Legenda Sepak Bola Indonesia yang Paling Tidak Beruntung

Boaz Solossa Legenda Sepak Bola Indonesia

Legenda sepak bola Indonesia memang ada banyak. Namun, ada satu legenda yang talentanya luar biasa, tapi sayangnya atau kurang beruntung. Dia adalah Boci, alias Boaz Solossa, sang legenda yang pertama kali mencuat pada Piala Tiger alias Piala AFF 2004. 

Peter Withe, pelatih Indonesia saat itu, memboyong Boaz pertama kali dalam pertandingan kualifikasi piala dunia 2006 pada Oktober 2004. Waktu itu, Indonesia satu grup dengan Arab Saudi, Turkmenistan, dan Sri Lanka di babak kedua kualifikasi. 

Legenda Aston Villa itu secara mengejutkan bereksperimen dengan memasang Boaz sejak menit pertama saat melawan Arab Saudi. Hasilnya, bisa dibilang luar biasa untuk seorang debutan timnas dan harus berhadapan dengan tim besar. 

Boaz beberapa kali mengacak-acak lini pertahanan Arab Saudi hingga akhirnya menyumbang satu assist ke Ilham Jaya Kesuma, satu-satunya pencetak gol untuk Indonesia saat itu. Indonesia kalah 1-3 dalam pertandingan tersebut. 

Namun, di situ lahir sang legenda Indonesia, Boaz Solossa yang sinarnya makin terang pasca Piala AFF 2004. 

Cerita Awal Boaz Solossa

Bukan Peter Withe yang menemukan bakat alami Boaz, melainkan legenda Indonesia Rully Nere, yang menjadi pelatih PON Papua 2004. Waktu itu, Rully menemukan Boaz sebagai salah satu bakat alami yang dimiliki Papua. 

Bahkan, Boaz bisa dibilang salah satu pemain muda yang bersinar di PON 2004. Boaz menjadi andalan tim Papua untuk mencetak gol hingga menjadi juara bersama bersama Jawa Timur di final. 


Informasi untuk kamu

Kenapa Papua dan Jawa Timur bisa jadi juara bersama dalam cabang sepak bola pada PON 2004? 

Penyebabnya adalah masalah stadion yang tidak punya lampu. Jadi, pertandingan antara Papua dan Jawa Timur sengit banget dengan skor imbang 1-1 sampai babak tambahan pertama alias sudah bermain 105 menit.

Namun, stadion di Sumatra Selatan itu tidak punya penerangan lampu untuk bermain di malam hari. Akhirnya, sempat direncanakan pertandingan ditunda keesokan harinya. 

Sayangnya, keesokan harinya, kedua tim tidak hadir. Alasannya, sudah lelah dan kecewa kok bisa stadionnya tidak ada penerangan untuk bertanding malam. Padahal itu pertandingan final. 

Akhirnya, panitia sepakat untuk menjadikan tim Papua dan Jawa Timur sebagai juara bersama. Ada-ada saja ya,


Dari situ, Withe yang baru beberapa bulan melatih Indonesia ingin mencoba sang bintang PON 2004. Hasilnya lebih terlihat pada piala AFF 2004, Boaz begitu mencolok di babak grup setelah menyarangkan 3 gol ke gawang lawannya.

Puncaknya, ketika leg ke-2 semifinal lawan Malaysia di stadion Bukit Jalil, Malaysia. Indonesia yang tertinggal 1-2 di leg pertama, harus tertinggal agregat 1-3 di babak pertama leg ke-2. 

Namun, Withe memasukkan Kurniawan Dwi Yulianto yang berusia 28 tahun saat itu. Sang penyerang kawakan Indonesia itu benar-benar menjadi super-sub yang membakar semangat Charis Yulianto dkk. 

Foto Legenda Sepak bola Indonesia Boaz Solossa
Boaz Solossa, Legenda Indonesia, ada di sisi bawah samping kanan kiper

Baru masuk sebentar, Kurniawan langsung bikin pendukung Indonesia sumringah dengan goalnya. Tak lama kemudian, Charis Yulianto dan Ilham Jaya Kusuma juga bikin goal yang menyamakan agregat 3-3. 

Jujur, paling inget banget, pas skor seri, wajah kiper Malaysia yang tadinya songong banget karena seperti sudah pasti ke final langsung mulai muram. Puncaknya, ketika sebelum peluit akhir berbunyi, Boaz menusuk ke lini pertahanan Malaysia dan one by one dengan kiper Malaysia saat itu. 

Hasilnya, Indonesia menang 4-1 di leg kedua dan unggul agregat 4-3 atas Malaysia. Kiper Malaysia berambut gondrong itu hanya bisa menangis setelah sempat tersenyum bangga di awal leg ke-2. 

Anti Klimaks Indonesia Dream Team dan Apesnya Boaz si Legenda Sepak Bola Indonesia

Indonesia kembali lolos ke final Piala AFF, pada 2004, tim garuda harus bertemu dengan Singapura di partai final. Bisa dibilang, Singapura juga berada dalam kondisi tim terbaiknya dengan beberapa pemain andalan seperti Khairul Amri, Daniel Bennet, Agu Casmir, hingga Baihakki bin Khaizan. 


Kunci Utama

  • Boaz debut pertama kali di timnas saat menghadapi Arab Saudi di Kualifikasi Piala Dunia pada 2004
  • Gara-gara mukul wasit, Boaz sempat dihukum 1 tahun tidak boleh bermain sepak bola, tapi kayaknya hukuman diringankan
  • Hamkah Hamzah pernah bilang ke pemain Malaysia yang mengintimidasi di hotel sebelum leg ke-2 Piala AFF, kalau mereka bisa menang karena dua jagoannya bakal main, yakni Ilham Jaya Kusuma dan Boaz yang sebelumnya harus absen karena akumulasi kartu
  • Boaz sering dianggap tidak nasionalis gara-gara menolak panggilan timnas dan tidak bernyanyi Indonesia Raya

Apesnya, baru 27 menit pertandingan leg pertama Indonesia vs Singapura di Glora Bung Karno, Boaz harus ditandu keluar lapangan setelah ditakcle oleh Baihakki Khaizan. Saat itu enkle kanan Boaz disebut bergeser. 

Indonesia dan Boaz benar-benar apes, anak ajaib yang membawanya ke final harus gagal bermain full time di leg pertama. Hasilnya, Indonesia kalah 1-3 di Jakarta. 

Berharap ada keajaiban seperti yang terjadi di semifinal, tapi Indonesia harus sadar. Mereka tanpa anak ajaibnya yang cedera parah. Akhirnya, Indonesia pada 2004 harus merelakkan piala AFF setelah kalah 1-2 di leg kedua dengan agregat 2-5. 

Namun, dari sini, titik ketidakberuntungan seorang Boaz mulai terjadi. 

Dihukum 1 Tahun Oleh PSSI

Setelah sukses besar bersinar di Piala AFF 2004, legenda sepak bola Indonesia Boaz direkrut oleh Persipura pada 2005. Baru setahun membela Persipura, Boaz mengantarkan tim Mutiara Hitam itu menjadi kampiun Liga Indonesia setelah mengalahkan Persija 3-2 di laga final. Boaz menyumbang satu gal saat itu. 

Namun, Boaz benar-benar apes. Setelah menjuarai Liga Indonesia pada September 2005. Boaz malah disanksi PSSI selama 1 tahun tidak boleh beraktivitas sepak bola. 

Penyebabnya, Boaz melakukan pemukulan terhadap wasit Jaka Mulyana ketika Persipura melawan Persebaya di Copa  Dji Sam Soe pada Oktober 2005. Beruntungnya, hukuman Boaz diperingan hingga dia mulai diajak gabung timnas lagi pada 2006. 

Namun, justru Boaz berulah lagi dengan menolak panggilan timnas dengan alasan yang tidak pasti. Kabarnya, gara-gara abangnya, Ortizan Solossa tidak dipanggil juga ke timnas. 

Di luar itu, Boaz dan Withe juga pernah bersitegang setelah sang pelatih kedapatan melihat sang pemain dalam keadaan mabuk. Akhirnya, Boaz dipulangkan dari training center timnas Indonesia saat itu. 

Euforia Piala Asia 2007 Tanpa Boaz

Waktu itu Indonesia menjadi salah satu tuan rumah piala asia pada 2007. Di bawah Ivan Kolev, Indonesia memainkan skema 4-3-3 dengan tiga striker. Di situ, andalan Indonesia ada Boaz-Bambang Pamungkas-Budi Sudarsono. 

Sebuah kombinasi emas yang bisa bikin lawan ketar-ketir dari kecepatan Boaz dan si ular phyton Budi serta insting posisi yang bagus dari Bepe, sapaan Bambang. 

Untuk mempersiapkan diri menuju Piala Asia, Indonesia melakukan pertandingan persahabatan dengan Hong Kong pada 1 Juni 2007. Serangan dari sisi kanan-kiri antara Boaz dan Budi benar-benar membuat Hong Kong ketar-ketir. Gol pertama memang datang dari tendangan bebas Bambang Pamungkas. 

Namun, gol kedua datang dari penetrasi yang dilakukan Boaz yang memberikan assist ke Bepe untuk dikonversi menjadi goal. Sayangnya, Boaz menerima tackle keras dari pemain Hong Kong pada menit ke-70. 

Boaz langsung dilarikan ke rumah sakit dengan ambulans. Lagi-lagi pendukung Indonesia mengingat kejadian Piala AFF 2004, ketika Indonesia harus tanpa Boaz. 

Tanpa Boaz, Indonesia bisa unggul dari Bahrain 2-1, kalah dari Arab Saudi 1-2, dan kalah dari Korea Selatan 0-1. Indonesia memang gagal ke babak selanjutnya, tapi permainan Indonesia sungguh dipuji. 

Penyerang Budi bersama Elie Eboy dan Bepe benar-benar bikin lawan ketar-ketir. Di sini muncul kalimat, andai Boaz juga main waktu itu. Mungkin, Indonesia bisa lolos ke babak gugur. Namun, itu hanya perandaian dan faktanya Boaz tidak pernah main di Piala Asia 2007.

Ribut dengan Riedl dan PSSI Kacau

Nasib Boaz benar-benar tidak beruntung. Kebiasaannya minum minuman beralkohol membuatnya berseteru dengan Alfred Riedl, pelatih timnas pada 2010. Dari situ, Boaz tidak pernah dipanggil oleh Riedl. 

Boaz kembali muncul ke timnas pada 2014. Namun, penampilan Boaz tidak segemilang satu dekade silam. Malah, Indonesia sampai gagal ke semifinal Piala AFF 2014 setelah dibantai Filipina 0-4. Boaz pun sama sekali tidak mencetak gol saat itu. 

Apesnya sepak bola Indonesia makin tidak jelas dan PSSI disanksi FIFA pada medio 2015-2016. Boaz lagi-lagi tidak muncul di pertandingan internasional hingga akhirnya muncul di Piala AFF 2016. 

Namun, usia Boaz di piala AFF 2016 sudah tidak muda lagi atau sudah kepala tiga. Lalu, timnas Indonesia juga tidak sekokoh seperti satu dekade sebelumnya, meski berhasil ke final dan dikalahkan oleh Thailand. 

Setelah itu, Boaz pun pensiun dari timnas Indonesia dan hingga kini belum ada yang menggantikan penyerang dengan bakat alami seperti Boaz. 

Mimpi Seorang Pendukung Timnas Indonesia

Jujur, Boaz pada 2004-2007 berada dalam lingkungan timnas yang sempurna, meski Hamka Hamzah bilang ada geng-gengan di timnas antara senior dan junior. Namun, pemain timnas saat itu benar-benar salah satu yang terbaik. 

Coba bayangkan, Bhaihakki tidak menackle Boaz sampai sekeras itu. Mungkin saja Singapura tidak jadi juara AFF. Setelah itu, mental pemain Indonesia bisa lebih matang juga. Boaz pun mungkin bisa lebih profesional dan mengurangi kebiasaannya minum-minuman beralkohol. 

Jika saja pemain Hong Kong tidak sampai bikin kaki Boaz patah, mungkin saja Indonesia lolos babak grup. Lalu, tidak ada krisis striker di Indonesia hingga harus menaturalisasi beberapa striker yang juga sama tumpulnya, kecuali Cristian Gonzalez. 

Bisa dibilang kemampuan bakat alami Boaz diakui oleh dunia. Setidaknya di Football Manager. Pas saya memainkan Football Manager 2017, Boaz sudah berada di salah satu klub Korea Selatan. 

Andai saja PSSI bisa lebih baik pada 2004, mungkin Boaz pun bisa dikirim ke Liga Eropa. Soalnya, saya ingat sekali, ada wartawan asing yang bertanya ke Withe waktu 2004, “Itu Indonesia naturalisasi pemain Afrika dari mana?” 

Withe hanya menjawab tertawa, dia asli dari Indonesia lahir dari tanah Papua. Sayangnya karier Boaz kurang beruntung, tapi dia tetaplah sang legenda Indonesia yang mungkin cuma muncul 10 tahun sekali atau hiperbolanya 100 tahun sekali. 

Pos dibuat 295

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Pos Terkait

Mulai mengetik pencarian Anda diatas dan tekan enter untuk mencari. Tekan ESC untuk batal.

kembali ke Atas