Saya mulai investasi saham pada medio 2018, waktu itu belum menggunakan Stocbit sebagai sekuritas. Pilihan sahamnya, sesuai dengan emiten yang saya paham model bisnis dan isu terkini. Hasilnya, saya loss banyak.
Kenapa Sih Investasi Saham?
Saya mengenal saham karena berprofesi sebagai jurnalis ekonomi bisnis sejak 2014, kebetulan sempat meliput pasar modal juga. Di situ, saya yang berlatar pendidikan komunikasi ini mulai memahami apa itu pasar modal, saham, dan para pemangku kepentingan di dalamnya.
Namun, ada aturan mendasar bagi seorang jurnalis di kantor lama saya, sebagai koran ekonomi bisnis, kami para wartawan dilarang untuk berinvestasi maupun trading saham. Ya, kebijakan ini disayangkan oleh beberapa pihak, termasuk saya, meski alasannya logis.
Alasannya, jurnalis ekonomi dan bisnis bisa mendapatkan informasi lebih dulu untuk bisa mengambil keuntungan lebih awal. Belum lagi, jurnalis yang spesifik meliput di pasar saham bisa memainkan angle berita yang sesuai dengan keinginan.
BACA JUGA: Begini Penyebab Saham UNVR Anjlok dari Rp8.000-an hingga hampir mendekati Rp1.000
Toh, memang menjadi jurnalis di bidang ekonomi bisnis ini rada sensitif. Salah nulis berita, efeknya bisa berdampak buruk kepada pasar. Saya ingat, ketika 2017 ada yang salah kutip omongan Menteri BUMN kala itu, Rini Soemarno, yang minta net interest margin (NIM) bank BUMN diminta turun ke bawah 5 persen.
Hasilnya, harga saham bank BUMN berguguran, karena penurunan NIM berarti penurunan profitabilitas. Padahal, keinginan Rini waktu itu adalah agar suku bunga kredit bisa diturunkan. Toh, penurunan suku bunga kredit tidak akan berefek kepada NIM, jika tingkat suku bunga deposito juga diturunkan. Namun, pertanyaannya, bagaimana kondisi likuiditas bank BUMN saat itu hingga bisa menurunkan tingkat suku bunga deposito?
Ah, itu cerita lalu, balik lagi ke topik, jujur sejak jadi jurnalis, saya cukup ngiler untuk investasi saham. Alasannya, saya bisa berinvestasi jangka panjang banget dan bisa mendapatkan bonus dividen.
Nah, semua itu baru bisa terealiasi pada 2018, ketika saya sudah tidak menjadi jurnalis dan mondok sebagai bapaknya media sosial kantor lama saya tersebut.
Saham Pertama yang Kegocek Kebijakan Pemerintah
Sejak 2017-an, ketika holding bank BUMN didengungkan, jujur, saya tertarik sekali untuk membeli saham PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN).
Alasannya, jika holding BUMN terbentuk, BBTN bakal dapat suntikan modal hingga bisa menjadi bank umum kegiatan usaha (BUKU) IV, kasta tertinggi bank saat itu.
Selain prospek ada suntikan modal tambahan, harga saham BBTN juga lagi naik terus. Ini menjadi titik kesalahan saya, yakni membeli untuk investasi di pucuk.
Lalu, ketika kesempatan itu datang, saya membeli BBTN di harga sekitar Rp3.000-an per saham pada medio 2018. Ternyata, itu adalah level yang cukup tinggi untuk BBTN, kalau dalam bahasa teknikal sudah berada di area resisten yang rawan profit taking.
Akhirnya, setelah saya beli saham BBTN, harganya terus mengalami penurunan. Jika melihat siklus harga saham, tampaknya sudah masuk ke tahap kapitulasi, yakni aksi jual dan berada dalam tren bearish.
Beberapa kali, saya upayakan melakukan average down hingga rata-rata harga menjadi Rp2.300-an per saham. Namun, tetap saja posisi masih rugi besar.
Puncaknya adalah ketika Menteri BUMN di periode ke-2 Jokowi adalah Erick Thohir. Lalu, sang menteri justru membatalkan rencana holding Bank BUMN dan harga BBTN terus terpuruk setelah itu. Sampai saat pandemi Covid-19, saya pun berbenah dengan melakukan cut loss besar-besaran.
Pertemuan dengan Stockbit
Jujur, saya terbiasa menggunakan terminal Bloomberg untuk melakukan screening dan analisis saham. Itu pun punya kantor dan demi kebutuhan berita dan konten. Investor ritel mana mampu langganan terminal Bloomberg yang sebulannya bisa Rp30 juta.
Di sini, saya mulai berkenalan dengan Stockbit, yang awalnya bak media sosial untuk para trader saham. Lalu, menyediakan platform online trading dengan menggandeng sekuritas lain, hingga akhirnya Stockbit resmi menjadi sekuritas sendiri pada 2022.
Sebelum bergabung dengan Stockbit, saya sempat mencoba layanan stockbit pro, dengan membayar. Soalnya, waktu itu merasa belum membutuhkan lebih dari satu sekuritas.
Ternyata, fitur-fitur screening saham dari untuk teknikal hingga fundamental seperti mencari valuasi Price to Earning (P/E) band itu tersedia. Tanpa pikir panjang, saya langsung pindah ke Stockbit yang waktu itu masih partneran dengan sekuritas lain.
Sampai akhirnya Stockbit menjadi sekuritas sendiri, saya pun ikutan mendaftar pra-launchnya demi bisa menikmati fitur Stockbit pro gratis.
Apa yang Bisa Dilakukan dengan Stockbit Pro?
Banyak banget fitur stockbit pro untuk trader maupun investor saham.
Bagi trader, Stockbit pro menyediakan tradingview premium yang bisa melihat timeframe hingga per menit, dengan indikator lebih dari 3. Sangat membantu sekali dalam memantau saham untuk scalping maupun swing trading atau mencari titik beli untuk investasi.
Bagi investor, Stockbit pro bisa melakukan screening saham berdasarkan indikator yang dipilih, mulai dari valuasi termurah, cash paling tebal, laba bersih terbesar, dan lainnya.
Menariknya, Stockbit juga menyediakan screener valuasi yang mengikuti metode para investor saham dunia seperti, Kenneth Fisher, Joseph Piotroski, Warren Buffett, Joel Greenblatt, Peter Lynch, Martin Zweig, William O’Neil, hingga Benjamin Graham.
Jika memilih salah satunya, kita akan disajikan saham-saham yang sudah dipilih berdasarkan screening ala para ahli tersebut. Meskipun sudah mendapatkan screeningnya, tapi kita tetap harus menentukan sendiri ya, mana yang punya prospek. Soalnya, ini kan hanya berdasarkan formula para ahli, jadi belum tentu pasti cuannya sama.
Mencari Saham Murah Bersama Stockbit
Selain mengikuti formula screening saham para ahli, kita juga bisa membuat formula cari saham potensial sendiri lho di Stockbit.
Caranya gampang banget, tinggal pilih menu screener, kemudian create new. Di sini, kita bisa menentukan formula indikator yang dipilih untuk mencari saham potensial.
Misalnya, saya menggunakan 7 indikator untuk mencari saham murah seperti, market cap, PE ratio saat ini, rata-rata PE 5 tahun terakhir, posisi kas operasi, laba per saham, harga saham, dan harga saham dibandingkan dengan free cashflow.
Kenapa saya menggunakan ke-7 indikator tersebut? alasannya saya ingin mencari saham murah yang bisa naik, tapi fundamentalnya oke juga sehingga lebih aman.
Untuk mencari saham murah saya menggunakan pendekatan PE dengan dibandingkan rata-rata PE 5 tahunnya. Pastinya, dengan metode ini, saya akan mengecualikan sektor bank yang lebih cocok dengan price to book value (PBV).
Selain itu, secara manual saya juga membandingkan laba per saham langsung dengan posisi harga saham saat ini. Jika EPS lebih tinggi dari harga saham dan fundamental emiten cakep, berarti saham itu bisa jadi sangat potensial.
Lalu, untuk fundamental, saya mengandalkan posisi kas operasi. Berhubung laba bersih bisa dimanipulasi, seperti PT Bukalapak Tbk. (BUKA) yang mencatatkan laba Rp14 triliun pada kuartal I/2022, tapi itu hasil investasi PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI) yang tidak ada uang tunainya. Jadi, saya menggunakan kas operasi yang menjadi penanda berapa jumlah uang tunai yang dipegang emiten saat ini.
Dengan posisi arus kas operasi yang tebal, setidaknya emiten itu tidak berisiko gagal bayar utang-utangnya. Artinya, secara jangka menengah-panjang bisa aman dari risiko gagal bayar utang.
Saya pun menemukan 3 saham potensial dengan formula itu pada semester I/2022. Ke-3 saham potensial itu antara lain, PT Transkon Jaya Tbk. (TRJA), PT Soechi Lines Tbk. (SOCI), dan PT Distribusi Voucher Nusantara Tbk. (DIVA). Lalu, apakah saya langsung borong semua saham itu?
Keputusan Beli TRJA, SOCI, dan DIVA
Akhirnya, saya tidak menjadi beli ketiga saham percobaan yang diprediksi bisa bagger tersebut. Ada beberapa alasannya nih.
Pertama, setelah melihat fundamental masing-masing ketiga saham itu seperti model bisnis dan sebagainya. Saya ragu, kira-kira ini bisnisnya bisa jangka panjang nggak ya? atau malah ada risiko jika ada gejolak ekonomi di depan nanti.
Seperti TRJA, bisnisnya ini unik, dia penyedia sewa kendaraan, tapi juga penyedia layanan internet. Namun, tetap saja omzet terbesarnya dari sewa kendaraan.
Secara umum, TRJA menyewakan kendaraan untuk aktivitas pertambangan batu bara, minyak dan gas, dan konstruksi. Dengan posisi ada di Balikpapan, sebenarnya TRJA bisa mendapatkan sentimen bagus dari pembangunan IKN.
Namun, berhubung ada keterkaitan dengan komoditas, saya memilih mundur dulu. Pasalnya, saat ini harga komoditas sudah peak, ada potensi setahun kemudian harganya koreksi yang bisa berujung menurunnya aktivitas pertambangan dan lainnya. Hal itu bisa berimbas ke fundamental si TRJA.
Lebih seram dengan SOCI, meski masih punya kas tebal, tetapi pendapatan kuartal I/2022 menurun. Padahal, harga minyak dunia lagi naik-naiknya. Artinya, ada risiko besar jika harga minyak dunia turun, atau cadangan minyak di Indonesia habis. Soalnya, bisnis SOCI adalah perkapalan untuk angkut migas.
Untuk DIVA, bisnisnya bisa dibilang di sektor teknologi yang juga lagi berada di titik awal kelesuan di 2022. Belum lagi, model bisnsi voucher juga belum terlalu matang untuk pertaruhan jangka panjang.
Bahkan, operasional DIVA juga cukup mahal, dengan kenaikan pendapatan 10 persen menjadi Rp1,04 triliun. DIVA justru mencatatkan penurunan pendapatan sebesar 50-an persen menjadi Rp76 miliar.
Kedua, harga saham ketiganya lagi turun, tapi penurunan ini bisa berpotensi berlanjut. Dengan fundamental yang kurang kokoh, bisa jadi ketiganya sulit untuk mencapai target proyeksi saya yang mengambil titik resisten terkuat.
Ketiga, Stockbit yang selalu update informasi pasar saham setiap hari membantu saya melihat apakah saham ini ada potensi menjadi tren atau bakal tidur cukup lama. Nah, dari hasil penelusuran berbagai update pasar di Snips.Stockbit itu, saya menilai harga ketiga saham itu mungkin belum waktunya melejit.
Sampai saat ini, saya pun masih terus berburu saham murah lainnya, selain yang sudah ada di porto saat ini seperti, BBCA, BBRI, SMGR, SMSM, hingga ACES.
Nah, kamu siap jadi jago screening saham bak analis demi cari saham murah bersama Stockbit? yuk buka akun sekuritas di Stockbit dan download aplikasinya dengan klik link ini, kamu akan langsung bisa manfaatkan berbagai fitur analisis saham kerennya untuk mencari potensi cuan.