Wonderkid tunggal putra badminton Indonesia kali ini ada di tangan Christian Adinata, Bobby Setiabudi, Yonathan Ramlie, dan Chico Aura Dwi Wardoyo. Sebelumnya, ada tiga tunggal putra wonderkid Badminton Indonesia angkatan 2016, yakni Jonathan Christie, Anthony Ginting, dan Ihsan Maulana. Lalu, bagaimana nasib ketiga eks wonderkid tersebut?
Indonesia memiliki asa baru di sektor tunggal putra dari tiga bocah yakni, Jonathan Christie, Anthony Ginting, dan Ihsan Maulana. Mereka bertiga kerap diberi julukan F3 pada 2016.
Mereka dianggap bisa menggantikan generasi Tommy Sughiarto dan Dionysius Hayomrumbaka, serta Simon Santoso yang kerap dirudung cedera.
Penampilan mereka mencolok ketika membela tim Thomas Indonesia pada 2016. Kala itu, Indonesia hampir saja bisa membawa pulang kembali piala Thomas, tetapi sayang Garuda harus mengakui ketangguhan Denmark di final.
Meskipun begitu, Indonesia menatap masa depan dengan indah lewat tiga tunggal putra mudanya. Dengan kekuatan sektor ganda yang sudah merata, harapannya kekuatan tunggal putra yang mumpuni mampu bawa Piala Thomas kembali ke Jakarta.
BACA JUGA : Segini Modal untuk Bisa Jadi Pemain Badminton Kelas Dunia
Nasib eks Wonderkid Tunggal Putra Badminton Indonesia Saat Ini
Saat ini, hanya Jojo dan Ginting yang mampu menjaga peformanya dengan berada di peringkat 10 besar dunia. Di sisi lain, Ihsan malah sudah didepak dari pelatnas dan kini bertengger di peringkat 121 dunia.
Jojo dan Ginting bisa dibilang salah satu wonderkid yang cukup sukses sampai mampu memboyong kembali Piala Thomas 2020 yang digelar pada 2021. Sayangnya, peforma Jojo dan Ginting kerap labil atau naik-turun drastis.
Labilnya peforma Jojo dan Ginting membuat pelatihnya pun disorot. Sampai posisi pelatih tunggal putra Hendri Saputra digantikan oleh asistennya, yakni Irwansyah, yang lama melanglangbuana sebagai pelatih di Eropa.
Gelar Pertama Jojo di 2022
Peforma Jojo sepanjang 2022 cukup bagus. Turnamen pertama Jojo di tahun ini terjadi di Jerman Open pada 8-13 Maret 2022 silam.
Turnamen pertama itu, Jojo hanya mampu sampai babak 16 besar. Jojo kandas setelah dikalahkan wonderkid Thailand Kunlavut Vitidsarn dua set langsung 20-22, 9-21.
Hasil itu cukup mengecewakan karena Jojo harus kalah dari pemain junior asal Thailand tersebut.
Untungnya, peforma Jojo di turnamen keduanya pada 2022 menanjak. Bahkan, Jojo berhasil membalaskan dendam kekalahannya dari Kunlavut di Jerman Open setelah mengandaskan wonderkid Thailand itu dua set langsung 21-16,21-19.
Sayangnya, Jojo tidak mampu mendepak tunggal putra Taiwan Chou Tien Chen di babak perempat final. Jojo kalah dua set langsung 10-21, 15-21.
Lalu, Jojo mencoba bangkit di Swiss Open 2022. Jojo pun berhasil meraih gelar juara di Swiss setelah mengalahkan tunggal putra India Prannoy H.S dua set langsung 21-12, 21-18.
Pertanyaannya, apakah peforma Jojo akan konsisten menanjak hingga Thomas Cup 2022, bahkan sampai akhir tahun?
Menanti Taji Ginting
Sebenarnya, pola peforma Ginting dengan Jojo ini rada-rada mirip. Ginting yang juga memulai turnamen pertama dari Jerman Open harus kandas di babak 16 besar.
Ginting kalah dua set langsung dari tunggal putra India non-unggulan 7-21, 9-21. Hasil yang cukup mengejutkan melihat Ginting sebagai pemain tunggal putra Indonesia dengan peringkat tertinggi di Indonesia.
Namun, Ginting mencoba bangkit di All England 2022. Ginting langsung melibas dua tunggal India. Di babak 32 besar, Parupalli Kashyap dua set langsung 11-21, 18-21. Lalu, Srinkath Kidambi di babak 16 besar lewat pertandingan sengit 3 set, 9-21, 21-18, 21-19.
Sayangnya, langkah Ginting harus tamat di tangan Viktor Axelsen di babak perempat final dua set langsung 4-21, 9-21.
Dalam turnamennya ketiga, Ginting juga sudah mencatatkan kemajuan dengan mencapai semi final. Sayangnya, di semifinal, Ginting kandas oleh tunggal India Prannoy H.S lewat pertandingan sengit tiga set, 21-19, 19-21, 21-18.
Bisa dibilang, Ginting kurang beruntung, tapi secara keseluruhan peforma Ginting dan Jojo berada di level yang sama. Tinggal kita tunggu hasil di Korea Open nanti.
Ihsan Keluar dari PBSI Jadi Pelatih
Nasib Ihsan memang berbanding terbalik dengan dua rekan lainnya. Namun, hal itu disebut gara-gara cedera yang menerpanya sejak akhir 2015.
Saat itu, Ihsan mengaku alami cedera lutut pada akhir 2015. Setelah itu, Ihsan mengaku fisiknya selalu bermasalah.
Selain masalah cedera lama pada akir 2015. Ihsan juga kerap mengalami cedera lainnya sejak 2016 seperti pinggang dan keseleo bagian lainnya.
Alhasil, setiap pertandingan, Ihsan cenderung bermain dengan kondisi fisik sekitar 50%.
Gara-gara selalu mendapatkan hasil minor di setiap pertandingan. Ihsan pun keluar dari Pelatnas pada Oktober 2019.
Setelah itu,Ihsan mencoba bangkit di beberapa turnamen, salah satunya spanyol terbuka. Namun, hasilnya masih minor.
Kabarnya, kini Ihsan sudah fokus untuk melatih pemain muda di klub binaannya sendiri.
Lalu, bagaimana nasib wonderkid tunggal putra yang ada saat ini ke depannya ya?
Puas dengan konten ini?
Traktir blog ini sekarang juga biar makin berkembang hingga
menambah insigth dan skill barumu