Indonesia batal investasi di produsen mobil listrik asal Jerman Streetscooter. Setelah dihujat kritik, rencana Indonesia Battery Corporation alias IBC batal gabung konsorsium Odin Automotive untuk masuk ke sana. Memang, bagaimana kronologi batalnya Indonesia investasi di produsen mobil listrik tersebut?
- Siapa Itu StreetScooter?
- Lalu, Kenapa DHL Mau Menjual StreetScooter?
- Hadirnya Odin Automotive untuk Beli StreetScooter dan Munculnya IBC di Rencana Tersebut
- StreetScooter Luapan Kekecewaan Harapan Palsu Tesla
- Rencana Investasi StreetScooter Dicibir
- Penyesalan Bahlil
- Siapa Odin Automotive Sebenarnya?
- Deretan Investasi Terkait Mobil Listrik di Indonesia
Siapa Itu StreetScooter?
StreetScooter adalah startup kendaraan listrik yang didirikan pada 2010. Perusahaan itu didirikan untuk merespons permintaan mobil listrik berbentuk van untuk pengiriman barang.
Apalagi, Deutsche Post atau DHL lagi melakukan dekarbonisasi armada pengirimannya. Saat itu, tidak ada produsen kendaraan di Jerman yang memproduksi mobil van pengiriman berbasi listrik.
Melihat keberadaan StreetScooter yang menjawab permasalahannya, DHL pun mengakuisisi produsen mobil listrik itu pada 2014.Â
Lalu, Kenapa DHL Mau Menjual StreetScooter?
Sayangnya, aksi akuisisi StreetScooter oleh DHL direspons negatif oleh investornya. Soalnya, investor menilai mereka menginginkan pengembangan perusahaan logistik, bukan perusahaan mobil.
Akhirnya, DHL memutuskan untuk menjual StreetScooter pada akhir 2019. Apalagi, StreetScooter juga mengalami kerugian hingga dua digit jutaan euro pada tahun tersebut.
Namun, DHL cukup kesulitan mencari calon pembeli. Akhirnya, pada 5 Maret 2020, salah satu pendiri asli StreetScooter Professor Gunther Schuh sempat mempertimbangkan membeli kembali perusahaan mobil listrik tersebut.
“Dalam kondisi yang tepat, saya bisa membayangkan kembali memiliki StreetScooter sekali lagi,” ujarnya kepada WirtschaftsWoche.
Namun, wacana eks pendirinya untuk ambil alih StreetScooter hanya impian belaka. Gara-gara kesulitan mencari pembeli, DHL pun mengumumkan bakal menghentikan produksi van listrik StreetScooter pada akhir 2020.Â
CEO DHL Grup Frank Appel sempat mengungkapkan telah menyerah untuk mencari pembeli anak usahanya, meski sempat ada tawaran menarik dari perusahaan China, yakni Chery.
Sebenarnya, di akhir 2019, StreetScooter dengan pabrikan mobil listrik China Chery sempat menandatangani letter of intent untuk usaha patungan. Itu terjadi ketika Kanselir Jerman Angela Merkel berkunjung ke China.
Tujuan dari kerja sama itu adalah pilihan untuk mengembangkan kendaraan niaga listrik, khususnya untuk pasar China dan negara terpilih lainnya. Dengan kerja sama itu, StreetScooter bisa masuk ke pasar mobil listrik di China.
Namun, rencana kerja sama SteetScooter dengan Chery tinggal kenangan. Pihak DHL Grup sudah memutuskan untuk tidak melanjutkan kesepakatan dengan produsen mobil listrik China tersebut.
Hadirnya Odin Automotive untuk Beli StreetScooter dan Munculnya IBC di Rencana Tersebut
Kunjung tak mendapatkan calon pembeli, DHL Group mendapatkan sinyal bagus dari perusahaan Jerman bernama Odin Automotive yang tertarik dengan StreetScooter pada 2021.
Odin Automotive adalah perusahaan baru yang didirikan pada 2021. Perusahaan itu dipimpin oleh Stefan Krause, mantan eksekutif BMW.Â
Terkait rencana Odin Automotive untuk akuisisi StreetScooter, muncul Indonesia Battery Corporation (IBC) yang berencana gabung dengan konsorsium perusahaan milik eks ekskutif BMW tersebut.Â
Kunci Utama
- DHL Group sudah berencana menjual StreetScooter sejak 2019, tapi tidak menemukan pembeli
- IBC berencana ikut investasi dalam konsorsium Odin Automotive di StreetScooter
- Odin Automotive dimiliki oleh pemegang saham berbasis di Singapura, tapi warga negara Indonesia
- Rencana IBC investasi di StreetScooter batal karena melewati ketentuan tenggat waktu persyaratan untuk gabung konsorsium
IBC, perusahaan baterai mobil listrik, berencana ikut investasi di StreetScooter untuk mengembangkan ekosistem mobil listrik di Indonesia. Soalnya, Indonesia terkenal sebagai salah satu produsen nikel terbesar dunia, yang menjadi bahan baku untuk baterai mobil listrik.Â
Presiden Indonesia Joko Widodo sudah berulang kali ingin memberantas praktek ekspor barang mentah. Untuk itu, ekosistem mobil listrik dibutuhkan agar nikel hasil tambang bisa dikembangkan ke produk hilir menjadi baterai mobil listrik. Lebih tinggi lagi, Indonesia juga mau membangun pabrik mobil listrik.
StreetScooter Luapan Kekecewaan Harapan Palsu Tesla
Cerita mobil listrik dan Indonesia memang sudah terjadi sejak 2020. Waktu itu, Elon Musk, pimpinan dan pemilik Tesla, sempat berhubungan dengan Joko Widodo, Presiden Indonesia. Kabarnya, Musk bakal ke Indonesia pada Januari 2021.Â
Harga saham nikel seperti PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) pun melejit tinggi. Sayangnya, semua itu sirna setelah tim Tesla batal ke Indonesia.
Awalnya, tim Tesla batal ke Indonesia gara-gara kebijakan larangan warga negara asing masuk ke Indonesia. Soalnya, kasus Covid-19 lagi meningkat pasca libur natal dan tahun baru.
Namun, ternyata Tesla malah membuat kesepakatan dengan tambang di Kaledonia Baru dan juga bikin pabrik di India.
Rencana Investasi StreetScooter Dicibir
Rencana IBC berinvestasi di StreetScooter mendapatkan banyak cibiran dari beberapa tokoh. Gara-gara, ada dugaan investasi yang dilakukan oleh IBC di StreetScooter berpotensi rugi.
Salah satunya cibiran dari Komisaris PT Pertamina (Persero) Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Rencana IBC investasi di StreetScooter dianggap tidak layak untuk bangun ekosistem kendaraan listrik dalam negeri.Â
BACA JUGA: Kenapa Harus Bayar Pajak?
Soalnya, Ahok menilai ada sejumlah kegagalan yang dilakukan StreetScooter dalam pengembangan bisnisnya.
Senada dengan Ahok, eks Direktur Utama PT PLN (Persero) Zulkifli Zaini juga menolak proses investasi tersebut.
Bahkan, ada kabar yang menyatakan gara-gara menolak rencana investasi itu, dia harus melepas kursi nomor satu di perusahaan listrik Indonesia tersebut.
Penyesalan Bahlil
Setelah transaksi resmi gagal, Menteri Investasi Bahlil Lahadalia menjadi orang yang paling banyak membicarakan penyesalannya.
Bahlil mengaku dirinya sudah mengecek StreetScooter di Jerman. Jika jadi investasi di StreetScooter, Bahlil menilai Indonesia bisa mendapatkan manfaat besar dari lahirnya industri kendaraan listrik.
“Sayangnya, semua itu lenyap ketika ada omongan miring dari beberapa pihak,” ujarnya.
Bahlil tetap menyakini StreetScooter adalah perusahaan yang cukup baik dalam memproduksi kendaraan listrik.
Gara-gara batal akuisisi ini, Bahlil menyindir kalau Indonesia paling gampang dipecah belah di negara sendiri.
“Itu barang bagus. Kita dibilang kalau ini rugi. Belum kerja sudah bilang rugi. Jadi, terlalu banyak curiga,” ujar Bahlil.
Siapa Odin Automotive Sebenarnya?
Dalam berita Suara.com berjudul StreetScooter Diakuisisi Odin Automotive, Bahlil Sindir Ahok, sang menteri Investasi menyebutkan kalau StreetScooter sudah diakuisisi oleh Odin Automotive. Nah, Odin Automotive ini disebut memiliki pemegang saham terbesarnya asal Singapura bernama Djamal Attamimi.Â
Fakta itu diperkuat dari catatan publikasi Jerman Die Welt, Odin Automotive adalah perusahaan yang didirikan di Luksemburg pada pertengahan September 2021. Eks pimpinan BMW Stefan Krause disebut jadi pemegang saham utamanya, tapi dia tidak memiliki perusahaan itu sendirian.
Kabarnya, ada pemegang saham Odin lainnya, yakni ahli keuangan yang berbasis di Singapura asal Indonesia bernama Djamal Attamimi, yang merupakan komisaris TOBA. Lalu, ada juga pengusaha Matthew Paul Richards dari perusahaan asal Indonesia, PT Trikomsel Oke.
Menariknya, setelah ditelusuri siapa Djamal Attamimi itu, ternyata dia adalah bagian dari komisaris PT TBS Energi Tbk. (TOBA) sejak Mei 2017 sampai saat ini.
TOBA sendiri memang lagi ingin membangun ekosistem kendaraan listrik lewat kerja sama dengan Gojek. Dari kerja sama itu, TOBA dan Gojek mendirikan perusahaan patungan bernama Electrum.
Teranyar, Electrum ternyata membawa produk motor listrik asal Taiwan bernama Gogoro. Perusahaan motor listrik itu sendiri juga telah mendapatkan investasi dari GoTo Group pada 2021. Saat ini, Electrum sudah digunakan oleh armada mitra Gojek di Indonesia.
Sebagai catatan, TOBA menjadi saham yang punya kaitan erat dengan Menteri Koordinasi Kemaritiman dan Investasi Indonesia Luhut Binsar Panjaitan. Meski, Luhut mengaku sudah menjual seluruh sahamnya di TOBA.
Deretan Investasi Terkait Mobil Listrik di Indonesia
Kehilangan StreetScooter untuk diakuisisi dalam membentuk ekosistem mobil listrik bukan berarti tamat bagi Indonesia. Sebelum itu, Indonesia sudah mendapatkan beberapa investasi terkait baterai dan mobil listrik.
Salah satunya, Hyundai Motor Group bersama mitranya LG Energy Solution Ltd. asal Korea Selatan. Keduanya berencana membangun pabrik baterai mobil listrik di Karawang, Jawab Barat. Keduanya, disebut telah menggelontorkan investasi hingga Rp15,9 triliun untuk membuat perusahaan patungan di sana.
Perusahaan asal Korea Selatan itu bakal berkolaborasi dengan IBC dalam membangun pabrik baterai mobil listrik.
Selain pemain asal Korea Selatan, ada juga pemain dari China bernama Contemporary Amperex Technology CO. Ltd. (CATL) yang investasi untuk bangun pabrik baterai mobil listrik.
Kalau dipikir-pikir, gagalnya akuisis StreetScooter beruntung atau buntung?