Categories: CeritaHeadline

Saham Bank Besar Ada yang Terdampak Covid-19, Siapa Aja Ya?

Waktu Baca5 Menit, 2 Detik

Saham bank besar dinilai menarik karena memiliki prospek bagus seiring dengan penguasaan pasar yang lebih besar ketimbang bank kecil menengah. Namun, ada tiga bank besar yang berstatus BUKU IV yang merasa terdampak oleh pandemi Covid-19. Siapa saja ya mereka?

Pandemi COvid-19 yang mencuat sejak awal 2020 memang menjadi fenomena terbesar sepanjang tahun ini. Bayangkan, aksi karantina wilayah sejumlah negara mematikan beberapa sektor perekonomian secara tidak langsung, termasuk berdampak ke bank.

BACA JUGA: Reksa Dana Sinarmas Disuspensi, Apa Sih Risiko Sesungguhnya Investasi di Reksa Dana?

Apa sih dampaknya pandemi Covid-19 kepada bank? salah satunya adalah potensi kredit bermasalah yang meningkat, meski sudah ada relaksasi restrukturisasi kredit dari regulator jasa keuangan.

Saat ini, Indonesia memiliki tujuh bank BUKU IV alias bank dengan modal inti di atas RP30 triliun. Ketujuh bank itu adalah Bank Mandiri, BRI, BCA, BNI, CIMB Niaga, Bank Panin, dan Bank Danamon. Dari ketujuh bank besar di Indonesia itu, ada tiga yang mengaku terdampak Covid-19.

Lalu, siapa aja nih bank yang mengaku terdampak pandemi Covid-19?

PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA)

Bank Central Asia sebagai bank swasta terbesar di Indonesia sempat menjadi perbincangan banyak investor ritel saat harga sahamnya turun pada Maret 2020. Secara year to date, harga saham BBCA sudah turun 19,82% menjadi Rp26.800 per saham pada penutupan perdagangan 2 Juni 2020.

Namun, jika dilihat dari segi valuasinya, BBCA masih menjadi bank besar dengan valuasi termahal. Sampai Selasa 2 Juni 2020, BCA memiliki price to earnings ratio (PER) 22,72 kali dengan price to book ratio (PBVR) 3,85 kali.

Dari segi kinerja kuartal I/2020, emiten berkode BBCA itu mencatatkan perlambatan pertumbuhan kredit maupun laba bersih. Saham bank swasta terbesar itu mencatatkan kenaikan kredit bank only cuma 1,61% menjadi Rp597,72 triliun dibandingkan dengan Rp588,25 triliun pada akhir tahun lalu. Padahal, kuartal I/2019, BCA berhasil mencatatkan pertumbuhan sebesar 9,35% secara year to date.

Lalu, dari segi laba bersih, perseroan mencatatkan pertumbuhan sebesar 8,61% menjadi Rp6,1 triliun dibandingkan dengan Rp5,61 triliun pada periode sama pada tahun lalu. Pada kuartal I/2019, perseroan mencatatkan persentase pertumbuhan yang lebih tinggi sebesar 10,88% menjadi RP5,61 triliun.

Dalam laporan perseroan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), BCA mengaku terdampak pandemi Covid-19.

Sekretaris Perusahaan BCA Raymon Yonarto menjelaskan sektor bank di Indonesia mendapatkan penurunan peringkat dari Fitch Ratings dari bbb- menjadi bb+.
Jika mengutip pengertian simbol peringkat dalam Fitch ratings, BBB adalah peringkat investasi dengan level perusahaan kelas menengah di mana dalam kondisi yang memuaskan, sedangkan level BB adalah peringkat non-investasi dengan kecenderungan mengalami perubahan dalam situasi ekonomi.

“Fitch ratings melihat adanya risiko jangka pendek yang cukup signifikan terhadap pertumbuhan, kualitas aset, dan profitabilitas dari perbankan nasional akibat Covid-19,” tulisnya dalam penjelasan kepada BEI.

Raymond melanjutkan penurunan kondisi sektor bank itu ikut memengaruhi peringkat BCA. Peringkat BCA turun menjadi BBB- dibandingkan dengan sebelumnya BBB.

“Namun, kami akan tetap menjaga posisi likuiditas dan permodalan yang solid. Kami juga memantau kondisi kualitas kredit dengan berkomunikasi aktif dengan para debitur dan regulator. Fungsi intermediasi akan dijalankan dengan prinsip kehati-hatian,” lanjutnya.

PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA)

Saham bank besar kedua yang mengaku terdampak oleh pandemi Covid-19 adalah Bank CIMB Niaga. Emiten berkode BNGA mengaku pandemi Covid-19 memberikan dampak kepada operasional perseroan dalam waktu hingga 3 bulan.

Dalam laporan kepada BEI, Bank CIMB Niaga menjelaskan pembatasan operasional dilakukan oleh cabang yang berada di dalam pusat perbelanjaan atau gedung yang berhenti beroperasi akibat Covid-19.

“Dampaknya terhadap kontribusi pendapatan di bawah 25% dari total pendapatan 2019, begitu juga dengan perkiraan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih kuartal I/2020 akan terdampak kurang dari 25% dibandingkan periode sama pada tahun lalu,” jelas perseroan.

Tak hanya itu, perseroan menyebutkan rasio kredit bermasalah perseroan pada periode Maret-April 2020 berkisar 3%-5% dengan tren cenderung naik dibandingkan dengan periode sebelum pandemi. Lalu, dari segi rasio kecukupan modal masih terjaga di kisaran 15% – 20% dengan tren tetap.

Sepanjang kuartal I/2020, BNGA mencatatkan penurunan kredit sebesar 0,95% menjadi Rp156,83 triliun dibandingkan dengan Rp158,35 triliun pada akhir 2019. Namun, dari segi laba bersih, perseroan masih mencatatkan kenaikan sebesar 10,33% menjadi Rp993,35 miliar.

Rasio kredit bermasalah kotor BNGA turun tipis menjadi 3,03% pada kuartal I/2020 dibandingkan dengan periode sama pada tahun lalu sebesar 3,04%.

Harga saham BNGA sepanjang tahun berjalan ini sudah turun 30,05% menjadi Rp675 per saham. BNGA bisa dibilang bank kasta tertinggi dengan valuasi termurah, yakni PER 4,48 kali dan PBVR sebesar 0,42 kali.

PT Bank Panin Tbk. (PNBN)

Bank Panin menjadi bank besar keempat yang mengaku terdampak oleh Covid-19. Secara kinerja, Bank Panin memang mencatatkan penurunan dibandingkan dengan kuartal pertama tahun lalu.

Emiten berkode PNBN itu mencatatkan penurunan kredit pada kuartal I/2020 sebesar 0,59% menjadi Rp131,7 triliun dibandingkan dengan RP132,49 triliun pada akhir tahun lalu. Padahal, pada kuartal I/2019. perseroan masih mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 0,6% secara year to date.

Dari segi laba bersih, perseroan mencatatkan penurunan sebesar 1,44% menjadi RP692,4 miliar dibandingkan dengan RP702,55 miliar pada periode sama tahun lalu. Sebelumnya, pada kuartal I/2019, perseroan mendulang kenaikan laba bersih sebesar 14,3%.

Lalu, jika dilihat dari rasio kredit bermasalah, Bank Panin justru mencatatkan penurunan menjadi 2,96% dibandingkan dengan 3,09% pada periode sama tahun lalu.

Bank Panin menjelaskan kepada BEI kalau bisnisnya terdampak pandemi Covid-19. Namun, dampaknya bukan kepada penghentian atau pembatasan operasional.

Dampaknya lebih kepada kinerja perseroan yang diprediksi turun sekitar 25% pada periode Maret-April dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya.

Rasio kredit bermasalah perseroan pun cenderung naik dengan kisaran di level 3% sampai 5%.

Harga saham Bank Panin pun sudah turun 46,06% sepanjang tahun berjalan menjadi Rp740 per saham. Valuasi Bank Panin dari segi PER adalah yang termurah ketiga di kelompok bank besar sebesar 5,57 kali. Jika dilihat dari segi PBV, Bank Panin menjadi yang termurah kedua sebesar 0,45 kali.

Dari ketiga bank yang terdampak pandemi Covid-19 ini, ada yang menarik untuk dibeli enggak ya?

Happy
0 0 %
Sad
0 0 %
Excited
0 0 %
Sleppy
0 0 %
Angry
0 0 %
Surprise
0 0 %
Surya

Recent Posts

Saham UNTR, Seberapa Besar Berkah dari Martabe Ke Depannya?

Saham UNTR alias PT United Tractors Tbk. menjadi sorotan beberapa hari terakhir. Lonjakan harga sahamnya…

5 jam ago

Saham HOKI, Si Kecil-kecil Cabe Rawit

Saham HOKI alias PT Buyung Poetra Sembada Tbk. bisa dibilang menjadi saham konsumer pilihan dengan…

4 hari ago

Jeff Bezos Jual Saham Amazon 3,1 miliar dolar AS, Buat Apa Ya?

Jeff Bezos jual 1 juta saham Amazon senilai US$3,1 miliar. Dengan begitu, sepanjang tahun ini…

5 hari ago

Investasi Emas dan Bitcoin, Primadona di Tengah Pandemi

Investasi Emas dan Bitcoin menjadi dua instrumen primadona di tengah tekanan ekonomi global akibat krisis…

6 hari ago

Saham Big Caps Jeblok, Ekonomi Indonesia Kontraksi 5,32 persen

Saham big caps tampaknya juga tertatih-tatih kinerja keuangannya di tengah ekonomi Indonesia yang mengalami kontraksi,…

6 hari ago

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lesu, UMKM Bonyok Dihajar Covid-19

Pertumbuhan ekonomi Indonesia bakal makin lesu pada kuartal II/2020. Enggak cuma perusahaan besar, UMKM juga…

1 minggu ago

This website uses cookies.