Spotify itu perusahaan yang jahat banget. Bayangin, perusahaan asal Swedia itu mau mengambil pangsa pasar tukang kerupuk di Indonesia. Memang seberapa besar kontribusi Spotify ke ekonomi Indonesia dibandingkan dengan tukang kerupuk? 

Pernah denger iklan Spotify yang bilang enggak mau beli kerupuk lagi karena sekarang langganan Spotify Premium cuma bayar Rp2.500 per hari seharga kerupuk. Jujur, itu jahat banget sama pelaku usaha UMKM kerupuk. 

Bagaimana jika banyak orang yang berhenti makan kerupuk gara-gara mau langganan Spotify? pendapatan para pebisnis rumahan kerupuk bisa tergerus. Artinya, bakal banyak pekerja informal yang bisa kehilangan pekerjaan. Lalu, imbasnya bisa berdampak besar ke perekonomian Indonesia. 

Lebay banget enggak? sebenarnya enggak dan ini tulisan serius karena gue orangnya serious oriented (ini istilah ketika ingin terlihat serius). 

Sekilas Kalau Tertarik Baca Ini Deh: Cara Membuat Blog, Pilih WordPress, Medium, Blogspot, atau Ghost?

Begini, siapa yang girang kalau kamu langganan Spotify Premium? kamu yang menggunakan, bapak-bapak yang lagi cari uang, ibu-ibu yang lagi nunggu uang dari suaminya, anak-anak yang ingin mainan baru, atau Spotify? 

Ya jelas Spotify. Memang seberapa untung Spotify dari jualan akun premium gitu? jangan kaget dan bikin kamu pengen balik makan kerupuk daripada langganan Spotify Premium ya. 

pendapatan Spotify dari akun premium
Illustrasi Pendapatan Spotify 6M 2021

Sampai semester I/2021, Spotify mencatatkan pendapatan dari akun Premium senilai 3,98 miliar euro atau sekitar Rp67,01 triliun. (dengan kurs Rp16.809 per euro). Dari total pendapatan itu, total laba kotor dari bisnis akun Premium yang tarif hariannya seharga kerupuk di Indonesia itu mencapai 1,17 miliar euro atau Rp19,68 triliun.

Cuma itu kan angka seluruh dunia? ya bener sih memang ini angka pengguna Spotify di seluruh dunia. Lalu, dalam laporan keuangannya enggak ada data detail di Indonesia atau minimal regional Asia Pasifik itu berapa total angka akun Premiumnya. 

Namun, coba bayangin kasarannya aja, jika total pengguna Spotify Premium itu 5 persen dari total keseluruhan. Artinya, Spotify dengan enaknya bisa dapat cuan Rp820 miliar dengan mengambil pangsa pasar pengusaha rumahan kerupuk. 

Uang yang harusnya bisa diputar kembali untuk perekonomian Indonesia malah terbang ke perusahaan Swedia tersebut.

Tapi Kan Spotify Menyelamatkan Dunia Musik di Tengah Pandemi

Ada asumsi kehadiran Spotify menyelamatkan para musisi dari pandemi Covid-19 maupun ancaman pembajakan. Namun, seberapa besar  kontribusi yang diberikan Spotify untuk membayar royalti para pemusik?

Sampai Juni 2021, Spotify mencatatkan pendapatan dari akun Premium Rp67 triliun. Dari total itu, dikurangi oleh beban pendapatan menjadi Rp19 triliun. Lalu, Rp48 triliunnya itu kemana saja?

Menurut laporan keuangan Spotify, Rp48 triliunnya itu mayoritas adalah biaya royalti untuk musisi yang ada di dalam aplikasi pemutar lagu tersebut. Itu Indonesia saja? enggaklah, di seluruh dunia itu. 

beban royalti Spotify
Illustrasi beban royalti spotify ke musisi

Angka itu termasuk pendapatan untuk para musisi kesukaanmu asal Indonesia sampai Amerika Serikat. Bayangin, andaikan ada 1 juta musisi saja yang terdaftar di Spotify di seluruh dunia, artinya Spotify hanya membayar mereka Rp48 juta selama 6 bulan per musisi. Artinya, perbulan cuma sekitar Rp8 juta.

Angkanya pasti enggak tuh? ya enggaklah, ini cuma perkiraan saja. Toh, bayaran royalti sesuai dengan seberapa banyak pendengar dari musisi tersebut. Lalu, tarif royalti di setiap negara juga berbeda-beda lho. Artinya, potensi pendapatan para musisi bisa jadi lebih atau kurang dari simulasi gue sekitar Rp8 juta per bulan. 

Apakah itu angka yang besar atau kecil? ya daripada langganan Spotify premium dengan promosi yang menganggu bisnis kerupuk rumahan. Mending, makan kerupuk setiap hari saja deh.

Memang Tukang Kerupuk Bisa Berkontribusi Seberapa Besar Buat Ekonomi Negara?

Begini, memang enggak ada data pasti berapa total pengusaha rumahan kerupuk dan potensi perputaran uang dari bisnisnya. Namun, semua itu bisa dilihat dari seberapa besar perputaran uang UMKM di Indonesia. 

Menurut data Bank Indonesia sampai Juni 2021, Total penyaluran kredit dari bank ke UMKM sampai Juni 2021 senilai Rp201,83 triliun. Dengan rincian, pengusaha mikro Rp77,74 triliun, pengusaha kecil Rp117,8 triliun, dan pengusaha menengah Rp6,27 triliun. 

Bisa dianggap mayoritas bisnis kerupuk itu adalah pengusaha mikro dan kecil. Jadi total penyaluran kreditnya sekitar Rp195,55 triliun. 

Nah, biasanya angka pertumbuhan kredit dengan PDB itu beda-beda tipis. Artinya, kalau penyaluran kredit pengusaha mikro dan kecil Rp195,55 triliun, berarti kontribusi ke perekonomian juga sebesar itu. 

Potensi bisnis kerupuk Indonesia
Illustrasi gambaran potensi bisnis rumahan kerupuk

Bayangkan, dari total itu ternyata 5 persennya adalah kontribusi dari pengusaha kerupuk. Berarti, total kontribusi pengusaha kerupuk ke perekonomian Indonesia sekitar Rp9,77 triliun.

Kontribusi pengusaha kerupuk itu pun sangat luas. Bukan cuma memutarkan uang dari omzet si pemilik usaha ke roda ekonomi Indonesia. Namun, juga memberikan perputaran uang bagi pegawainya dan mitranya. 

Misalnya, gara-gara omzetnya naik, terus jumlah pegawai bertambah. Atau gara-gara kerupuknya enak banget, omzet tukang bakso dan soto juga meningkat. 

Bayangkan, kalau roda ekonomi dari tukang kerupuk itu dirusak oleh Spotify. Misalnya, 50 persen kontribusi roda ekonomi tukang kerupuk terpangkas hingga tersisa Rp4,5 triliun saja. 

Lalu, biaya terpangkas itu lari ke perusahaan Swedia yang cuma berkontribusi senilai Rp8 juta per bulan ke musisi yang ada di Indonesia. Sayang banget kan? 

Kalau Gue Sih Pilih Makan Kerupuk Aja

Jujur, gue bukan pengguna Spotify Premium, tapi pengguna yang gratisan saja. Toh, dengan jadi pengguna gratisan, gue juga berkontribusi ke pendapatan iklan Spotify.   

Sampai Juni 2021, Spotify mencatatkan pendapatan iklan sekitar 451 juta euro atau sekitar Rp8,25 triliun. Nah, dari total omzet itu, laba kotor Spotify dari iklan senilai Rp672,37 miliar. 

Memang pendapatan iklan Spotify lagi turun banget sejak pandemi Covid-19. Terus, jahat enggak kalau gue lebih pilih kerupuk daripada langganan premium Spotify? ya enggaklah. 

Biarkan saja, seluruh warga Swedia yang langganan premium Spotify biar mendompleng kinerja pemutar streaming musik tersebut. 

Per 2019, jumlah penduduk di Swedia itu sekitar 10,23 juta orang. Andaikan mereka semua langganan Spotify Premium dengan tarif yang ada di Indonesia, berarti potensi pendapatan akun premium Spotify dari Swedia aja senilai Rp6,75 triliun. (asumsi tarif Spotify di Indonesia Rp54.990 per bulan). Angka itu sekitar sepertiga dari laba kotor Spotify dari akun Premiumnya pada 6 bulan pertama tahun ini. 

Lalu, kenapa itu enggak terjadi? ya mayoritas pengguna Spotify di Swedia itu Generasi Z. Yang sudah dewasa kayaknya enggak peduli mau download Spotify. 

Sama kayak gue, lebih pilih makan kerupuk ketimbang langganan Spotify, kalau kamu pilih mana?

About Surya

administrator

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.