Merger BEKS dengan BJBR menjadi isu yang paling hangat setelah muncul di keterbukaan informasi IDX pada 23 April 2020 malam. Pasalnya, BEKS adalah bank yang bermasalah sejak sebelum diakuisisi Recapital pada 2010.
Seperti dikutip dari Bisnis.com, harga saham BJBR masih berpotensi menguat karena masih berada di kisaran Rp900 per saham. Namun, ada momentum yang bisa bikin harga sahamnya menyusut, yakni Ex Dividen alias masa terakhir pembelian yang tidak mendapatkan hak dividen.
Di sisi lain, BEKS adalah BUKU I, sedangkan BJBR bank BUKU III. Meskipun kinerja BEKS jelek, tetapi tidak akan memengaruhi signifikan terhadap kinerja BJBR.
BACA JUGA: BEKS, Mimpi Bank UMKM yang Berujung Jadi Bank Banten
Namun, merger itu mau tidak mau akan menguntungkan BEKS, meski tidak untuk investor ritelnya. Saat ini, harga saham BEKS masih saja mentok di level Rp50 per saham sehingga belum muncul pintu keluar bagi investor ritel.
Pada penutupan perdagangan Jumat 24 April 2020, harga saham BJBR turun 3,17% menjadi Rp915 per saham. Bagaimana perkembangan Merger BEKS dengan BJBR ke depannya ya? kita pantau terus ya
Selain Merger BEKS dengan BJBR, TBIG Setop Obligasi Berkelanjuta III
Kabar pasar lain dikutip dari Bisnis.com adalah PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. yang menyetop penerbitan obligasi berkelanjutan III yang efektif sejak 28 Juni 2018.
Emiten berkode TBIG itu menargetkan bisa himpun dana Rp7 triliun dari obligasi berkelanjutan tersebut. Sejauh ini, mereka sudah menerbitkan 4 tahap obligasi berkelanjutan dengan total dana Rp3,48 triliun.
Sayangnya, sisa target dana yang mau dihimpun tidak dapat dilanjutkan karena mepet dengan tenggat waktu penerbitan obligasi berkelanjutan tersebut.
Saham TBIG ditutup menguat 0,93% menjadi Rp1.090 per saham pada perdagangan Jumat 24 April 2020.
Rencana Divestasi Bikin Saham SMCB Terus Ngebut
Dikutip dari Bisnis.com, saham SMCB alias PT Solusi Bangun Indonesia Tbk. melanjutkan tren penguatan.
Saham SMCB ditutup menguat 6,54% menjadi Rp1.385 per saham pada perdagangan Jumat 24 April 2020.
Kenaikan saham SMCB terus dikaitkan dengan aksi divestasi SMGR atas saham SMCB sebanyak 15%. Calon pembelinya adalah perusahaan dari Jepang, yakni Taiheiyo Cemnet Co. Ltd.
Nilai transaksi itu ditaksir sekitar US$220 juta atau mencapai Rp3,41 triliun. Aksi korporasi itu dilakukan untuk memenuhi ketentuan Free Float dari BEI.
Jalur Tol Ditutup Karena Larangan Mudik, JSMR Pilih Efisiensi
Pendapatan JSMR atau Jasa Marga diprediksi bisa tergerus cukup parah selama pandemi Covid-19. Penyebabnya, larangan mudik yang menutup akses tol.
Mengutip dari Bisnis.com, Direktur Pengembangan Usaha PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Adrian Priohutomo mengatakan volume tranfik jalan tol sudah turun sebelum larangan mudik diterbitkan.
“Periode Maret-April saja persentase penurunan pengguna tol sudah sebesar 40%,” ujarnya.
Untuk itu, JSMR akan efisiensi dari segi operasional. Hal itu diharapkan bisa menjaga arus kas tetap positif.
“Kami masih komitmen melanjutkan proyek Kementerian PUPR sesuai dengan prosedur physical distancing,” ujarnya.
Harga saham JSMR ditutup turun 1,16% menjadi Rp2.550 per saham pada perdagangan Jumat 24 April 2020.