Audisi Djarum untuk mendapatkan beasiswa pelatihan bulu tangkis akan dihentikan pada tahun depan. Lalu, apakah ini berarti Yayasan Lentera Anak dan Komisi Perlilndungan Anak Indonesia sudah menghancurkan mimpi anak-anak Indonesia?
Untuk menjadi atlet bulu tangkis, salah satu caranya adalah bergabung dengan perkumpulan bulu tangkis [PB] atau klub. Nah, jumlah PB bulu tangkis ini cukup banyak karena terdiri dari klub kecil, satelit, dan utama yang besar seperti, Djarum dan Jaya Raya.
Males Baca, Mau Dengerin Aja: Cek PODCAST Bacot Badminton di Sini
Perbedaan antara klub kecil dan besar adalah dari segi fasilitas dan pelatih. Kedua hal ini pun akan sangat berpengaruh besar terhadap karir si calon atlet tersebut.
Di sisi lain, bergabung dengan PB pun bukan berarti tanpa biaya. Jika tanpa embel-embel beasiswa seperti yang diadakan lewat audisi Djarum, ada beberapa biaya yang dikenakan ke anggotanya seperti, biaya pendaftaran dan iuran bulanan.
Soalnya, PB juga memiliki biaya operasional seperti, kebutuhan shuttlecock, perawatan gelanggang olah raga (GOR), sampai biaya pelatih dan pegawai lainnya.
Audisi Djarum dan Biaya Bergabung PB Lainnya
Saya pun menelusuri biaya jika ingin bergabung dengan sebuah klub bulu tangkis. Faktanya, ada yang meminta bayaran seikhlasnya dan memang ada juga yang mematok tarif.
Salah satu yang menetapkan tarif seikhlasnya adalah Sarwendah Badminton Club yang didirikan oleh legenda Indonesia Sarwendah.
Lalu, ada juga PB Prima Junior yang mematok biaya Rp200.000 per bulan kepada setiap anggota pelatihan.
Selain itu, ada PB Kridagiri yang mematok biaya Rp250.000 per bulan dan biaya pendaftaran Rp75.000.
Lalu, ada PB Raden Tegar yang mematok biaya hingga Rp2 juta. Biaya itu sudah termasuk dengan biaya Asrama jika ingin tinggal di sana.
Dalam sebuah situs, biaya PB Jaya Raya [entah klub satelitnya atau klub pusat] mematok biaya uang pangkal Rp550.000 dan biaya bulanan Rp250.000. Biaya itu pun belum termasuk dengan seragam dan perlengkapan lainnya.
Ada juga PB Bina Bangsa Raya Jakarta yang mematok biaya pendaftaran Rp50.000, uang pangkal anggota baru Rp300.000, dan biaya latihan reguler Rp250.000 – Rp400.000 per bulan. PB Bina Bangsa Raya Jakarta juga memiliki pilihan kelas private dengan biaya Rp400.000 sampai Rp1,1 juta.
Jika ingin masuk ke kelas private dan tinggal di asrama memiliki biaya senilai Rp4,53 juta.
Biaya Perlengkapan untuk Menjadi Atlet Bulu tangkis
Deretan biaya itu tadi hanya untuk aktivitas di klub, belum termasuk perlengkapan yang dibutuhkan seperti, tas, raket, sepatu, dan pakaian.
Saya pun akan menghitung biaya perlengkapan dengan menggunakan merek lokal, yakni Flypower. Dengan asumsi, harga merek lokal ini lebih murah dan memiliki kualitas yang bersaing.
Harga raket Flypower berkisar Rp229.000 – Rp2,5 juta per raket. Nah, jika ingin serius bermain bulu tangkis, minimal harus memiliki 3-5 raket.
Artinya, dibutuhkan biaya sekitar Rp700.000 – Rp12,5 juta untuk 3-5 raket.
Biaya raket itu pun belum termasuk senar. Rata-rata harga senar Flypower Rp65.000, sesuai dengan jenis senarnya. Artinya, untuk senar saja membutuhkan biaya sekitar Rp195.000 – Rp325.000.
Lalu, calon atlet bulu tangkis setidaknya membutuhkan dua pasang sepatu. Jika melihat harga di Flypower, harga sepatunya berkisar Rp289.000 – Rp629.000 per pasang.
Untuk sepatu, calon atlet harus menyiapkan biaya sekitar Rp580.000 – Rp1,2 juta-an.
Selain itu, biaya yang paling mencolok lainnya adalah tas untuk menaruh raket, sepatu, dan perlengkapan lainnya.
Untuk merek Flypower, harga tas bulu tangkis berkisar antara Rp319.000 sampai Rp879.000.
Secara keseluruhan, biaya perlengkapan untuk menjadi calon atlet bulu tangkis dengan apparel lokal senilai Rp1,78 juta – Rp14,9 juta.
Bayangkan Jika Itu Semua Gratis Lewat Audisi Djarum
Bayangkan jika calon atlet yang memiliki bakat bisa mendapatkan perlengkapan dan fasilitas pelatihan berkualitas secara cuma-cuma. Nah, itu bisa menjadi kenyataan lewat audisi umum Djarum Beasiswa Bulu tangkis.
Sebenarnya, jika atlet itu berbakat dan bisa menjuarai turnamen-turnamen lokal bukan tidak mungkin digaet oleh PB besar seperti, Jaya Raya maupun Djarum. Jika sudah digaet, bisa jadi calon atlet itu akan difasilitasi oleh klub besar terkait tersebut.
Namun, untuk menjadi seperti itu, jelas butuh modal dari daftar klub sampai mempersiapkan perlengkapan. Modal itu pun bukan yang nilainya sedikit.
Kini, Audisi Djarum untuk mendapatkan beasiswa bulu tangkis akan berakhir pada 2019. Tahun depan, anak-anak harus merelakkan mimpinya mendapatkan peluang bergabung dengan klub Djarum secara cuma-cuma.
Semua itu gara-gara Yayasan Lentera Anak dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) yang menilai audisi umum Djarum itu adalah tindakan eksploitasi anak.
Opini saya tentang ini bisa di baca di sini. Intinya, Djarum Foundation adalah divisi filantropi dari Grup Djarum, salah satu fokusnya adalah olah raga di bulu tangkis.
Hasilnya pun sudah terlihat banyak pemain besar lahir dari sana. Salah satunya yang teranyar adalah Kevin Sanjaya yang berpasangan dengan Marcus Fernaldi Gideon.
Mohamad Ahsan yang menjadi juara dunia 2019 bersama Hendra Setiawan juga salah satu hasil dari PB Djarum.
Dengan begini apakah akan berdampak pada dunia bulu tangkis Indonesia?
Audisi Djarum Tamat, Ini Respons PBSI
PBSI sangat menyanyangkan audisi umum Djarum untuk beasiswa bulu tangkis harus berakhir pada tahun ini.
Dengan audisi umum Djarum, bakat-bakat bulu tangkis dari berbagai daerah bisa terangkat. Namun, tanpa audisi umum itu, artinya pencarian bakat pun main susah.
Bahkan, hal itu dinilai bisa menghambat pembinaan usia dini yang terdiri dari 5 kategori, yakni usia dini [<11 tahun], anak-anak [11-13 tahun], pemula [13-15 tahun], remaja [15-17 tahun], dan taruna [17-19 tahun].
Dampaknya pun bisa memutus satu generasi untuk pembinaan usia dini. Bisa jadi, Indonesia bakal mengalami krisis regenerasi.
Secara keseluruhan, Indonesia pun tengah mengalami krisis regenerasi di beberapa sektor seperti, tunggal putra, putri, ganda putri, dan ganda campuran.
Sejauh ini, regenerasi paling lancar baru terjadi di sektor ganda putra.
Kelakuan Yayasan Lentera Anak dan KPAI ini bisa jadi akan berdampak besar secara nasional. Mungkin saja, gara-gara kelakuan Yayasan Lentera Anak dan KPAI, pemain Indonesia naik podium di kejuaraan besar bulu tangkis dunia tinggal menjadi kenangan.
Soalnya, pencarian bibit muda hanya lewat turnamen lokal. Di mana tidak semua pemain muda bisa berpartisipasi di sana.