TPIA Bersinar Bulan Ini dan Berikut Kabar Pasar 28 April 2020

saham TPIA

Saham TPIA alias Chandra Asri Petrochemical sedang memesona sepanjang April 2020. Entah ada hubungannya atau tidak, tetapi TPIA lagi memastikan pasokan bahan baku pelindung diri dan masker medis tetap terjaga di tengah pandemi Covid-19 nih.

Jadi, TPIA lagi menargetkan produksi non woven polypropylene atau PP menjadi 30-40 kilo ton per tahun.

Seperti dikutip dari Bisnis.com, Presiden Direktur Chandra Asri Petrochemical Erwin Ciputra mengatakan perseroan telah memperkenalkan jenis PP ini sejak beberapa tahun terakhir.

BACA JUGA: Pengalaman Jalan Ninja Investasi Emas di Tengah Pandemi Covid-19

“Nah, pandemi Covid-19 ini membuat kebutuhan alat pelindung diri dan masker beda semakin tinggi. Untuk itu, kami akan menjamin ketersediaan pasokan bahan baku,” ujarnya.

Saham TPIA Hijau Terus, IHSG Juga Melejit, Apa Saja Saham yang Diborong Investor Asing?

Bisnis.com mencatat ada 10 saham yang diburu asing sepanjang perdagangan Selasa 28 April 2020. Pertama, Saham BMRI alias Bank Mandiri dibeli hingga 19,15 juta lembar saham.

Di posisi kedua ada DMAS alias Puradelta Lestari sebanyak 16,52 juta lembar saham.

Delapan saham yang diburu asing lainnya ada, PWON, PNLF, DOID, BBNI, BNLI, CTRA, BJBR, LSIP.

Selain itu, ada UNVR alias Unilever dan induk TPIA, Barito Pacific (BRPT) menjadi pendongkrak IHSG hari ini.

Ada yang Cuan, tapi Ada Juga yang Buntung

Beberapa saham yang mencatatkan penurunan terdalam sepanjang perdagangan Selasa antara lain, PT Pollux Properti Indonesia Tbk. (POLL) dan PT Gihon Telekomunikasi Indonesia Tbk. (GHON). Keduanya kompak melemah 6,85%.

Sisanya, emiten yang mengalami pelemahan berasal dari emiten berkapitalisasi pasar menengah ke bawah.

Beberapa saham itu antara lain, LPIN, RONY, LIFE, BPTR, AKSI, GLVA, POLU, dan UNIC.

Permintaan Sawit Juga Seret, Nasibnya Bakal Kayak Minyak Mentah?

Setelah harga minyak mentah jatuh ke level terendahnya, kini komoditas sawit juga terancam. Hal itu terlihat dari penurunan ekspor CPO Malaysia ke India yang turun hingga 97% pada Maret 2020. Level itu adalah yang terendah sejak 2000.

Dikutip dari Bisnis.com, ada beberapa sebeb seretnya ekspor CPO Malaysia ke India. Salah satunya adalah tarif impor, depresiasi rupee, dan perlambatan ekonomi akibat pandemi Covid-19.

Di sisi lain, saham sektor agribisnis di BEI tak gentar dengan isu perlambatan permintaan. Secara harian, indeks sektor agribisnis di BEI tetap menguat sebesar 2,51%.

Apalagi, kinerja kuartal I/2020 salah satu emiten sawit cukup kinclong. PT Astra Agro Lestari Tbk. mencetak pertumbuhan laba ersih sebesar 892% menjadi Rp371 miliar.

Salah satu yang mendongkrak laba emiten berkode AALI itu adalah penurunan beban pokok penjualan.

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.