Saham Bukalapak masih bikin jantung para trader maupun investor yang beli sejak IPO maupun setelahnya bedebar. Penasaran enggak, kenapa saham unicorn pertama ini bisa anjlok parah?
Anjloknya saham Bukalapak jadi mengingatkan rumor yang beredar sebelumnya. Kalau IPO ini adalah exit strategi para investor Bukalapak.
Meski, sempat dibilang kalau para pemgang saham eksisting sudah komitmen lock up kepemilikan saham ke depannya. Namun, harga saham Bukalapak terus melorot hingga sempat di bawah harga IPO
Sebenarnya apa yang terjadi dengan Bukalapak?
Ketika Pemegang Saham Benar-benar Cabut
Dalam prospektus Bukalapak, ada 22 pemegang saham yang melakukan lock-up sukarela. Nah, ketentuannya, ke-22 pemegang saham ini bakal me-lock up minimal 90 persen sahamnya.
Artinya, ada 10 persen yang bisa dilepas. Berapa banyak 10 persen yang bisa dilepas 22 pemegang saham tersebut?
Nah, total jumlah saham 22 pihak itu sebanyak 25,02 miliar. Artinya, 10 persen saham yang bisa dilepas sebanyak 2,5 miliar lembar kalau nilainya dengan harga IPO senilai Rp850 per saham menjadi Rp2,12 triliun.
BACA JUGA: Bukalapak Remuk, Para Value Investing Jadi Sosok yang Benar?
Bayangkan, total jumlah lembar saham itu cabut pas saham Bukalapak ARA pada hari kedua di level Rp1.325 per saham. Artinya, potensi Rp3,3 triliun cabut dari Bukalapak.
Faktanya, memang pemegang saham eksisting yang sukarela nge-lock up itu langsung ambil take profit 10 persen dari total kepemilikannya.
Apakah itu salah? ya enggak, kan itu barang punya dia. Bebaslah dia mau jual kapan. Masa kita yang atur.
Menurut data RTI, total nilai aksi jual bersih dari asing sejak Bukalapak IPO senilai Rp5,3 triliun. Dengan aksi beli senilai Rp4,1 triliun.
Kalau mereka semua sudah pada keluar, kenapa Bukalapak masih terus ARB?
Ritel Panik Banget
Nah, kenapa saham Bukalapak malah jadi terus ARB. Salah satu penyebabnya adalah ritel panik banget jadi ikutan jual.
Lah, memang ritel punya duit seberapa banyak sampai bisa bikin Bukalapak ARB?
Begini, setelah hasil book building oversubscribe atau kelebihan permintaan hingga 4 kali. Total saham IPO yang dipolling dinaikkan dari 2,5 persen menjadi 5 persen dari total saham yang dilepas ke publik.
Artinya, ada 1,28 miliar lembar saham yang dilempar ke publik. Nilainya dengan harga IPO sekitar Rp1,09 triliun.
Itu, belum termasuk ke pihak yang dapat saat bookbuilding dengan total sekitar 24 miliar lot. Nilainya pun puluhan triliunan rupiah lebih besar ketimbang 10 persen saham milik investor eksisting yanng bisa dilepas.
Artinya, ketika mereka panik dan melakukan sell, yang terjadi harga saham Bukalapak bakal terus tertekan.
Buktinya, aksi jual saham Bukalapak oleh investor domestik sejak setelah listing tembus Rp11,6 triliun. Lebih gede daripada investasi asing yang cuman Rp5,3 triliun.
Terus Apakah Saham Bukalapak Bisa Naik Lagi?
Ya enggak ada yang bisa prediksi apakah saham akan naik atau turun ke depannya. Namun, kalau benar Bukalapak punya prospek cerah harusnya bisa naik lagi.
Kalau dari supply and demand transaksi saham Bukalapak juga jelas ada potensi naik.
Misalnya saja, dalam seminggu terakhir, sudah ada Rp2,6 triliun transaksi beli dilakukan oleh investor asing dalam sepekan terakhir. Lalu, ada aksi beli Rp6,4 triliun dari investor domestik yang sudah mulai masuk bertahap.
Bakal ke berapa naiknya? ya tidak ada yang tahu. Namun, yang pasti jika melihat kelakuan pemegang saham eksisting Bukalapak yang langsung pada cabut kemarin.
Artinya, harga saham Bukalapak bisa jadi bakal terkerek jelang masuk bulan ke-8 setelah IPO. Nah, saat itu bisa jadi momen jual yang tepat karena ada potensi aksi jual besar-besaran terjadi setelahnya.
Namun ingat, ini cuma perkiraan dari data dan kejadian secara historis. Bukan ajakan ya.