Zoom menjadi platform yang menonjol di tengah pandemi Covid-19. Seruan untuk kerja dan sekolah dari rumah membuat banyak pihak menggunakan platform itu sebagai media berkomunikasi.
Nama Eric Yuan pun melejit, begitu juga dengan kekayaannya. Founder platform video konferensi itu mencatat pertumbuhan kekayaan hingga 66,41% dalam dua bulan terakhir. Per 6 April 2020, kekayaan Yuan senilai US$6,64 miliar.
BACA JUGA: Kisah Manis Indonesia Di Olimpiade 1992 Barcelona
Namun, berkah Zoom di tengah pandemi itu tak hanya dirasakan oleh Yuan, tetapi juga investor di belakangnya.
Beberapa investor awal perusahaan video konferensi itu seperti, Li Ka-shing sampai pendiri Yahoo Jerry Yang juga menikmati berkah setimpal.
Li Ka-shing dikenal sebagai salah satu taipan Hong Kong. Li memiliki bisnis konvensional dari telekomunikasi, properti, dan infrastruktur. Li adalah salah satu pemilik Hutchison Telecommunications yang memiliki bisnis di Indonesia, yakni operator Tri.
Keputusannya menjadi investor awal di Zoom adalah sebuah pertaruhan perdana baginya di dunia teknologi.
Li, yang kerap disebut Superman, memiliki 8,6% saham dari Zoom Video Communication Inc. Konon, nilai saham Li di perusahaan teknologi sudah melonjak hingga 80% menjadi US$3 miliar.
Meskipun begitu, berkah dari Zoom belum mampu mengerek kekayaan Li. Taipan Hong Kong itu masih mencatatkan penurunan kekayaan senilai Rp4,6 miliar menjadi US$25,7 miliar.
Penyebabnya, demonstrasi Hong Kong yang terjadi sejak pertengahan 2019 ditambah pandemi Covid-19 pada 2020.
Jejak Investor Awal Zoom
Pertama, Horizons Ventures yang ikut pendanaan putaran seri B senilai US$6,5 juta pada 2013. Kedua, Li ikut putaran pendanaan seri C senilai US$30 juta pada 2015. Ketiga, Li bertaruh sekitar US$850 juta ketika Zoom melantai di bursa AS pada April 2019.
Li tak sendiri, beberapa investor platform video konferensi lainnya, yakni salah satu pendiri Yahoo Jerry Yang dan keluarga David Bonderman yang masuk sampai akhir 2019.
Pergerakan harga saham perusahaan yang melantai di AS itu melejit 48,46% sekitar sepekan dar 13 Maret 2020 ke 23 Maret 2020 menjadi US$159,56 per saham. Namun, setelah itu harga sahamnya malah melorot 28,71% menjadi US$113,75 per saham.
Harga saham Zoom kembali melejit 5,69% menjadi US$124,51 per saham pada perdagangan 9 April 2020.
Penurunan harga saham Zoom ditenggarai ada pengaruh dari isu privasi dan keamanan platform video konferensi tersebut. Awalnya, isu masalah privasi mencuat di Amerika Serikat, tetapi negara lain pun mulai ikut membatasi penggunaan platform tersebut.
Taiwan dan Singapura Pilih Hindari Zoom
Salah satunya Taiwan, pemerintah negara itu melarang penggunaan Zoom dengan alasan keamanan yang semakin meningkat.
Aksi Taiwan itu menyusul kebijakan SpaceX dan Departemen Pendidikan New York yang melarang gunakan video konferensi dengan platform tersebut.
Tak hanya Taiwan, Singapura juga menghentikan penggunaan Zoom untuk pendidikan sekolah.
Hal itu terjadi setelah ada peretas yang melakukan pelanggaran di beberapa sesi pendidikan sekolah dari rumah via Zoom. Bahkan, peretas itu menampilkan gambar cabul.
Direktur Divisi Teknologi Pendidikan di Kementerian Pendidikan Singapura Aaron Loh mengatakan pihaknya tengah menyelidiki kedua pelanggaran dan akan mengajukan laporan polisi jika diperlukan.
“Ini adalah insiden yang serius,” ujarnya seperti dikutip dari Bloomberg.
Zoom pun tidak tinggal diam, sang CEO Eric Yuan sudah beberapa kali minta maaf soal permasalahan privasi dan keamanan.
Yuan mengatakan pihaknya akan memenuhi standar keamanan tinggi untuk jutaan pengguna baru.
“Kami akan bertekad untuk menjadi lebih baik dan mempertahankan standar keamanan dan privasi tertinggi,” ujarnya.
Zoom pun mengungkapkan tidak pernah sama sekali melakukan jual beli data penggunanya.
Jika Taiwan dan Singapura sudah memutuskan pembatasan penggunaan platform video konferensi itu, bagaimana dengan Indonesia ya?