Perang Minyak Memanas, Kini Meksiko Siap Memberontak

perang minyak

Perang minyak kian memanas di tengah pandemi Covid-19 yang semakin menggila. Kini, bukan sekadar Arab Saudi dengan Rusia lagi, tetapi sudah mencakup Amerika Serikat hingga Meksiko.

Harga minyak dunia masih dalam tekanan besar. Sampai penutupan perdagangan Kamis 9 April 2020, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) turun 9,29% menjadi US$22,76 per barel, sedangkan harga minyak Brent turun 4,14% menjadi US$31,48 per barel.

DENGERIN YUK: Ketika Zoom Bikin Kaya Pemilik Hutchinson

Pasar minyak sempat mendapatkan angin segar setelah muncul potensi kesepakatan global untuk pangkas produksi global. Aliansi OPEC+ sempat menyetujui rencana pemangkasan produksi sebesar 10 juta barel per hari.

Kesepakatan itu pun meredam hubungan panas antara Rusia-Arab Saudi yang sempat bersitegang dengan memangkas harga jual ekspor minyak.

BACA JUGA: Perang Minyak Kedua Dalam Satu Dekade, Siapa Pemenangnya?

Namun, kesepakatan itu justru memicu perang baru setelah keputusan bisa dijalankan jika Meksiko setuju. Pasalnya, Meksiko adalah salah satu anggota negara aliansi OPEC+ tersebut.

Meksiko pun belum menyetujui kesepakatan pemngkasan tersebut.

Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador cenderung menolak kesepakatan tersebut. Soalnya, pemangkasan produksi OPEC+ sebesar 10 juta barel per hari berarti Meksiko harus pangkas 400.000 barel per hari.

Jumlah itu lebih besar dari angka pemangkasan yang ditawarkan Meksiko kepada Arab Saudi, yakni sebesar 100.000 barel per hari.

Selain itu, pemangkasan 400.000 barel per hari berarti akan mempersulit Andres Manuel Lopez memenuhi janjinya untuk mendongkrak produksi minyak Petroleos Mexicanos, perusahaan BUMN minyak milik Meksiko.

Perang Minyak, Arab Saudi Berikan Waktu Negosiasi Lebih Lama

Arab Saudi pun tidak terburu-buru memaksa penetapan kesepakatan pemangkasan produksi tersebut. Arab Saudi sampai menunda penetapan harga bulanan sambil menunggu kesepakatan.

Penetapan harga jual dari Arab Saudi adalah senjata utama yang bisa diluncurkan kerajaan itu demi menjaga pangsa pasar.

Di sisi lain, Presiden AS Donald Trump sudah resah bukan kepalang. Posisi harga minyak dunia yang rendah saat ini sangat mengancam produksi minyak shale oil AS.

Untuk itu, Trump pun mengajak para pemimpin Arab saudi, termasuk Putra Mahkota Mohammed bin Salman.

Trump menawarkan solusi diplomatik seperti beberapa hitungan akutansi kreatif dengan Meksiko. Salah satunya, menghitung dampaknya kepada pasar minyak jika produksi minyak AS turun.

Beberapa delegasi disebut mendukung solusi Trump, meski sifat dukungan itu cuma sekadar di muka. Intinya, jika pemangkasan produksi dilakukan, Meksiko harus melakukan pengurangan produksi dengan porsi yang sama dengan setiap anggota aliansi.

Senjata Rahasia Meksiko untuk Hadapi AS hingga Aliansi OPEC+

Meksiko berani mengambil sikap untuk menolak kesepakatan karena negara itu memeiliki beberapa senjata. Pertama, Meksiko sudah mengadopsi skema kontrak lindung nilai penjualan minyak tahunan selama dua dekade terakhir.

Opsi itu membuat Meksiko punya hak menjual minyak dengan harga yang telah ditentukan. Jadi, ketika harga minyak dunia sedang anjlok, Meksiko masih bisa mencatatkan penjualan dengan harga tinggi.

Setidaknya, kebijakan lindung nilai harga minyak Meksiko sudah menyelamatkan pendapatan negara US$5,1 miliar dari migas ketika harga minyak dunia anjlok pada 2009.

Begitu juga ketika terjadi perang minyak pada 2015-2016, Meksiko tetap membukukan pendapatan fantastis senilai US$6,4 miliar pada 2015 dan US$2,7 miliar pada 2016.

Namun, keuntungan dengan penggunaan lindung nilai itu tidak gratis.

Menteri Keuangan Meksiko Arturo Herrera mengatakan polis asuransi harga minyak tidak murah.

“Operasi lindung nilai Meksiko ini telah memakan biaya hingga US$1 miliar dalam beberapa tahun terakhir.

Untuk saat ini, pemerintah Meksiko sudah mengasumsikan harga minyak ekspor berada di level US$49 per barel. Untuk menjaga pendapatan dari migas, Meksiko akan menggunakan lindung nilai dan dana stabilisasi minyak negara.

Dana stabilisasi minyak negara secara historis hanya menyediakan nafas tambahan harga minyak sekitar US$2 sampai US$5 per barel.

Angka itu masih realistis jika Meksiko melakukan lindung nilai di level US$45 per barel. Jika dihitung, secara rata-rata sejak Desember 2019, harga minyak Meksiko berada di level US$42 per barel.

Lalu, jika harga minyak turun hingga di bawah US$20 per barel, berarti operasi lindung nilai Meksiko bisa memakan biaya hingga US$6 miliar.

Dengan potensi biaya besar hingga uS$6 miliar, apakah senjata rahasia Meksiko cukup kuat menghadapi para aliansi OPEC+ dan AS?

1 comment

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.