Categories: HeadlineOpini

Gojek Kenapa Sempat Viral, Fakta Siapa Penyiksa Mitra Sebenarnya

Gojek Kenapa menjadi viral pada akhir pekan lalu. Sulitnya para driver dalam menjaring penumpang menjadi salah satu penyebabnya.

Ketika Jumat (21 Februari 2020) saya menggunakan jasa Gojek dan iseng menanyakan faktanya kepada sang driver.

Jawaban dari sang driver cukup menarik, dia menjadi salah satu yang tidak terlalu terganggu dengan sistem baru dari Gojek tersebut.

“Sebenarnya enggak susah juga cari customer sih, itu mah biasanya yang diem-diem saja, makanya jadi susah,” ujarnya sambil di perjalanan menuju tujuan.

Dia mengaku selalu menikmati dalam menunggu penumpang hingga enggak terasa sudah bisa tutup poin.

BACA JUGA: Founder AKRA Borong Sahamnya, Saatnya Kita IKutan Beli Juga?

Meskipun begitu, dia pun mengakui di Gojek lebih susah mencari penumpang ketimbang Grab.

“Memang kalau di Grab lebih mudah mendapatkan penumpang ketimbang Gojek,” ujarnya polos.

Namun, potongan bagi hasil Grab dinilai lebih besar ketimbang Gojek.

“Kalau Gojek itu potongannya sekitar 20%, nah kalau Grab di atas itulah. Jadi, bisa dikira-kira tuh berapaan,” ujarnya tanpa menjawab detail potongan bagi hasil Grab.

Dia pun menyimpulkan kedua penyedia jasa transportasi daring itu memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Jadi, para calon mitra tinggal pilih, mau mudah mendapatkan pelanggan, tapi potongan bagi hasil lebih besar atau sebaliknya susah dapat customer, tapi potongan bagi hasil rendah.

Gojek Kenapa dan Siapa yang Paling Menyiksa Mitra

Secara subjektif driver Gojek malam itu, dia menilai Grab lebih menyiksa mitra ketimbang perusahaan rintisan besutan Nadiem Makarim tersebut.

Salah satu buktinya adalah Alfamart yang sudah tidak bisa melakukan transaksi dengan OVO lagi.

“Kalau Gopay sampai sekarang masih bisa transaksi di Alfamart kan. Kalau OVO sudah enggak bisa, nyiksa di promonya soalnya,” ujarnya.

Di sisi lain, kalau Gojek memiliki fasilitas Go-Biz yang dinilainya justru menguntungkan mitra.

“Jadi, kalau toko kelontong itu pakai Gopay dan transaksinya banyak, mereka bisa untung kayak driver gitu,” ujarnya bak nyambi promo tentang fasilitas Gojek.

Di sisi lain, masalah bakar uang perusahaan rintisan memang tengah mencuat. Pasalnya, beberapa startup yang kehabisan bensin di tengah jalan akhirnya hanya bisa hidup sambil tersengal-sengal.

Klarifikasi Gojek Terkait Viralnya Miris Nasib Para Driver

Seperti dikutip dari Bisnis.com, Senior Manager Corporate Affairs Gojek Teuku Pravinanda mengaku aplikator terus melakukan pengembangan sistem untuk menunjang kebutuhan pengguna, termasuk mitra pengemudi dan konsumen.

“Sistem algoritma pembagian order di Gojek selalu memperhitungkan kemungkinan terbesar suatu order dari konsumen dapat diselesaikan,” ujarnya.

Pravinanda menuturkan sistem algoritma itu telah memasukkan berbagai aspek termasuk kebutuhan konsumen agar bisa terlayani dengan cepat. Lalu, mitra driver akan mendapatkan pesanan sesuai dengan aspek yang diperhitungkan algoritma tersebut.

“Ini demi menjaga pendapatan yang berkesinambungan serta beraktivitas lebih efektif dan efisien,” ujarnya.

Bola Salju Mekanisme Pasar

Sementara itu, saya sendiri menilai gejolak para mitra driver yang mengaku sulit mendapatkan pesanan karena mekanisme pasar yang berjalan.

Saat ini, jumlah driver terus bertambah tanpa adanya pembatasan sehingga supply menjadi lebih banyak daripada demand. Di sisi lain, promosi Gojek sudah tidak segencar sebelumnya, alhasil memengaruhi permintaan yang ada.

Belum lagi, para mitra driver yang kerap melakukan cancel untuk customer yang tujuannya agak ‘ribet’. Dengan begitu, sang driver ditandai tidak bisa memenuhi pemesanan customer sehingga jika ada pesanan ke daerah itu, sang driver tidak akan terpilih.

Selain itu, saya tidak tahu mekanisme-mekanisme lainnya. Soalnya, dulu pernah ada driver yang curhat susah sekali bisa tutup poin untuk dapat bonus.

Hal ini pun dikaitkan dengan berhentinya Gojek untuk membakar uang sehingga para mitra susah mendapatkan bonus.

Terkait hal itu belum ada bukti kuat. Intinya sih, ini semua adalah masalah bola salju yang bisa tercerai berai menghantam sispapun di akhirnya.

Jika pendapatan driver menurun, bahkan ada yang menjadi pengangguran bisa berdampak juga kepada perekonomian Indonesia secara keseluruhan. Menurut kalian, bagaimana prospek era transportasi daring ini ke depannya? Akankah ada seleksi alam demi bisa mencapai keseimbangan supply and demand?

Surya

Recent Posts

Olimpiade 1992, Kisah Indah Bulu Tangkis Indonesia di Barcelona

Olimpiade 1992, musim panas di Barcelona, Spanyol, menjadi kenangan indah bagi Indonesia yang tak terlupakan…

11 jam ago

Darurat Sipil dan Strategi Atasi Penyebaran Covid-19

Darurat sipil menjadi topik hangat pada Selasa (31/03/2020). Istilah itu mencuat setelah Presiden Joko Widodo…

1 minggu ago

IHSG Melemah dan Keputusan Jokowi untuk Penanganan Corona

IHSG kembali melemah pada perdagangan Senin 30 Maret 2020 setelah turun 2,88% menjadi 4.414. Sektor…

1 minggu ago

Pandemi Corona, Mari Lupakan Cuan Sejenak

Pandemi Corona benar-benar menyandera ekonomi dunia, termasuk Indonesia. Saya sendiri tidak pernah membayangkan dampak pandemi…

2 minggu ago

IHSG Anjlok hingga Pasar Dihentikan, Cuma Gara-gara Virus Corona?

IHSG anjlok ke 4.900 menjadi topik panas hari ini. Bagaimana tidak, stimulus OJK yang mengizinkan…

4 minggu ago

Tiga Pilar Sejahtera, Detik-detik Keruntuhan Raja Beras Premium

Tiga Pilar Sejahtera mendapatkan dana segar setelah pemegang saham baru, yakni PT Pangan Sejahtera Investama…

4 minggu ago

This website uses cookies.