Saham MPPA sudah melejit hingga seribu persen sepanjang 2021. Pemilik gerai Hypermart itu seolah bisa melawan takdir peritel tradisional di tengah pandemi Covid-19 yang cenderung tertekan akibat pembatasan mobilitas. Kira-kira apa rahasianya ya?
Tadi siang istri cerita, di tengah PPKM darurat gini, dia cenderung belanja di Hypermart lewat online. Yap, gue udah tahu kalau Hypermart memang bermitra dengan Tokopedia dan Gojek untuk proses penjualan online. Namun, ternyata demand untuk transaksi via online di Hypermart tampaknya melejit.
“Jadi, transaksi di Hypermart saat ini itu pengirimannya agak lama karena permintaan banyak banget,” ceritanya Minggu 11 Juli 2021 tadi
Ini untuk Hypermart di daerah Solo lho, enggak tahu deh gimana permintaannya untuk di daerah lainnya. Namun, dari sini membuktikan kalau strategi kolaborasi dengan Gojek dan Tokopedia menjadi solusi Hypermart menghadapi pandemi.
Saham MPPA dengan Strategi yang Tepat Sasaran
Jadi, pekan lalu saham MPPA juga diramaikan isu tentang kerja sama dengan Go-mart salah satu fitur dari Gojek . Jadi, MPPA meluncurkan 31 toko virtual di Go-Mart untuk kawasan Jabodetabek.
Kemudahan transaksi belanja kebutuhan sehari-hari makin menggoda setelah pihak MPPA memberikan promosi diskon khusus untuk transaksi via Go-Mart tersebut. Jelas, permintaan makin melejit.
BACA JUGA: Berharap Jadi Financial Freedom dari ADA
Dalam keterangan resminya, CEO MPPA Elliot Dickson mengatakan kolaborasi itu menjadi solusi kepada konsumen di mana lagi konsen untuk keselamatan saat berbelanja.
“Kami akan memperluas bentuk kemitraan dengan Gojek agar bisa menjangkau hingga skala nasional dalam jangka dekat,” ujarnya pada Jumat 9 Juli 2021.
Sebelumnya, MPPA memaparkan kalau kemitraannya dengan Tokopedia telah meningkatkan penjualan onlinenya dari rata-rata 1.600 per hari menjadi 1.900 per hari.
Hubungan Saham MPPA dengan Gojek dan Tokopedia
Nah, kemitraan yang lekat antara MPPA dengan Gojek dan Tokopedia memperkuat sinyal ada kemungkinan GoTo, entitas hasil merger Gojek dan Tokopedia, bakal investasi ke saham MPPA tersebut.
Apalagi, GoTo sudah masuk ke MPPA sejak 11 Mei 2021 dengan kepemilikan sebesar 4,76 persen. Di sana, GoTo masuk melalui entitas PT Pradipa Darpa Bangsa.
Aroma entitas itu sangat berhubungan dengan Gojek karena komisarisnya adalah CEO GoTO Andre Soelistyo. Setelah di cek dan ricek, memang entitas itu dikuasai oleh Gojek 100 persen.
Lalu, MPPA sedang merencanakan private placement alias penerbitan saham baru tanpa memesan efek terlebih dulu. Di sini, muncul rumor akan masuk ke MPPA dengan porsi lebih besar sebagai investasi.
Pola ini terjadi saat Gopay masuk ke ARTO alias Bank Jago. Awalnya, Gopay masuk dengan porsi di bawah 5 persen. Setelah itu, Gopay memperbesar kepemilikannya saat penerbitan saham baru.
Menurutmu, akankah MPPA akan menjadi next ARTO di sektor yang berbeda?
Saham MPPA Si Pesakitan?
Gue baru mengecek kinerja MPPA setelah bikin tulisan ini. Faktanya, MPPA ini perusahaan yang lagi jadi pesakitan. Bayangin aja, ekuitasnya enggak nyampe triliunan rupiah. Terus, utangnya triliunan lebih hampir setara atau malah lebih besar dari asetnya.
Lebih miris lagi, dalam tiga tahun terakhir, saham MPPA ini terus mengalami kerugian. Memang seinget gue waktu masih kerja di media sih, saham MPPA ini memang enggak menarik banget. Namun, semua itu sirna setelah booming teknologi mencuat.
Bayangin, saham MPPA yang sebapuk itu fundamentalnya bisa melejit 1.000 persen lebih dalam kurun waktu 6 bulanan lebih. Seolah, banyak yang silap mata dan ingin masuk ke tren kenaikan tersebut. Namun, itu bukan masalah, investasi maupun trading adalah tanggung jawab masing-masing, dan gue salah satu yang megang MPPA karena mengikuti tren tersebut.
Kamu yang sudah masuk ke saham MPPA bisa tenang nih. Apalagi, kalau melihat tren ARTO dari bank kecil yang kelilit kredit bermasalah hingga modal inti di bawah Rp100 miliar. Padahal, minimal modal inti bank kasta terkecil saat itu Rp100 miliar, artinya ARTO harusnya sudah berubah status jadi BPR, tetapi kini menjadi salah satu big caps di pasar saham.
Secara historis sih bisa saja terjadi kejutan, tetapi sekali lagi, tidak ada yang pernah tahu bagaimana nasib pasar saham esok hari ya. hehe, intinya manajemen risiko yang baik saja dan pahami kalau setiap keputusan investasi maupun trading pasti ada risikonya.