Piala AFF memang menjadi ajang paling bergengsi di Asia Tenggara, tapi kejuaraan regional itu dianggap sebagai turnamen ‘tarkam’ oleh FIFA. Bahkan, negara yang tampil di turnamen itu sempat tidak diberikan poin sama sekali oleh FIFA. Kenapa begitu?Â
Sejarah Piala AFF
Sejarah Piala AFF dimulai pada 1996. Waktu itu, anggota AFF sudah berjumlah 10 negara, yakni, Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, Myanmar, Filipina, Kamboja, Laos, dan Brunei Darusallam.
Awalnya, nama Piala AFF lebih dikenal sebagai Tiger Cup. Soalnya, kejuaraan itu disponsori oleh Asia Pacific Breweries yang menjadi produsen bir bermerek Tiger. Produsen bir yang berbasis di Singapura itu menjadi sponsor turnamen Asia Tenggara itu dari 1996-2004. Setelah itu, sponsor utama turnamen tersebut berganti menjadi Suzuki.
Format kejuaraannya juga masih berubah-ubah. Awalnya, format dengan satu tuan rumah hingga berubah menjadi satu tuan rumah pada babak grup dan menjadi pertandingan kandang-tandang saat semifinal dan final. Format terakhir masih berlaku sampai saat ini kecuali untuk AFF 2020.
Piala AFF secara konsisten dilaksanakan selama dua tahun sekali, kecuali pada 2020, yang diundur satu tahun akibat pandemi Covid-19.
Dalam skema turnamen AFF 2020, kejuaraan Asean itu menggunakan format satu tuan rumah, tetapi dalam laga semifinal dan final berjalan dua leg di satu negara.Â
Kunci Utama
- Piala AFF tidak masuk kalender FIFA karena memang dianggap pamornya sangat rendah
- Hanya ada 5 negara dari total 11 anggota yang masuk final dari 1996 sampai 2020
- Thailand menjadi raja Asia Tenggara hingga saat ini
- Australia belum ikut Piala AFF karena anggota lain menilai Negeri Kangguru terlalu superior
Sepak bola Asean di turnamen AFF dikuasai oleh lima negara yang selalu ke final sejak penyelenggaraannya pada 1996.
Thailand bisa dibilang sebagai raja sepak bola di Asia Tenggara. Negeri Gajah Putih itu mencatat 8 kali ke final dan mencatat 5 kali gelar juara.
Lalu, posisi kedua yang paling sering ke final adalah Indonesia, tapi sayangnya 5 kali ke final, Indonesia sama sekali belum pernah mencicipi gelar juara.
Posisi ketiga ada Singapura, yang empat kali ke final dan empat kali juga juara. Posisi keempat ada Malaysia yang sebanyak empat kali ke final dan mencicipi satu gelar juara.
Terakhir, ada Vietnam, yang tiga kali ke final dan meraih dua gelar juara.
Kenapa Piala AFF Tidak Masuk Kalender FIFA?
Sejak 1996 sampai 2016, Piala AFF ibarat kejuaraan tarkam yang tidak dianggap FIFA. Bahkan, asosiasi sepak bola dunia itu menganggap kejuaraan itu lebih rendah kastanya daripada pertandingan persahabatan.Â
Soalnya, pertandingan di Piala AFF tidak akan memberikan poin peringkat dunia untuk negara yang mengikutinya. Usut punya usut, salah satu penyebabnya adalah pamor sepak bola di Asia Tenggara yang kalah jauh dibandingkan dengan Eropa maupun Amerika Latin.
Namun, perlahan tapi pasti, tren naturalisasi dan langkah mengambil pemain keturunan yang dilakukan sejumlah negara Asean membuat mata FIFA mulai terbuka.
Perkembangan sepak bola di negara Asia Tenggara perlahan mulai tumbuh bagus, terutama untuk Thailand dari sisi liga. Di luar itu, Vietnam, Indonesia, Myanmar, Singapura, dan Malaysia juga menunjukkan perkembangan signifikan.
Beberapa pemain dari Indonesia mulai dipasarkan ke luar negeri. Akhirnya, beberapa pemain seperti Egy Maulana Vikri, Witan Sulaiman, Asnawi Mangkualam berasal tembus ke klub luar negeri.Â
BACA JUGA: Legenda Sepak Bola Indonesia Ini yang Paling Tidak Beruntung di Dunia
Efek kehadiran para pemain Indonesia di klubnya bukan sekadar peforma, tapi juga popularitas.
Entah, ada hubungannya dengan itu atau tidak, tapi FIFA mulai melirik potensi cuan dari sepak bola di Asean.
Akhirnya, FIFA mulai mengakui turnamen Piala AFF sebagai level menengah atas. Hal itu dimulai sejak 2016 ketika turnamen itu dianggap turnamen kategori A. Jadi, setiap negara yang bertanding di turnamen itu bakal mendapatkan poin untuk peringkat dunia.Â
Memang pamor Turnamen AFF makin kesini makin menggila. Konon, penonton tv turnamen itu sampai tembus 192 juta pada 2012.Â
FIFA Mulai Melirik Piala AFF untuk Masuk Kalendernya
Kabar menariknya, Presiden FIFA Gianni Infantino membuka kesempatan Piala AFF untuk masuk ke kalender FIFA. Langkah ini diambil agar seluruh negara Asean bisa diperkuat oleh armada terbaiknya.
Namun, belum jelas, kapan Turnamen AFF bakal masuk ke kalender FIFA. Pastinya, hal ini diperkuat oleh beberapa negara seperti Indonesia, yang kesulitan memanggil Egy Maualan Vikri ke tim karena kejuaraan tidak masuk kalender FIFA.Â
Klub Egy FK Senica pun diperbolehkan tidak izinkan Egy membela Indonesia karena memang bukan pertandingan yang terdaftar di kalender FIFA.
Jika Turnamen AFF sudah masuk ke kalender FIFA, berarti turnamen itu bukan lagi kejuaraan tarkam, tapi menjadi kejuaraan bonafit. Apalagi, kini para negara di Asean sudah memanggil pemain-pemain keturunan di Liga Eropa.Â
Seperti Malaysia punya Dion Cools, Indonesia punya Elkan Baggot, sampai Laos punya Billy Ketkeophomphone dari Liga Prancis.Â
Cerita Australia yang Masuk ke Kawasan Asia Tenggara
Hal menarik adalah ketika Australia menjadi salah satu anggota AFF sejak 2013. Kenapa tiba-tiba Australia jadi anggota asosiasi sepak bola di Asia Tenggara?
Semua itu dimulai ketika Australia memutuskan untuk meninggalkan Oceania Football Confederation (OFC) dan bergabung ke Asia Football Conderation (AFC) pada 2006.
Sebenarnya, Australia sudah pernah pindah konfederasi dari Oceania ke Asia pada 1972. Namun, mereka balik lagi ke OFC pada 1978. Namun, Australia malah membelot lagi ke AFC pada 2006.
Alasannya adalah piala dunia. Jika Australia tetap di OFC, maka jatah untuk masuk Piala Dunia hanya setengah. Maksudnya, pemenang di regional OFC tidak bisa langsung ke piala dunia, melainkan harus melalui play-off melawan wakil dari regional lainnya.
Secara historis, Australia selalu kandas di babak play off seperti, Korea Utara pada 1966, Israel 1970, Skotlandia 1986, Argentina (1994), Iran (1998), dan Uruguay (2002). Baru pada 2006, ketika Australia proses membelot ke AFC, bisa lolos play-off Piala Dunia setelah mengandaskan Uruguay.
Dengan bergabung ke Asia, Australia berpeluang mendapatkan 4 jatah langsung ke Piala Dunia. Secara matematis, jelas membuat peluang mereka Piala Dunia lebih mudah ketimbang di OFC.
Setelah resmi menjadi anggota AFC pada 1 Januari 2006, Australia secara resmi masuk sebagai anggota AFF pada 27 Agustus 2013.
Australia pun mulai berlaga juga di Turnamen Asia, tapi tidak untuk Turnamen AFF. Alasannya, Australia dinilai terlalu superior untuk tim di kawasan Asia Tenggara.Â
Namun, kabar terkini, dengan memperhitungkan perkembangan sepak bola di Asean dan potensi komersialisasi jika Australia ikut Turnamen AFF, Negeri Kangguru berpotensi ikut ke depannya.Â
Bisa jadi, Turnamen AFF bakal masuk kalender FIFA jika Australia sudah ikut masuk berkompetisi di eks Piala Tiger tersebut.Â
Kalau Australia ikutan Piala AFF, bagaimana dengan peluang Indonesia raih juara ya?
Yuk beri support blog saya agar bisa terus membuat konten berkualitas yang semoga bisa berguna untuk banyak orang dengan klik tombol di bawah ini.