimpa tangga. Setelah diprediksi sulit memanen keuntungan dari momentum mudik karena pandemi Covid-19, kini S&P Global ratings merevisi outlook perseroan dari stabil menjadi negatif.
Dikutip dari Bisnis.com, trafik jalan tol yang menjadi penopang pendapatan diperkirakan turun sekitar 40% sepanjang Maret-April 2020.
Pendapatan jalan tol JSMR diprediksi turun 12% menjadi Rp11,41 triliun pada tahun ini. Bahkan, prospek laba bersih JSMR juga dipangkas 32% menjadi Rp1,34 triliun.
Harga saham JSMR mencatatkan kenaikan sebesar 0,39% menjadi Rp2.560 per saham pada perdagangan Senin 27 April 2020.