Induk Shopee, Sea Ltd., bisa dibilang masih menjadi saham teknologi yang paling sehat di Asean secara keuangan. Kesimpulan itu bisa diambil jika melihat kedua perusahaan teknologi lainnya asal Asean yang masih berdarah-darah. Kok bisa gitu? terus nasib sahamnya gimana?
Pemilik Shopee sudah melantai di bursa saham Nasdaq lebih dulu pada Oktober 2017. Waktu itu, Sea Ltd. hanya meraih dana Rp13,5 triliun di bursa AS. Angka yang jauh lebih kecil dibandingkan saham teknologi Indonesia seperti, GoTo (Rp15,8 triliun), yang baru listing di BEI pada 11 April 2022, maupun Bukalapak (Rp21,9 triliun) yang listing pada Agustus 2021.
Angka itu juga jauh lebih kecil dari dana Private Investment in Public Equity (PIPE) Grab, yang resmi IPO di Nasdaq dengan skema SPAC pada Desember 2021. Grab meraup dana PIPE sekitar Rp64 triliun kala itu.
Lalu, kenapa pemilik Shopee itu disebut perusahaan teknologi paling sehat di Asean?
Struktur Bisnis Pemilik Shopee
Struktur bisnis SEA sebagai saham teknologi paling bernilai di Asean punya tiga bisnis utama.
Pertama, digital entertainment, yakni perusahaan game bernama Garena, yang merupakan cikal bakal dari Sea Ltd.
Game Free Fire yang laris sejak 2019 menjadi salah satu pendorong saham Sea Ltd. menjadi yang paling bernilai di Asean.
Ditambah, Garena menjadi lini bisnis Shopee yang sudah mencatatkan Ebitda positif.
Kedua, bisnis e-Commerce dengan nama Shopee yang baru menuai pendapatan sejak 2017. Shopee menjadi bisnis dengan pendapatan terbesar milik Sea Ltd, tapi beban marketingnya paling tinggi juga. Alhasil, Ebitdanya menjadi minus terbesar.
Ketiga, bisnis keuangan Sea yang secara bisnis memang terlihat tumbuh moderat dan belum mencatatkan Ebitda yang positif juga.
Keempat, bisnis lainnya, yakni aktivitas bisnis yang secara kuantitatif tidak representasi dari salah satu bisnis yang ada. Memang tidak jelas bisnisnya apa, pendapatan bisnisnya tidak begitu besar, tapi ebitdanya juga negatif cukup dalam.
Perbandingan dengan Bisnis Grab dan GoTo
Setelah Gojek memutuskan merger dengan Tokopedia menjadi GoTo, saham teknologi Indonesia itu jelas menjadi penantang Sea Ltd. yang sudah ekspansi ke berbagai belahan dunia.
Secara struktur bisnis, GoTo hampir mirip dengan Sea Ltd. GoTo membagi tiga segmen utama bisnisnya, yakni on-demand service, yakni Gojek. Lalu, e-Commerce, yakni Tokopedia. Terakhir, Financial Service, yakni GoTo Financial termasuk Gopay dan kawan-kawannya.
BACA JUGA: Saham GoTo, IPO Paling Ribet Se-Indonesia, Hasilnya Juga Gagal ARA
Begitu juga dengan Grab, yang gagal merger dengan Gojek pada medio 2020. Grab membagi bisnisnya menjadi 4 segmen, yakni deliveries untuk pengiriman makanan dan logistik, mobility untuk Grab ride dan kawan-kawan, Financial Service untuk Grabpay, OVO, dan kawan-kawan, serta Enterprise and new initiative untuk bisnis baru serta segmen business to business grab.
Jika melihat kinerja sampai Desember 2021, Grab menjadi saham teknologi Asean dengan rugi terbesar mencapai Rp49,53 triliun dibandingkan dengan Rp37,45 triliun pada 2020.
Lalu, Sea Ltd., berada di posisi kedua dengan kerugian Rp29,34 triliun dibandingkan dengan Rp23,27 triliun pada 2020.
Terakhir, GoTo, yang baru rilis laporan keuangan sampai September 2021. Pada periode itu, GoTo mencatatkan kerugia Rp11,57 triliun dibandingkan dengan Rp10,42 triliun pada 2020.
Nah, ini ketiga saham teknologi Asean masih rugi besar sekali, dan GoTo justru yang paling kecil. Lalu, kenapa justru Sea Ltd. yang disebut paling sehat?
Alasan Shopee menjadi Saham Teknologi Asean Paling Sehat
Sea Ltd. disebut menjadi saham teknologi paling sehat di Asean karena sudah mencatatkan arus kas operasi senilai Rp2,99 triliun pada 2021. Sementara itu, GoTo dan Grab masing-masing masih mencatat arus kas operasi yang negatif senilai Rp4,31 triliun dan Rp13,47 triliun.
Arus kas operasi adalah uang yang masuk ke kantor perusahaan dari hasil operasi bisnisnya. Misalkan, arus kas operasi GoTo itu seperti, penerimaan dari pelanggan, pembayaran ke pelanggan, pembayaran ke pemasok, pembayaran ke karyawan, dan lainnya.
Artinya, jika arus kas operasi bisnis sudah positif, berarti bisnis perusahaan itu sudah untung secara nyata. Bukan cuma sekadar catatan laba bersih, tapi arus kas operasinya masih negatif.
Dari Mana GoTo, Grab, dan Sea Hidup dengan Posisi Bisnis Rugi
Dalam prospektus IPO GoTo, ada yang menarik, yakni tulisan kalau perusahaan tidak pernah untung sejak didirikan. Lalu, perusahaan mungkin tidak bisa mendapatkan keuntungan di masa depan.
Tulisan itu seolah peringatan dari para manajemen GoTo terhadap investasi saham teknologi di perusahaannya.
Penasarannya, lalu, bagaimana GoTo, Grab, dan Sea yang ruginya triliunan rupiah itu bisa tetap beroperasi?
Jawabannya ada di arus kas pendanaan. Ketiga perusahaan itu kompak memiliki arus kas pendanaan yang positif.
Sea Ltd. menjadi saham teknologi Asean dengan arus kas pendanaan terbesar pada 2021 senilai Rp106,3 triliun. Lalu, disusul oleh GoTo yang punya arus kas pendanaan senilai Rp102 triliun. Grab sendiri punya arus kas pendanaan senilai Rp94,3 triliun.
Arus kas pendanaan adalah uang perusahaan yang didapatkan dari penerbitan saham baru, pinjaman pihak ketiga, termasuk bank, atau setoran modal dari pemegang saham non-pengendali.
Artinya, ketika saham teknologi Asean itu masih bergantung cukup besar terhadap uang dari investor. Meski, Sea Ltd. sudah mencatatkan arus kas operasional Rp2,99 triliun.
Namun, jumlah arus kas operasi itu sangat jauh dari biaya operasional Sea Ltd. pada 2021 mencapai Rp78,69 triliun. Untuk itu, Sea Ltd. yang sudah mencatatkan arus kas operasi yang positif masih butuh arus kas dari pendanaan.
Saham Teknologi yang Gencar Ekspansi
Nah, salah satu nilai tambah dari para saham teknologi Asean ini, mereka tetap gencar ekspansi. Hal itu terlihat dari arus kas investasinya yang negatif.
Arus kas investasi yang negatif bisa berarti perusahaan melakukan pembelia aset tidak berwujud, pembayaran akuisisi anak usaha, investasi di entitas asosiasi dan ventura bersama.
Kalau arus kas investasi bisa disebabkan oleh pendapatan dari hasil jual aset serta pendapatan bagi hasil dari investasi yang dilakukan di entitas asosiasi atau ventura bersama.
Arus kas investasi positif sering dikaitkan dengan sentimen negatif karena ada potensi penjualan aset. Padahal, arus kas investasi positif tidak selalu bermakna negatif. Hanya perlu diperkuat konteks yang membuat arus kas investasinya menjadi positif.
Arus kas investasi GoTo menjadi yang paling besar dibandingkan dengan Sea Ltd. dan Grab. Arus kas investasi GoTo sekitar negatif Rp93,45 triliun. Hal ini disebut berasal dari aksi akuisisi-merger Gojek dengan Tokopedia.
Lalu, Sea Ltd. menjadi saham teknologi Asean kedua dengan arus kas investasi terbesar, yakni negatif Rp2,99 triliun. Lalu, arus kas investasi Grab paling bontot senilai negatif Rp39,62 triliun. Beberapa investasi anyar Grab adalah akuisisi mayoritas saham OVO dan juga investasi minoritas di PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK).
Setelah melihat data-data ini semua, kamu lebih pilih investasi di saham Sea Ltd., Grab, atau GoTo?