Cara Membuat Blog, Pilih WordPress, Medium, Blogspot, atau Ghost?

cara membuat blog

Gue tahu blog pertama kali pada 2004 dari Raditya Dika. Dari situ mulai semangat blogging dengan harapan kayak dia. Namun, kini blog sudah dianggap platform jadul, tapi masih banyak lho yang mencari tahu cara membuat blog. 

Memang apa fungsi blogging? ada yang baca gitu? kan minat baca di Indonesia rendah banget. 

Tujuan Membuat Blog

Kamu harus tahu menurut data SEMrush pada 2020 di Amerika Serikat (AS), rata-rata waktu baca artikel online cuma 37 detik. Terus 75 persen suka baca artikel di bawah 1.000 kata. Di AS saja cuma suka baca tulisan pendek, kalau begitu ngapain bikin blog yang pasti kalah sama portal berita? 

apa tujuan bikin blog. / suryarianto.id

Itu nada pesimistis banyak orang yang mau memulai blog. Apalagi, sekarang trennya vlogging. Namun, kamu harus tahu masih banyak orang mencari ulasan dan cara menyelesaikan masalah dari blog. 

Alasannya, lebih enak tinggal dibaca ketimbang nonton video kalau kelewatan beberapa detik harus diulang lagi. Secara psikologis pasti langsung merusak mood. 

Bayangkan, 12,4 persen pembelian pakaian di AS itu dipengaruhi oleh tulisan blogger terkenal. Lalu, 10,7 persen dipengaruhi oleh blogger jelata kayak kamu. 

Selain itu, blogger juga bisa berjuang memperebutkan potensi 20 miliar pembaca website per bulan. Sejauh ini, sudah ada 70 posting baru per  bulan untuk memperebutkan potensi pembaca tersebut. 

BACA JUGA: Blog Insight 2021 yang Kamu Harus Ketahui

Artinya, secara konservatif, minimal blog kamu bisa mendapatkan 285,71 pembaca baru setiap bulan. 

Apalagi, Google mencatat ada 89.404 aktivitas pencarian di Google setiap detiknya. Artinya, masyarakat pasti mencari sesuatu yang dibutuhkannya via Google bukan Youtube. 

Dari situ, blog kamu bisa jadi salah satu yang menjadi referensi masyarakat untuk menyelesaikan masalahnya. 

Dengan potensi itu, banyak perusahaan yang menjadikan blog sebagai salah satu strategi konten marketing.  Blog dianggap sebagai konten yang paling efektif setelah newsletter email marketing, e-Book, dan brosur serta publikasi kertas lainnya. 

Jenis Tulisan Pilihan untuk Blog

Sebelum memikirkan cara membuat blog. Pasti kamu lebih bingung mau nulis apa di blog itu nantinya ya. Nah, di sini gue coba kasih gambaran biar kamu bisa tercerahkan. 

menemukan ide untuk nulis blog

Dari outlook SEMrush untuk 2021, ada tiga jenis konten yang paling disukai pasar saat ini. 

Pertama, konten how to, berisi tentang cara membuat atau melakukan sesuatu. Semakin detail kamu menulisnya, semakin besar mendapatkan potensi pembaca yang banyak secara berkelanjutan. 

Kedua, Listicle, konten yang berisi daftar tentang suatu fakta. Misalnya, 5 Fakta dalam investasi saham atau 5 Saham yang pernah bikin banyak orang jadi miskin. Paling sering membahas 5 fakta dalam sebuah film. 

Pasti, kamu juga salah satu orang yang pernah membaca konten seperti itu. Jika iya, kamu bisa menirunya untuk bisa menghasilkan banyak pembaca. Soalnya, karakter listicle lebih ringan ketimbang how-to. Namun, persaingannya juga ketat. 

Ketiga, tren terkini. Jelas, ini paling bisa menarik pembaca. Namun, bisa jadi pedang bermata  dua karena persaingannya pasti ketat dengan portal berita yang memiliki infrastruktur dan sumber daya yang lebih besar. 

Kira-kira, kamu punya ide jenis tulisan yang menarik lainnya? silahkan tulis di kolom komentar ya. 

Cara Membuat Blog

Cara membuat blog ada beberapa jalan dari yang gratis sampai berbayar premium. Lalu, bagaimana cara membuat blog? 

cara membuat blog

Pertama, kamu harus menentukan konsep dari blog yang akan dibuat. Untuk menulis portofolio tulisan atau karya, tempat review kuliner atau film, sampai untuk menjadi tempat catatan harian. 

Kedua, tujuan kamu bikin blog apa? untuk melepaskan ekspresi di pikiran, mempublikasikan portofolio, atau monetisasi blognya. Dari sini akan terjawab, kamu butuh blog yang gratisan atau berbayar. Kalau niatnya cuma menyampaikan ekspresi yang ada dipikiran, gue rasa cukup sih di provider  blog gratisan. Namun, untuk portofolio profesional dan monetisasi butuh yang berbayar. 

Ketiga, pilih provider blog yang sesuai. Soalnya, ada banyak banget provider blog di dunia ini. Beberapa yang paling populer antara lain, WordPress, Blogspot, Medium, Tumblr, dan Ghost. Di luar itu, ada Wix dan Weebly, platform website builder yang juga sering dijadikan pilihan untuk blogging. 

Terus, bagaimana cara menentukan pilihan provider yang cocok. Gue bakal kasih gambaran perbedaan, kelebihan, dan kekurangan antar provider ya. Namun, gue bakal kasih detail yang pernah digunakan ya. 

Platform Paling Populer, tapi Apa Bedanya WordPress.com dengan WordPress.org?

WordPress menjadi salah satu platform content management system (CMS) untuk blogging yang paling populer. Berhubung WordPress adalah open source, banyak penggunanya sampai bikin website profesional dengan platform tersebut. 

perbedaan wordpress.com dengan wordpress.org

Alasannya, pengelolaan cukup mudah, terutama untuk profesional yang tidak punya latar belakang IT. Namun, banyak banget yang bingung karena ada dua wordpress, yakni wordpress.com dan wordpress.org. Apa sih perbedaan keduanya?

Perbedaan utamanya adalah WordPress.org itu software open source yang bisa digunakan oleh siapapun. Namun, untuk menggunakan WordPress.org, kamu harus memiliki hosting dan domain sendiri. 

Hosting dibutuhkan untuk menempatkan berbagai data dalam website, sedangkan domain untuk alamat website. Nantinya, wordpress.org akan diinstall di hosting untuk bisa dijalankan sebagai website. 

Adapun, WordPress.com adalah platform blogging yang sudah menyediakan hosting dan domain dengan menggunakan CMS WordPress. Jadi, dengan menggunakan WordPress.com, kamu tidak perlu pusing mengeluarkan biaya untuk hosting dan domain. 

Namun, jika kamu menggunakan WordPress.com yang gratis, kamu tidak bisa membuat nama website eksklusif. Jadi, harus ada embel-embel nama situs.wordpress.com. Selain itu, kamu juga tidak leluasa untuk mengotak-atik jeroan websitenya seperti SEO dan memasang plugin seenaknya. Beda dengan WordPress.org di mana kamu layaknya developer website yang bisa mengotak-atik jeroan website. 

Kini, WordPress.com pun menyediakan paket berbayar untuk mengoptimalisasi website lewat WordPress.com. Biayanya mulai dari Rp536.400 per tahun sampai Rp6,4 juta per tahun. Namun, biaya itu juga belum termasuk dengan tarif domain per tahunnya yang bisa berkisar Rp150.000 sampai Rp200.000.

Jadi Mending WordPress.com atau WordPress.org?

Ya kalau yang gratis atau berbayar tapi yang gampang bisa ke WordPress.com. Namun, kalau mau yang berbayar lebih terjangkau bisa pikirkan ke WordPress.org. Kok gitu? memang berapa perbedaan harganya?

Harga untuk bikin WordPress.org dengan asumsi kebutuhan personal di Domainesia itu sekitar Rp361.200 per tahun dengan gratis domain di tahun pertama. Spesifikasinya sudah lengkap dan dapat SSD disk space untuk data website 2 GB serta RAM 768 MB.

tarif wordpress.com

Lalu, jika kamu memilih menggunakan WordPress.com dan ingin spesifikasi setara dengan kemampuan WordPress.org. Kamu harus mengambil paket bisnis yang senilai Rp3,57 juta per tahun. Di sini, kamu sudah bisa mendapatkan optimasi SEO dan juga menambah plugin WordPress. 

Biaya WordPress.com lebih mahal karena sudah termasuk hosting yang spesifikasinya bisa jadi lebih tinggi dibandingkan dengan provider lokal yang menggunakan WordPress..org.

Buat kamu yang pilih WordPress.org, bisa beli hosting di Domainesia. Salah satu yang gue suka dari Domainesia adalah layanan support 24 jamnya gercep banget. Kalau ada masalah sama website kita langsung ditangani dan solutif. 

Kalau mau pakai Domainesia bisa pakai kode referal gue buat dapat diskon beli hosting atau domain ya. Klik daftar Domainesia di sini.

harga hosting di domainesia

Rekomendasi: Kalau punya bujet pas-pasan, tapi ingin maksimal, WordPress.org tentu lebih baik. Apalagi, gue menilai enggak terlalu butuh hosting sesuper di WordPress.com, jadi bisa bangun website atau blog profesional lebih murah dengan WordPress.org. Namun, kalau kamu punya uang lebih dan inginkan kenyamanan bisa menggunakan WordPress.com 

Menjadi Profesional yang Jadi Panutan via Medium

Pertama kali melihat tampilan Medium.com, jujur gue langsung jatuh hati dan membuat akun di sana. Sampai saat ini, gue menilai Medium.com menjadi salah satu website yang paling sesuai untuk para profesional beropini, berbagi ilmu, dan menempatkan portofolio tulisannya di sana. 

Sederhana dan elegan menjadi dua kata yang paling pas menggambarkan platform besutan Evan Williams tersebut. Sebagai informasi saja, Evan Williams ini salah satu pendiri Blogger.com yang diakuisisi Google menjadi Blogspot. 

Awalnya, Medium mengumpulkan penulis ternama untuk bikin akun di sana. Lalu, membuat layanan member berbayar untuk yang mau membaca tulisan lengkapnya. Setelah itu, Medium sempat keluar dari idealismenya dengan fokus mencari monetisasi lewat kerja sama dengan korporasi. 

Evan yang menceritakan lewat tulisannya di Medium pun kembali meluruskan visi misi Medium yang ingin menjadi platform tempat tulisan anti click bait. Bahkan, kini Medium punya program Medium Partner yang bakal dibayar sesuai dengan peforma tulisannya. Sayangnya, Medium Partner belum ada di Indonesia.

Kini, Medium makin berkembang dengan menjadi platform yang menyediakan layanan blogging gratis maupun berbayar. Bagi, kamu para profesional ingin memiliki blog sendiri dengan kualitas Medium, tinggal membayar member premium untuk mengotak-atik lebih leluasa. 

Biayanya setahun sekitar 50 dolar AS atau sekitar Rp725.000 dengan asumsi kurs rupiah Rp14.500 per dolar AS. Nah, biaya itu belum termasuk domain yang ingin dimasukkan sebagai nama website di Medium.com. 

Kelebihan Medium.com adalah adanya bantuan optimalisasi SEO dari platform Medium.com. Lalu, secara user experience jauh lebih baik, serta kemudahan dalam memasukkan konten ke CMSnya. 

Kelemahannya, bikin blog sendiri dengan Medium.com kurang leluasa dibandingkan dengan WordPress.com. Kamu tidak bisa menambah plug in dan sebagainya. Ditambah, kamu enggak bisa pasang adsense di Medium.com, jadi monetisasi dari platform iklan programmatic rada sulit juga.

Rekomendasi: untuk blog profesional sangat cocok banget untuk meningkatkan value branding personal. Namun, kurang pas untuk kamu yang ingin monetisasi blog. 

Blogspot si Legendaris yang masih Primadona di Indonesia

Blogspot menjadi platform blogging pertama yang gue gunakan. Gue pertama kali nge-blog itu sekitar 2004. Waktu itu sudah ada WordPress, tapi jujur WordPress saat itu masih terasa sulit bagi gue yang masih SMP.

Blogspot lebih mudah dari berbagai hal, termasuk ngedit tema yang rada alay gaya anak SMP waktu itu. Apalagi, tema dan desain Blogspot saat itu mudah diubah-ubah dibandingkan dengan WordPress. 

Lambat laun perkembangan Blogspot kalah jauh dibandingkan dengan WordPress. Meskipun begitu, masih banyak blogger di Indonesia lebih memilih Blogspot dengan alasan, terhubung dengan Google sehingga pengurusan Google Adsense bisa lebih mudah. 

Selain itu, modal untuk bikin website profesional dengan domain sendiri juga lebih murah dengan Blogspot. Jadi, kamu cukup bayar domain setiap tahun saja tanpa perlu dibebankan biaya hosting. 

Terus berapa modal biaya domain? harga domain dari Google itu beragam, jadi sesuai dengan apa nama domain yang mau diambil. Rata-rata harganya sekitar Rp150.000-an per tahun. Artinya, modal sekitar Rp160.000 setelah pajak per tahun. 

Jauh lebih murah dibandingkan dengan Medium, WordPress.com dan WordPress.org kan?

Rekomendasi: Blogspot tidak disarankan untuk kamu yang ingin bikin website profesional. Namun, jika kamu ingin memonetisasi website, bisa menggunakan blogspot yang lebih terintegrasi dengan Google, walaupun semua  itu tergantung dengan kontenmu juga. Kalau kontennya plagiat, pendek, dan tidak sesuai pasar juga susah monetisasinya

Ghost yang masih Misteri

Kamu pasti jarang dengar tentang platform blogging bernama Ghost. Ya, platform itu memang yang paling muda dibandingkan dengan WordPress dan Blogspot. Ghost baru diluncurkan pada 2013. 

Ghost muncul sebagai platform blogging sederhana dan membuat menulis menjadi lebih menyenangkan. Kalau lihat tampilannya, Ghost memiliki CMS yang mirip dengan Medium.com. Namun, gue belum pernah melihat website di Indonesia yang berbasis Ghost. 

Memang, faktanya pengguna Ghost juga sedikit. Hanya 0,1 persen website di dunia yang menggunakan Ghost. Berbanding terbalik dengan WordPress yang cukup banyak penggunanya. 

Meskipun begitu, ada beberapa website terkenal yang berbasis Ghost seperti, Tinder dan Buffer. Artinya, pengguna Ghost juga bukan kacang-kacangan. 

Kalau melihat klasifikasi tarif untuk hosting dan CMS Ghost dari situs Ghost.org, mereka mengenakan jumlah tarif sesuai dengan jumlah komunitas yang bisa terjaring website. 

Misalnya, audience website sampai 500 anggota, tarifnya sekitar Rp1,56 juta per tahun. Itu untuk plan starter di mana ada beberapa keterbatasan juga seperti adminnya cuma bisa 1 orang dan hanya bisa menggunakan tema gratis Ghost. 

Jika ada 1.000 member, kamu bisa naik plan menjadi creator senilai Rp4,35 juta per tahun. Kalau ingin tetap di plan starter juga bisa dengan tarif Rp2,61 juta. Namun, plan creator jauh lebih lengkap dibandingkan dengan starter. 

Tarif termahal ada di plan Business senilai Rp34,62 juta per tahun dengan maksimal anggota komunitas website hingga 10.000 pengguna. Lalu, juga mendapatkan jatah 15 staff pengelola websitenya. 

Namun, tarif itu belum termasuk dengan biaya beli nama domain yang harganya berkisar Rp150.000 sampai Rp200.000 per tahun. Artinya, Ghost adalah platform blogging termahal saat ini. 

Rekomendasi: kalau kamu ingin membuat website dengan engagement pengguna tetap yang tinggi. Platform Ghost bisa disarankan. Namun, harganya memang rada mahal dibandingkan dengan platform lainnya. Alternatifnya, kamu bisa menggunakan Medium jika ingin tampilan seperti Ghost.

Weebly dan Wix.com yang Kurang Tenar di Indonesia

Gue pernah menggunakan platform Weebly waktu zaman kuliah. Dulu buat itu karena proses pembuatan temanya tinggal geser-geser item ke area webnya saja. Namun, kelemahannya waktu itu Weebly tidak memiliki CMS yang bagus seperti WordPress, Medium, Blogspot, atau Ghost. 

Nah, per 2018 kemarin, kabarnya Weebly diakuisisi oleh Square. Jujur, gue belum pernah cek lagi bagaimana konsep Weebly sekarang. Namun, pas mencoba daftar, kini Weebly menawarkan pembuatan website biasa atau e-Commerce. Memang dulu juga ada settingan untuk website e-Commerce, tapi menyatu dengan bikin website biasa.

Model Weebly ini juga mirip dengan Wix.com yang menjadi salah satu pemimpin pasar website builder. Meskipun statusnya website builder, banyak orang Amerika Serikat (AS) yang menggunakan Wix untuk bikin blog juga. Kelebihannya, sama seperti Weebly, mudah diatur layout dari websitenya. Keduanya juga bisa dihubungkan dengan domain sendiri. 

Lalu, berapa tarifnya? untuk tarif, Wix bisa dibilang lebih murah dibandingkan dengan Weebly. Tarif termurah Wix senilai Rp783.000 per tahun. Namun, itu cuma dapat fitur standar dan dihubungkan dengan domain serta SSL. 

Kemudian, tarif termurah Weebly senilai Rp870.000 per tahun dengan fitur storage cuma 500 MB serta optimasi SEO. Namun, fitur lainnya masih standar banget. Bahkan, di plan ini tidak dapat statistik website yang dibutuhkan untuk memantau kinerja. 

Biaya itu pun belum termasuk domain yang harus bayar sendiri dengan harga sekitar Rp150.000 sampai Rp200.000.

Tarif termahal Wix senilai Rp4,26 juta per tahun dengan fitur yang sudah sangat lengkap. Bahkan, di plan ini juga sudah gratis domain selama 1 tahun pertama. 

Adapun, tarif termahal Weebly senilai Rp6,61 juta per tahun dengan fitur yang sudah sangat lengkap dan gratis domain selama 1 tahun pertama.

Rekomendasi: untuk Weebly dan Wix sangat cocok untuk website startup atau perusahaan kecil-menengah. Soalnya, bisa diedit sesuai dengan keinginan ditambah sudah ada fitur optimasi SEOnya. Namun, untuk blog persona profesional atau yang ingin dimonetisasi lebih baik menggunakan WordPress, Blogspot, Medium, atau Ghost. Soalnya, CMS yang dimiliki tidak senyaman dan fleksibel ke-4 platform tersebut.

Kesimpulan

Dalam cara membuat blog, kamu harus melihat lagi tujuannya apa dan berapa bujet yang dimiliki. Setelah itu, kamu bisa memilih provider CMS blog yang paling sesuai dengan tujuan dan anggaran. 

Gue merinci ada tiga tujuan orang ngeblog, yakni sebagai profesional tempat untuk menunjukkan pemikiran, portofolio, dan eksistensi. Lalu, tujuan monetisasi untuk mendapatkan pendapatan tambahan, dan perusahaan untuk strategi awareness lewat optimasi SEO.

Nah, jika kamu terkendala anggaran, jangan pernah putus asa dan jadi batal nge-blog karena tidak bisa beli domain dan hosting. Kamu bisa memanfaatkan provider blog gratisan, meski domainnya belum profesional. 

Namun, setidaknya kamu bisa memulai ekosistem blogmu terlebih dulu. Sekaligus menyiapkan fundamental sampai dompetmu cukup untuk membiayai blog yang lebih profesional. 

Lalu, apakah menguntungkan membayar website untuk blog seperti itu? ingat blog bukan platform tunggal untuk kamu berkarya, tetapi hanya bagian kecil dari banyak platform yang ada di dunia digital saat ini. 

Kamu bisa mengintegrasikan podcast dan vlogger di blogmu untuk bisa meningkatkan jangkauan ke pasar lewat optimasi SEO. Jadi, siapa bilang blogging sudah ketinggalan zaman? sekarang tinggal pilih mana cara membuat blog yang kamu pilih.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.