Serial Netflix Racket Boys bisa menjadi pilihan untuk tontonan bersantai bersama keluarga. Kisah tentang kehidupan anak sekolah yang hobi bulu tangkis ini juga bisa jadi pilihan utama untuk para badminton lovers. Namun, semenarik apa serial asal Korea Selatan ini?
Serial Racket Boys sudah merilis episode terakhirnya pada Senin 9 Agustus 2021 kemarin. Nah, buat kamu yang belum nonton, gue bisa nyaranin untuk akhir pekan ini. Cuma, baca dulu reviewnya di sini ya.
Racket Boys bercerita tentang Yoon Hae Kang anak kota dari Seoul yang harus pindah ke desa Haenam. Pada episode awal, Hae Kang dikenal sebagai pemain baseball andalan tim sekolahnya. Namun, gara-gara masalah uang, Hae Kang tersisih dari tim.Â
BACA JUGA: Kamu Sudah Nonton Kotaro Lives Alone? Baca Reviewnya Di Sini Ya!
Hae Kang tidak pernah marah ke orang tuanya yang tidak mampu membayar biaya tim agar dirinya masuk tim inti. Soalnya, dia paham ayahnya, Yoon Hyeon-jong lagi kesulitan uang.
Dia pun dalam hatinya menerima pindah ke desa karena ayahnya ada pekerjaan di sana sebagai pelatih bulu tangkis. Justru yang jadi masalah adalah ketika rumah barunya itu tidak ada wi-fi. Hanya itu!
Lalu, masalah lainnya di desa adalah, sulitnya mencari pesanan makanan antar ke rumah. Kalau ada pun harus memesan dalam jumlah besar. Untungnya ada nenek tetangganya yang jago masak dan baik kepada Hae Kang dan Hae in.
Serial Netflix Racket Boys Pertemuan Hae Kang dengan Tiga Sahabatnya
Nah, masalah berlanjut ketika tim sekolah yang ayah Hae Kang latih kurang orang. Mereka hanya bertiga karena salah satu anggota tim pindah ke Seoul. Akhirnya, Hae Kang ikut berlatih sebagai pelengkap.
Nyatanya, Hae Kang bukan pelengkap, melainkan andalan. Di sini, kisah Hae-Kang bertemu dengan tiga sahabatnya di Haenam. Ketiga sahabatnya itu antara lain, Bang Yoon Dam, Na Woo-Chan, dan Lee Yong Tae.Â
Ya namanya film, ketiga temannya itu punya masalah yang berbeda-beda. Seperti, bang Yoon Dam yang punya masalah orang tuanya yang sangat ingin dia menjadi bintang bulu tangkis. Sampai, menyembunyikan setiap masalah darinya. Bahkan, mengancam pelatih jika tidak mengutamakan Yoon Dam
Lalu, Woo-Chan yang tidak didukung orang tuanya untuk bermain bulu tangkis. Serta, Yong-Tae yang bisa dibilang tidak terlalu diurus orang tuanya.
Awalnya, Hae Kang enggan bersahabat dengan ketiga teman pertamanya di Haenam tersebut. Namun, perlahan tapi pasti, Hae Kang menemukan kembali semangat bersaing dalam dirinya untuk bermain bulu tangkis.
Semangat Hae Kang juga merupakan pancingan dari Yong Tae yang mulutnya rada enggak bisa diayak.
Apalagi, setelah Hae Kang dan tiga temannya tinggal bersama di rumahnya. Sampai akhirnya mereka memahami satu sama lain, seperti Hae Kang yang tidak berani ke toilet sendirian saat malam.
Racket Boys Membuat Badminton Lovers Indonesia Emosi
Sejujurnya dari episode 1-15 dari total 16 episode gue sangat menikmati film serial Netflix ini. Emosinya terasa dan bikin penasaran, terutama mengungkap siapa sosok serigala putih dan kronologinya.
Namun, memang ada bagian part yang sedikit menyinggung Indonesia, yakni saat tim muda Korea Selatan bermain di Jakarta. Di situ, si pembuat film membuat suasana yang memang benar-benar mirip di Istora Senayan, yakni gemuruh suporter yang berisik. Bahkan, menyorakki lawannya.
Kepala Pelatih Fang sempat protes kenapa para pendukung ini tidak menghormati lawannya. Lalu, mengkritik hotel di Indonesia buruk. Gara-gara adegan itu, netizen Indonesia langsung meramaikan kolom komentar SBS, yang bikin serial Netflix tersebut.
SBS pun meminta maaf lewat kolom komentar juga soal scene film tersebut. Namun, memang tidak memuaskan badminton lovers Indonesia. Banyak yang ngaku enggak mau nonton filmnya lagi, tetapi jujur gue tetep nonton filmnya karena penasaran.
Tak Hanya Soal Bulu tangkis
Film Racket Boys ini memang utamanya membahas tentang bulu tangkis. Namun, ada sisi-sisi lainnya dengan topik yang jauh berbeda seperti, bagaimana kehidupan di desa.
Dengan tingkat urbanisasi yang tinggi, desa-desa kehilangan anak mudanya yang memilih merantau. Salah satunya kota Haenam. Padahal, kehidupan di desa enggak buruk-buruk amat.
Sampai ada pasangan suami istri yang mau bunuh diri mengurungkan niatnya karena merasa nyaman di desa tersebut.
Lalu, selain urbanisasi ada juga ancaman di desa lainnya, yakni pengambilalihan lahan secara tidak adil oleh orang kota untuk keperluan bisnis. Orang desa di Korea yang masih banyak buta huruf banyak juga sering dibohongi untuk keuntungan semata. Mirip-mirip kayak di Indonesia ya.
Di sini, kehidupan di desa digambarkan gotong royong dengan gaya komunikasi tingkat tinggi. Jadi, banyak basa-basi.
Bagi Gue Endingnya Kurang bagus
Ya, ini mungkin bisa berbeda kalau kamu yang nonton, cuma bagi gue ending dari serial Netflix Racket Boys ini endingnya kurang asik. Sangat membosankan, khas banget drama Korea yang bikin gue males nonton.
Awalnya, gue berharap lebih karena di episode pertengahan masih terus excited nontonnya, tetapi malah endingnya jadi kurang asik. Terlalu banyak cinta-cintaannya, menye-menye gitu. Karakter Hae-Kang pun seolah tidak sesuai dengan sosok di episode awal-awal.
Meskipun begitu, sensasi nonton 16 episode film ini tetap seru sih. Kira-kira film apalagi yang menarik untuk akhir pekan ya? tulis di kolom komentar
RATING: 7,5/10