Categories: CeritaHeadline

Harga Saham BTN Melejit Gara-gara Potensi Dana Tapera Rp96,27 triliun per Tahun?

Harga saham BTN melejit dua hari terakhir sejak Joko Widodo meneken PP terkait Tapera alias Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera). Konon, bank yang punya segmen di kredit pemilikan rumah (KPR) itu berpotensi ditunjuk sebagai bank penampung Tapera. Memang berapa sih potensi uang yang dikumpulkan dari Tapera?

Jika merujuk data BPS, ada sekitar 91,59 juta pekerja penuh di Indonesia per Februari 2020. Rata-rata pendapatan pekerja di Indonesia per Februari 2020 adalah senilai Rp2,92 juta per bulan.

BACA JUGA: Manfaat Tapera, Paksaan Investasi Hari Tua?

Dengan begitu merujuk pemotongan Tapera sebesar 3% yang terdiri dari 0,5% dikenakan ke perusahaan dan 2,5% ke pekerja. Artinya BP Tapera berpotensi mengelola dana sekitar Rp8,02 triliun per bulan. Jika dihitung dalam setahun berarti bisa menjadi Rp96,27 triliun.

Angka yang menggiurkan bagi bank penampung dana Tapera tersebut. Sayangnya, sampai saat ini belum disebutkan siapa yang menjadi bank penampung dana Tapera tersebut.

Adapun, harga saham BTN melejit karena dikaitkan dengan potensi pengelolaan dana tersebut. Pasalnya, jika berbicara pembiayaan perumahan, artinya bisa merujuk ke bank berkode emiten BBTN tersebut.

Sepanjang pekan ini, sampai penutupan Rabu 3 Juni 2020, harga saham BBTN melejit 32,89% menjadi Rp1.010 per saham. Dengan begitu, harga saham BTN kembali di atas Rp1.000.

Pertanyaannya sejauh apa harga saham BTN ini bisa melejit dengan sentimen dari Tapera ya? tampaknya lonjakan ini masih akan jangka pendek apalagi penerapan Tapera baru 1-2 tahun ke depan.

Namun, potensi dana segar yang dikelola hingga Rp96,27 triliun adalah berkah besar bagi BTN. Artinya, mereka bisa mendapatkan pendanaan murah dari program pemerintah tersebut.

Saham BTN Terdampak Covid-19 dan Kinerja Kuartal I/2020

BTN bisa dibilang menjadi salah satu bank yang mengaku terdampak Covid-19. Dalam laporannya ke BEI, BTN mengaku terdampak dari segi operasional akibat pandemi Covid-19.

Dalam laporannya itu, BTN menyebutkan dampak pembatasan operasional ini selama 1-3 bulan. Perseroan sudah menutup sebanyak 233 cabang pada 17 Maret 2020. Namun, perseroan mulai membuka 191 cabang sejak 4 Mei 2020.

Dari segi penurunan pendapatan sepanjang April 2020 diprediksi terpengaruh kurang dari 25% dari kinerja kuartal I/2020. Namun, penurunan laba bersih diprediksi turun 25%-50% dibandingkan dengan periode tiga bulan pertama tahun ini.

Di sisi lain, pergerakan rasio kredit bermasalah perseroan sepanjang Maret-April sekitar 3% sampai 5% dengan kecenderungan turun. Lalu, rasio kecukupan modal berkisar 15% sampai 20% dengan kecenderungan tetap.

Sampai kuartal pertama tahun ini, perseroan mencatatkan penurunan kredit sebesar 1,23% menjadi RP229,33 triliun dibandingkan dengan akhir 2019. Lalu, dana pihak ketiga juga turun 1,26% menjadi RP204,29 triliun.

Pendapatan bunga bersih perseroan susut 9,22% menjadi RP2,17 triliun dibandingkan dengan periode sama pada tahun lalu. Laba bersih BTN tergerus 92,1% menjadi Rp57,09 miliar.

Dari segi rasio kredit bermasalah ada kenaikan menjadi sebesar 4,19% dibandingkan 2,92% pada kuartal I/2019. Lalu, rasio kecukupan modal perseroan masih kokoh di level 18,73% dibandingkan dengan 17,62% pada periode sama tahun lalu.

Harapan Kehadiran Pahala dan Chandra Hamzah di BTN

Awal Mei 2019, Chandra Martha Hamzah resmi menjadi Komisaris Utama Independen BTN.

Hadirnya mantan pejabat KPK di Bank BTN ini sejak awal ramai diperbincangkan. Terutama ketika disandingkan dengan Pahala Nugraha Mansury di posisi Direktur Utama Bank BTN.

Penetapan keduanya dilakukan melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Bank BTN pada 27 November 2019.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir ketika itu menyebutkan kedua nama tersebut akan menjadi tombak perubahan baru bagi Bank BTN. Termasuk, upaya meningkatkan kinerja di BUMN.

Duduk sebagai pimpinan dewan komisaris emiten bersandi saham BBTN tersebut, Chandra tercatat memiliki latar belakang hukum yang cukup lengkap. Sebagai ahli hukum, Chandra memiliki empat lisensi, yakni konsultan hak kekayaan intelektual, hukum pajak, hukum pasar modal, dan pengacara.

Selain pengalaman di firma hukum dan KPK, Chandra juga pernah menjadi komisaris utama PT PLN (Persero) pada akhir 2014.

Chandra menduduki komisaris utama PLN pada 2014 dengan harapan bisa membuat tata kelola perusahaan pelat merah itu makin baik. Apalagi, kala itu PLN memiliki misi besar, yakni mengejar target proyek listrik 35.000 watt.

Salah satu prestasi terbesar Chandra adalah saat menerima integrtiy award dari Bank Dunia pada 2010. Chandra menerima penghargaan itu karena dinilai memiliki integritas dalam gerakan pemberantasan korupsi di Indonesia.

Chandra cukup aktif soal pemberantasan korupsi sejak tergabung dalam Tim Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi pada 2000-2001. Lalu, dia juga menjadi anggota tim persiapan pembentukan komisi anti korupsi. Sampai menjabat Wakil Ketua KPK bidang Penindakan serta Bidang Informasi dan Data pada 2007-2011.

Sosok Pahala yang Diharapkan Mendongkrak Kinerja BTN

Bersanding dengan Chandra, Pahala pun memiliki pengalaman kerja mumpuni di berbagai perusahaan.

Pahala memiliki pengalaman yang panjang di PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. sejak 2003 hingga 2017. Pahala pun sempat menyicipi posisi direktur keuangan di Bank Mandiri sejak 2010 sampai 2017.
Setelah itu, Pahala berpetualang ke BUMN lainnya seperti, Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk., dan Direktur Keuangan PT Pertamina (Persero).

selama menjabat direktur keuangan Bank Mandiri, Pahala ikut berkontribusi mendongkrak laba bersih sebesar 120,59% menjadi Rp20,33 triliun pada 2015. Nilai itu lebih besar dibandingkan pertama kali menjabat pada 2010 senilai Rp9,21 triliun.

Lalu, rasio net interest margin (NIM) Bank Mandiri selama Pahala menjabat sempat tembus 6,29% pada 2016 dibandingkan 5,39% pada 2010.

Tak hanya mendulang cuan, Pahala juga ikut berkontribusi menekan rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) ke level terendah pada 2013 sebesar 63,93% dibandingkan dengan 66,43% pada 2010.

Rasio kredit bermasalah Bank Mandiri juga ditekan pada masanya hingga tembus 1,6% pada 2013 dibandingkan dengan 2,21% pada 2010. Kerja keras Pahala di Bank Mandiri itu pun menuai hasil pada 2013 ketika dirinya dinobatkan sebagai Chief Financial Officer terbaik di Asia Tenggara dalam ajang Southeast Asia Institutional Investor Corporate Awards 2013.

Penghargaan itu adalah hasil polling 473 investor dan analis dari berbagai negara, termasuk Amerika Serikat dan Eropa.

Semenjak bergabung di Bank BTN, Pahala memiliki target jelas pada bank spesialis Kredit Pemilikan Rumah (KPR) ini. Dia bermimpi menjadikan BTN sebagai bank KPR terbesar di Asia Tenggara.

Pahala juga berniat mengembalikan hakikat Bank BTN sebagai bank tempat menabung untuk memiliki rumah.

Perubahan Nomenklatur Direksi Memperkokoh BTN di Segmen Ritel?

Bukti nyata perubahan kehadiran Pahala di BTN adalah ketika beberapa nomenklatur direksi di bank itu mengalami perubahan.

Analis Ciptadana Sekuritas Asia Erni Marsella Siahaan mengatakan keberadaan Pahala di BTN bisa membawa dampak yang positif bagi perseroan. Dengan pengalamannya di Bank Mandiri yang cukup kuat di segmen ritel, Pahala bisa membantu BTN yang tengah mengejar segmen itu.

“Hal itu terlihat dari perubahan nomenklatur di jajaran direksi sejak dia memimpin BTN. Kini, jajaran direksi BTN dipisah berdasarkan spesialisasinya, yakni pendanaan dan pinjaman,” ujarnya.

Dari hasil RUPS akhir 2019, beberapa nomenklatur jabatan di BTN memang mengalami perubahan, seperti Direktur Consumer Banking menjadi Direktur Consumer & Commercial Lending. Direktur Distribution & Network menjadi Direktur Distribution & Retail Funding.

Beberapa perubahan nomenklatur lainnya, yakni Direktur Finance, Treasury, & Strategy menjadi Direktur Finance, Planning, & Treasury. Direktur Strategic Human Capital menjadi Direktur Human Capital, Legal, & Complience. Lalu, Direktur IT & Operation menjadi Direktur Operation, IT, & Digital Banking. Lalu, ada satu posisi direktur baru yang belum ada sebelumnya, yakni Direktur Enterprise Risk Management, Big Data, & Analytics.

Posisi Direktur Consumer & Commercial Lending BTN diisi oleh Hirwandi Gafar, bankir senior di BTN. Lalu, Direktur Distribution & Retail Funding diisi oleh Jasmin yang juga sudah mendapatkan persetujuan dari OJK bersamaan dengan Chandra. Pria lulusan S2 Universitas Gadjah Mada tersebut efektif diangkat pada 4 Mei 2020.

Jasmin, eks bankir di Bank Mandiri itu menjadi Direktur Distribution & Retail Funding karena memang memiliki pengalaman yang kuat di bidang tersebut. Tak hanya Jasmin, Setiyo Wibowo, eks Bank Mandiri yang punya latar belakang pendanaan yang kuat juga bakal mengisi posisi Direktur Enterprise Risk Management, Big Data, & Analytics.

Dengan komposisi direksi itu, BTN dinilai bisa mencapai tujuan untuk mengejar pertumbuhan dana pihak ketiga ritel.

Marsella mengatakan BTN berencana mengurangi eksposur ke pendanaan nonkonvensional seperti, obligasi dan pinjaman bilateral yang relatif lebih mahal menjadi deposito. Untuk deposito, perseroan pun mengincar segmen ritel ketimbang institusi yang menjadi mayoritas saat ini.

“Dengan begitu, BTN bisa menekan biaya dana karena ditopang oleh perlambatan pertumbuhan pinjaman, suku bunga acuan yang rendah, dan kebijakan makroprudensial yang akomodatif,” ujarnya.

Adapun, OJK juga menyetujui pengangkatan Armand Bachtiar Arief menjadi Komisaris Independen Bank BTN. Mantan Direktur Utama PT Bank UOB Buana tersebut resmi ditetapkan menjadi Komisaris Independen terhitung sejak 14 Mei 2020.

Dengan begini, akankah harga saham BTN bisa kembali ke level Rp2.000-an?

Surya

Recent Posts

Investasi Bagi Milenial, Emang Penting Ya?

Investasi bagi milenial terdengar seperti sesuatu yang dilakukan jika sudah bekerja dan memiliki penghasilan tinggi.…

1 hari ago

Saham ADRO di Tengah Harga Batu bara dan Diversifikasi Bisnis

Saham ADRO menjadi yang paling menarik di sektor batu bara, apalagi perseroan juga salah satu…

4 hari ago

Saham BRIS Melejit Pasca Isu Merger, Layak Dibeli?

Saham BRIS alias BRI Syariah melonjak drastis setelah muncul wacana merger bank syariah yang dimiliki…

1 minggu ago

Saham ACES, Prospek di Tengah Geliat Belanja Daring

Saham ACES bisa menjadi saham sektor ritel konvensional yang tetap menarik di tengah pandemi Covid-19…

2 minggu ago

Rencana Pertamina IPO, Calon Emiten Besar Baru di BEI

Rencana Pertamina IPO atau penawaran saham perdana di Bursa Efek Indonesia menjadi hal yang dinantikan.…

3 minggu ago

Gojek PHK Karyawan, Masih Ingin Melihat Dekakorn dan Unikorn IPO?

Gojek PHK 430 karyawannya menyusul hal serupa yang dilakukan oleh Grab lebih dulu. Aksi pengurangan…

3 minggu ago

This website uses cookies.