investasi bodong

Kenapa masih Banyak yang Tertipu Investasi Bodong?

Bagikan Yuk

Kasus investasi bodong terus meningkat selama pandemi Covid-19. Tak hanya investasi bodong, jumlah peretasan dan penipuan juga meningkat. Banyak yang mencoba cari uang dengan mengambil dari orang lain. Semua itu kasus lama, tapi kenapa masih banyak yang tertipu?

Di bagian ini, gue bakal menceritakan pengalama sebagai jurnalis saat meliput hal-hal yang berhubungan dengan investasi bodong. Padahal, polanya gitu-gitu aja.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang menjadi reguletor lembaga keuangan sudah berulang-ulang kali mengingatkan. Jangan terjebak dengan investasi bodong, kalau sudah menjanjikan imbal hasil 10% per bulan saja sudah tidak masuk akal.

Soalnya, investasi saham yang dinilai high risk high return saja tidak bisa menghasilkan keuntungan pasti 10% per bulan.

Namun, tetap banyak yang tertipu. Kenapa?

Komunikasi Pelaku yang Bagus

Salah satu penyebabnya adalah komunikasi para pelaku yang sangat bagus. Kalau mereka tidak bisa berkomunikasi dengan baik, maka aksi investasi bodongnya pasti akan gagal.

Selain itu, mereka juga mampu mengelebaui korban dengan menciptakan fakta yang baik tentang aktivitas mereka.

BACA JUGA: Saham Blue Chip Turun Karena Kamu Nafsu Cari Cuan

Misalnya, saat MMM viral pada medio 2014, saya sempat mewawancarai salah satu leadernya secara langsung. Tentunya, saya berpura-pura untuk menjadi anggota mereka terlebih dulu.

Lalu, bagaimana cara mereka menggoda saya untuk bergabung?

“Kami adalah komunitas manusia membantu manusia. Di sini, kami bukan ingin mencari keuntungan, tetapi ingin saling membantu sesama manusia,” ujarnya.

Menarik bukan? bahkan saat ditawarkan itu saya merasa seperti diajarkan agama baru yang menunjukkan mereka semua yang ada didalamnya orang baik. Sampai-sampai, kita bisa lupa sebenarnya apa model bisnisnya hingga bisa memberikan keuntungan yang besar.

Jawabannya, ya uang yang berasal dari anggota yang baru alias skema ponzi!

Tergiur dengan Imbal Hasil yang Besar dan Mudah

Siapa sih yang enggak mau dapat uang banyak dengan mudah. Selama pandemi ini, ada beberapa platform yang menawarkan janji manis keuntungan dengan cara menonton video atau mengklik iklan seperti, Alimama, JD Union, sampai yang terkenal Vtube.

Bahkan, para anggotanya bak menjadi garis keras. Setiap ada yang mengingatkan kalau itu adalah skema ponzi, mereka membela diri.

Menariknya Vtube, sampai ada anggota yang percaya kalau platform itu bakal menjadi e-Commerce besar.

Kenapa sampai ada pendukung garis keras seperti itu? ya uang mereka harus berputar dengan kehadiran orang baru dan aktivitas orang lama.

Mereka enggak mau perputaran uang jadi macet gara-gara isu tersebut. Soalnya, bisa jadi hingga leader-leader bakal macet uangnya kalau aktivitas menjaring anggota baru terhenti.

Akhirnya, semua berupaya membela diri agar perputaran uang tetap berjalan alias tidak macet.

Literasi Keuangan yang Rendah

Masalah terakhir yang menjadi pekerjaan rumah laten adalah akibat literasi keuangan yang rendah. Seperti, banyak kasus koperasi yang ternyata investasi bodong seperti, Pandawa.

Banyak yang hanya melihat investasi itu dari sisi keuntungannya saja, tetapi tidak risikonya. Tidak ada investasi yang memberikan keuntungan besar, tapi tidak memiliki risiko.

Lalu, hanya ada dua jenis investasi, yakni investasi di sektor keuangan lewat saham, reksa dana, obligasi, P2P Lending, sampai deposito. Kemudian, ada juga investasi di sektor riil seperti bikin bisnis bersama teman atau mendanai sebuah bisnis.

Di luar itu, tidak ada jenis investasi lainnya kecuali investasi leher ke atas yang artinya ngeluarin modal untuk nambah skill.

Nah, kalau ada tawaran investasi di luar dua model utama itu. Bisa dibilang sudah pasti bodong.

Kenapa? pertama tidak ada model bisnis, tidak ada underlying, dan sebagainya.

Kalau Begitu Cryptocurrency Gimana?

Ya kalau cryptocurrency itu sebenarnya aset keuangan yang belum diakui. Seperti di Indonesia, cryptocurrency dianggap sebagai komoditas.

Soalnya, kalau dianggap sebagai aset keuangan bisa digunakan menjadi alat tukar. Padahal, alat tukar yang sah cuma rupiah.

Jadi, bijaklah dalam memilih investasi, jangan hanya cari keuntungannya tanpa melihat ada risiko besar. Intinya, cuma ada dua investasi di dunia ini, investasi sektor keuangan atau riil. Kamu lebih suka yang mana?

Fakta Tambahan

Salah satu penyebab investasi bodong sulit ditindak adalah karena korbannya tidak mengakui kerugiannya. Ini menjadi masalah utama pihak berwajib buat menindak pelakunya.

Mereka ogah untuk mengungkapkan kerugiannya karena alasan kuat, yakni kalau mereka akui kerugiannya, berarti peluang untuk mendapatkan uang kembali bakal nihil. Ya, meski walaupun enggak ngaku juga persentase uang baliknya kecil banget sih

Namun, dengan tidak mengaku kerugian, setidaknya ada secercah harapan investasi bodong itu tetap bisa jalan hingga uangnya kembali. “Artinya, nyari korban selanjutnya dong?”

Posts created 254

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Pos Terkait

Mulai mengetik pencarian Anda diatas dan tekan enter untuk mencari. Tekan ESC untuk batal.

kembali ke Atas