Begini Penyebab Saham UNVR Anjlok dari Rp8.000-an hingga hampir mendekati Rp1.000<\/a><\/strong><\/p>\n\n\n\nToh, memang menjadi jurnalis di bidang ekonomi bisnis ini rada sensitif. Salah nulis berita, efeknya bisa berdampak buruk kepada pasar. Saya ingat, ketika 2017 ada yang salah kutip omongan Menteri BUMN kala itu, Rini Soemarno, yang minta net interest margin<\/em> (NIM) bank BUMN diminta turun ke bawah 5 persen. <\/p>\n\n\n\nHasilnya, harga saham bank BUMN berguguran, karena penurunan NIM berarti penurunan profitabilitas. Padahal, keinginan Rini waktu itu adalah agar suku bunga kredit bisa diturunkan. Toh, penurunan suku bunga kredit tidak akan berefek kepada NIM, jika tingkat suku bunga deposito juga diturunkan. Namun, pertanyaannya, bagaimana kondisi likuiditas bank BUMN saat itu hingga bisa menurunkan tingkat suku bunga deposito?<\/p>\n\n\n\n
Ah, itu cerita lalu, balik lagi ke topik, jujur sejak jadi jurnalis, saya cukup ngiler untuk investasi saham. Alasannya, saya bisa berinvestasi jangka panjang banget dan bisa mendapatkan bonus dividen. <\/p>\n\n\n\nPergerakan IHSG sejak 1990-an hingga 2022 memang terlihat naik begitu tinggi, seolah menggambarkan investais saham bisa menjaga nilai uang kita dari inflasi. Namun, dari kenaikan itu, kita bisa melihat banyaknya kejadian market crash dari yang besar seperti 2008 dan 2020, maupun yang kecil-kecil seperti 2013 dan lainnya. <\/figcaption><\/figure>\n\n\n\nNah, semua itu baru bisa terealiasi pada 2018, ketika saya sudah tidak menjadi jurnalis dan mondok sebagai bapaknya media sosial kantor lama saya tersebut. <\/p>\n\n\n\n
Saham Pertama yang Kegocek Kebijakan Pemerintah<\/strong><\/h2>\n\n\n\nSejak 2017-an, ketika holding bank BUMN didengungkan, jujur, saya tertarik sekali untuk membeli saham PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN).\u00a0<\/p>\n\n\n\n
Alasannya, jika holding BUMN terbentuk, BBTN bakal dapat suntikan modal hingga bisa menjadi bank umum kegiatan usaha (BUKU) IV, kasta tertinggi bank saat itu. <\/p>\n\n\n\n
Selain prospek ada suntikan modal tambahan, harga saham BBTN juga lagi naik terus. Ini menjadi titik kesalahan saya, yakni membeli untuk investasi di pucuk.<\/p>\n\n\n\n
Lalu, ketika kesempatan itu datang, saya membeli BBTN di harga sekitar Rp3.000-an per saham pada medio 2018. Ternyata, itu adalah level yang cukup tinggi untuk BBTN, kalau dalam bahasa teknikal sudah berada di area resisten yang rawan profit taking.\u00a0<\/p>\n\n\n\nHarga saham BBTN pada medio 2018, dari Rp3.000-an meluncur jatuh hingga sempat di bawah Rp1.000 akibat pandemi Covid-19. Kesalahan terbesar investasi saya adalah, saham pertama yang dibeli di pucuk. Soalnya, terbutakan oleh ekspektasi aksi korporasi BBTN saat itu. <\/figcaption><\/figure>\n\n\n\nAkhirnya, setelah saya beli saham BBTN, harganya terus mengalami penurunan. Jika melihat siklus harga saham, tampaknya sudah masuk ke tahap kapitulasi, yakni aksi jual dan berada dalam tren bearish. <\/p>\n\n\n\n
Beberapa kali, saya upayakan melakukan average down hingga rata-rata harga menjadi Rp2.300-an per saham. Namun, tetap saja posisi masih rugi besar. <\/p>\n\n\n\n
Puncaknya adalah ketika Menteri BUMN di periode ke-2 Jokowi adalah Erick Thohir. Lalu, sang menteri justru membatalkan rencana holding Bank BUMN dan harga BBTN terus terpuruk setelah itu. Sampai saat pandemi Covid-19, saya pun berbenah dengan melakukan cut loss besar-besaran. <\/p>\n\n\n\n
Pertemuan dengan Stockbit<\/strong><\/h2>\n\n\n\nJujur, saya terbiasa menggunakan terminal Bloomberg untuk melakukan screening dan analisis saham. Itu pun punya kantor dan demi kebutuhan berita dan konten. Investor ritel mana mampu langganan terminal Bloomberg yang sebulannya bisa Rp30 juta. <\/p>\n\n\n\n
Di sini, saya mulai berkenalan dengan Stockbit, yang awalnya bak media sosial untuk para trader saham. Lalu, menyediakan platform online trading dengan menggandeng sekuritas lain, hingga akhirnya Stockbit resmi menjadi sekuritas sendiri pada 2022. <\/p>\n\n\n\n
Sebelum bergabung dengan Stockbit, saya sempat mencoba layanan stockbit pro, dengan membayar. Soalnya, waktu itu merasa belum membutuhkan lebih dari satu sekuritas. <\/p>\n\n\n\n
Ternyata, fitur-fitur screening saham dari untuk teknikal hingga fundamental seperti mencari valuasi Price to Earning<\/em> (P\/E) band itu tersedia. Tanpa pikir panjang, saya langsung pindah ke Stockbit yang waktu itu masih partneran dengan sekuritas lain. <\/p>\n\n\n\nSampai akhirnya Stockbit menjadi sekuritas sendiri, saya pun ikutan mendaftar pra-launchnya demi bisa menikmati fitur Stockbit pro gratis. <\/p>\n\n\n\n
Apa yang Bisa Dilakukan dengan Stockbit Pro?<\/strong><\/h2>\n\n\n\nBanyak banget fitur stockbit pro untuk trader maupun investor saham. <\/p>\n\n\n\n
Bagi trader, Stockbit pro menyediakan tradingview premium yang bisa melihat timeframe hingga per menit, dengan indikator lebih dari 3. Sangat membantu sekali dalam memantau saham untuk scalping maupun swing trading atau mencari titik beli untuk investasi. <\/p>\n\n\n\n
Bagi investor, Stockbit pro bisa melakukan screening saham berdasarkan indikator yang dipilih, mulai dari valuasi termurah, cash paling tebal, laba bersih terbesar, dan lainnya. <\/p>\n\n\n\n
Menariknya, Stockbit juga menyediakan screener valuasi yang mengikuti metode para investor saham dunia seperti, Kenneth Fisher, Joseph Piotroski, Warren Buffett, Joel Greenblatt, Peter Lynch, Martin Zweig, William O’Neil, hingga Benjamin Graham. <\/p>\n\n\n\nGuru Screener membantu kita jika ingin menggunakan indikator yang digunakan para profesional seperti Buffett hingga Peter Lynch dalam memilih sahma di Indonesia.<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\nJika memilih salah satunya, kita akan disajikan saham-saham yang sudah dipilih berdasarkan screening ala para ahli tersebut. Meskipun sudah mendapatkan screeningnya, tapi kita tetap harus menentukan sendiri ya, mana yang punya prospek. Soalnya, ini kan hanya berdasarkan formula para ahli, jadi belum tentu pasti cuannya sama.<\/p>\n\n\n\n
Mencari Saham Murah Bersama Stockbit<\/strong><\/h2>\n\n\n\nSelain mengikuti formula screening saham para ahli, kita juga bisa membuat formula cari saham potensial sendiri lho di Stockbit.<\/p>\n\n\n\n
Caranya gampang banget, tinggal pilih menu screener, kemudian create new. Di sini, kita bisa menentukan formula indikator yang dipilih untuk mencari saham potensial. <\/p>\n\n\n\nLangkah-langkah untuk membuat formula screening saham sendiri di Stockbit<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\nMisalnya, saya menggunakan 7 indikator untuk mencari saham murah seperti, market cap, PE ratio saat ini, rata-rata PE 5 tahun terakhir, posisi kas operasi, laba per saham, harga saham, dan harga saham dibandingkan dengan free cashflow. <\/p>\n\n\n\n
Kenapa saya menggunakan ke-7 indikator tersebut? alasannya saya ingin mencari saham murah yang bisa naik, tapi fundamentalnya oke juga sehingga lebih aman. <\/p>\n\n\n\nBegini, hasil deretan saham murah dengan formula screeningan dari saya. Namun, hasil ini tetap harus difilter lagi. Kita bisa melakukan sort atau merapikan dari angka tertinggi ke rendah, atau sebaliknya dengan mengklik di bagian nama masing-masing indikatornya.<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\nUntuk mencari saham murah saya menggunakan pendekatan PE dengan dibandingkan rata-rata PE 5 tahunnya. Pastinya, dengan metode ini, saya akan mengecualikan sektor bank yang lebih cocok dengan price to book value (PBV). <\/p>\n\n\n\n
Selain itu, secara manual saya juga membandingkan laba per saham langsung dengan posisi harga saham saat ini. Jika EPS lebih tinggi dari harga saham dan fundamental emiten cakep, berarti saham itu bisa jadi sangat potensial. <\/p>\n\n\n\n
Lalu, untuk fundamental, saya mengandalkan posisi kas operasi. Berhubung laba bersih bisa dimanipulasi, seperti PT Bukalapak Tbk. (BUKA) yang mencatatkan laba Rp14 triliun pada kuartal I\/2022, tapi itu hasil investasi PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI) yang tidak ada uang tunainya. Jadi, saya menggunakan kas operasi yang menjadi penanda berapa jumlah uang tunai yang dipegang emiten saat ini. <\/p>\n\n\n\n
Dengan posisi arus kas operasi yang tebal, setidaknya emiten itu tidak berisiko gagal bayar utang-utangnya. Artinya, secara jangka menengah-panjang bisa aman dari risiko gagal bayar utang. <\/p>\n\n\n\n
Saya pun menemukan 3 saham potensial dengan formula itu pada semester I\/2022. Ke-3 saham potensial itu antara lain, PT Transkon Jaya Tbk. (TRJA), PT Soechi Lines Tbk. (SOCI), dan PT Distribusi Voucher Nusantara Tbk. (DIVA). Lalu, apakah saya langsung borong semua saham itu?<\/p>\n\n\n\n